Part 72

97 19 3
                                    

Mentari sebentar lagi bersembunyi dibalik gelapnya malam. Itu pertanda pergantian waktu dari sore ke malam akan segera tiba. Di sebuah halte, tampak seorang gadis yang masih menunggu angkutan umum. Raut cemas terlihat jelas dari wajahnya, seiring dengan kaki yang diketuk-ketukkan ke bibir jalan.

Gadis itu terus mengecek jam hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia sadar bahwa percuma saja menunggu angkutan umum karena sejak setengah jam yang lalu, sudah batas kedatangan angkutan umum. Tapi, hanya kendaraan itu yang bisa mengantarkannya pulang. Apalagi di sekitar sekolahnya ini tidak ada ojek yang berlalu-lalang.

Akibat sekolah yang tak mengizinkan untuk membawa ponsel, ia bingung harus menghubungi orang rumah lewat apa. Teman-temannya juga sudah pulang semua. Ia jadi menyesal saat rapat anggota inti pramuka tadi, tidak langsung pulang saja saat ketua mengizinkan karena jarak rumah yang jauh dan kendaraan yang terbatas. Kalau sudah begini, ia bingung ingin pulang pakai apa.

Tin

Tin

Sebuah motor mitik tiba-tiba saja berhenti di depannya saat ini. Dari seragam putih dan celana panjang biru yang digunakan orang itu, ia tahu bahwa mereka satu sekolah. Hal tersebut terlihat jelas dari lambang sekolah yang terpampang jelas di seragamnya.

Gadis itu seketika menegang saat pria itu berjalan mendekat ke arahnya, tentu saja ini semua akibat phobia berdekatan dengan cowok asing. Walau mereka satu sekolah, tapi gadis itu tak mengenalnya.

"Gua anter yuk."

Gadis itu sedikit memundurkan langkahnya saat pria itu semakin dekat ke arahnya. Bersamaan dengan itu, ia bisa merasakan bau rokok yang lumayan menyengat. Rasanya ingin mual karena tak biasa dengan bau rokok seperti itu.

"Jam segini angkot udah nggak ada," ujarnya.

"Hm, aku dijemput," ujar gadis tersebut gelagapan sambil memainkan jarinya. Ia panik karena pria ini terlihat menyeramkan di matanya.

"Dijemput? Dari Awal kelas 7 yang gua perhatiin lu naik angkot deh," ujar pria itu.

Gadis itu seketika meneguk salivanya atas pernyataan pria di sampingnya saat ini. Jadi, pria ini sudah memperhatikannya sejak satu tahun yang lalu? Sungguh dia semakin takut.

"Santai aja sama gua," ujarnya, "lu takut ya?"

Gadis itu hanya bisa menggeleng pelan, sungguh dia ingin pergi jauh dari pria ini. Tanpa aba-aba, dia langsung mengambil langkah cepat untuk menghindari pria tersebut. Namun naas, tangannya sudah dicekal terlebih dahulu.

"Mau kemana?" tanya pria itu.

"Lepasin." Dengan kasar ia segera melepas cengkraman tersebut. Dia paling tidak suka disentuh sembarang cowok.

"Risa Risa, gimana gua mau deketin lu coba," ujarnya dengan helaan napas berat, "baru gini aja lu udah kayak liat setan."

"Mau kamu apa sebenarnya?" tanyanya ragu.

"Jadi pacar gua yuk!" ajaknya dengan senyum lebar.

Kring

Kring

Kring

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang