Saya memilih menahan perasaan tak halal ini, dibandingkan harus mengikutinya hingga terjerumus arus kemaksiatan.
***
"Gila!! dandanannya doang yang alim.""Eh... dia yang kemarin ditembak itu, kan'?"
"Manis sih.... tapi muka dua sih."
Berbagai cacian hingga makian didapatkan Risa, dari awal memasuki gerbang sekolah. Mungkin jika saat ini Dinda ada di sampingnya, mulut bawel sahabatnya itu akan membungkam siswi-siswi yang senang ghibah tersebut. Apalagi ghibahnya di depan orangnya langsung, pasti hati si korban akan terasa sakit juga. Ingin rasanya Risa menyangkal, tapi lagi-lagi kisah Abu Bakar As-Shidiq terbayang di otaknya.
Suatu hari, Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Ash-Shidiq. Ketika bercengkrama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum.
Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!”
Rasulullah menjawab, “Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan membawa kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu, kulihat tenang, diam dan engkau tidak membalas, aku bangga melihat engkau orang yang kuat mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan memohonkan ampun kepadamu, kepada Allah SWT.”
Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu.
Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengan kamu aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya.
Setelah itu menangislah abu bakar ketika diberitahu tentang rahasia kesabaran bahwa itu adalah kemuliaan yang terselubung.
Risa hanya bisa memejamkan matanya saat kisah itu berputar di otaknya. Dia harus sabar, sabar, dan sabar. Lagipula apa untungnya dia membalas ocehan mereka, yang ada mereka makin senang.
Dahi Risa seketika mengernyit saat sampai di ambang pintu kelas. Tumben sekali pintunya tertutup, biasanya juga terbuka lebar. Tidak mau memikirkannya, tanpa ragu dia membuka pintu itu.
Byur....
Dalam hitungan detik seember air berhasil mengguyur tubuh Risa yang berbalut seragam batik.
"Sukur!!"
"Basah-basah kan lu!"
"Makanya jangan sok kecakepan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
EspiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...