Part 48

313 30 0
                                        

"Alhamdulillah," ucap Risa saat di minggu pagi ini telah selesai mempelajari buku untuk belajar bahasa arab bagi pemula. Ternyata belajar bahasa arab tidak sesusah yang dibayangkan jika kita niat dan bersungguh-sungguh. Kemampuan menghafalnya yang kuat cukup membantunya dalam mengingat kosa kata yang dia pelajari.

Dia segera mengalihkan pandangannya ke jam weker di atas meja belajarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi yang artinya dia sudah belajar sekitar dua jam. Dia tidak mau belajar langsung berlama-lama dan membuat otaknya buyar. Akan tetapi cukup sedikit demi sedikit asal konsisten. Bukankah Allah lebih menyukai hambanya yang melakukan suatu amal atau kebaikan sedikit demi sedikit asal konsisten.

Pandangannya segera menatap keadaan luar dari balik jendela kamar. Minggu pagi ini terlihat sangat cerah. Di depan sana sudah tampak anak-anak kecil yang sedang bermain lari-lari.

Ingatannya langsung berputar ke masa di mana dia masih sering bermain seperti itu. Dulu dia, Azzam, dan Ari senang sekali bermain bersama. Dua lelaki itu dulu selalu menjaga Risa dan siap menjadi bentengnya jika ada anak lain yang mengerjainya.

Omong-omong bagaimana keadaan Ari saat ini. Jujur, Risa belum minta maaf secara langsung kepada Ari atas semua yang terjadi. Dia berharap bisa bertemu sahabat kecilnya itu dan minta maaf secara baik-baik.

Drtt...

Ponselnya yang tergeletak di atas meja itu seketika bergetar. Tangan mungil itu segera menjangkaunya dan membaca sederet pesan dari whatss App yang masuk.

From Dinda:
Jogging yuk, Ris!!

To Dinda:
Males.

From: Dinda
Ayoklah!! Lu makin gendut nanti di rumah mulu.

Risa seketika melebarkan matanya saat merasa Dinda mengatainya gendut. Tinggi hanya 152 cm berat 38 kg itu gendut emangnya?

From Dinda:
Lu harus ikut, gua ada di taman deket rumah lu sama Ananda. Kalau nggak mau datang, kita samper ke rumah terus kita seret-seret.

Risa bergedik ngeri membaca pesan itu. Dengan malas dia segera membalas pesan Dinda dengan terpaksa.

To Dinda:
Iyaaa sahabatku sayangg. Tunggu setengah jam lagi.

Dengan tergesa dia mempersiapkan diri. Dia mengganti pakaiannya menjadi kaos merah lengan panjang dan celana training hitam. Tak lupa sebuah kerudung yang senada dengan celana nya. Setelah siap dia segera mencari mama nya untuk pamit keluar.

"Ram, mama mana?" tanya dia kepada sang adik yang tengah menonton kartun di ruang tengah.

"Ke rumah tetangga sebelah," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari kotak bergambar dan bersuara itu.

"Bukannya itu nggak ada yang tempatin ya, Ram?" tanyanya karena rumah di sebelah itu sudah lumayan lama kosong.

"Ada tetangga baru," jawab Rama sekenanya.

Risa segera ke rumah tetangga yang dimaksud dan dahinya mengernyit saat berkumpul ibu-ibu di sekitar komplek ini. Ada apa di rumah tetangga sebelah?

"Nah itu dia Risa."

Risa segera mengalihkan pandangannya saat netranya bertabrakan dengan seorang wanita dewasa yang sekiranya sepantaran dengan mama nya.

"Tante Fifi," lirih Risa. Sudah lama sekali dia tidak bertemu tanya Fifi apa Ibu Azzam. Terakhir saat dia kerja di restaurant waktu itu hingga akhirnya berhenti karena kecelakaan.

Wanita dewasa itu segera memeluk Risa. "Maaf, tante nggak tahu ternyata kamu ini Risa kecil yang suka main sama Azzam dulu. Maaf pas awal ketemu tante lupa sama kamu," ujarnya.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang