Part 22

1.3K 109 19
                                    

Langit sore yang menampilkan warna kejinggannya itu, tidak membuat Risa sedikitpun beranjak dari halte bus tersebut. Matanya masih menatap kosong kendaraan yang berlalu - lalang.

Sungguh Risa tidak bisa berdiam diri begitu saja, dia harus bisa mencari pekerjaan agar kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi.

Akan tetapi Risa mau bekerja apa? dia sendiri saja sekolah dari pagi sampai sore. Jalan satu - satunya mengambil pekerjaan pada malam hari.

Masih dengan bulutan seragam SMA nya, Risa segera menghampiri motornya yang terparkir di tepi jalan raya itu dan segera mengendarainya.

Citt..

"Astaghfirullah." Risa refleks mengerem motornya saat sebuah mobil di depannya berhenti mendadak.

Hingga tanpa sengaja Risa membelalakan matanya saat mengetahui apa yang membuat mobil itu berhenti. Tepat beberapa meter darinya berdiri, terdapat kerumunan orang yang sedang berteriak - teriak dengan emosi yang menyulut. Umpatan demi umpatan saling mengisi suasana itu.

Gerombolan siswa berseragam putih biru itu saling melempar apa saja yang ada disekitarnya, dan dari yang Risa amati, saat ini sedang terjadi tawuran.

"Neng!! Jangan ke sana, bahaya!!!"

"Neng sini neng!!"

Risa dapat menangkap bahwa dirinya sedang dipanggil oleh warga sekitar yang menjauhi tawuran itu. Sungguh saat ini pandangan Risa hanya bisa terpusat kepada wajah - wajah itu, hingga akhirnya dia membelalakan kedua matanya.

"RAMA!!!" Pekik Risa saat melihat salah satu siswa yang masih terus menyerang satu sama lain. Dengan langkah yang penuh amarah Risa segera masuk ke kerumunan itu. Tidak peduli teriakan demi teriakan yang menyuruhnya untuk menjauh.

"RAMA!!" Pekik Risa sambil menahan tangan adiknya yang terus memukuli seorang siswa yang sebaya dengannya.

"KAKRIS NGAPAIN DI SINI!!" pekik Rama kaget, "karis pergi, bahaya!!" Perintah Rama sambil menarik tangan kakaknya agar menjauh.

"Kamu pergi sama kakak!!" Risa gantian menarik tangan adiknya, akan tetapi yang terjadi Rama malah melepaskan tangannya kasar.

"Ga bisa kak." Rama menggelengkan kepalanya cepat.

"RAMA KAMU ITU--- RAMA!!!"

Bersamaan dengan itu Rama terjatuh dengan darah segar yang terus mengalir. Dengan air mata yang sudah tumpah, Risa segera terduduk dan memangku kepala adiknya itu. Semua seakan terjadi begitu cepat, tepat beberapa detik yang lalu seorang cowok sepantaran adiknya itu baru saja memukul kepala adiknya dengan sebuah kayu besar, dan Risa tidak sempat mencegahnya.

"Ram maafin kakak," isak Risa.

"Yaampun Neng!!"

"Panggil ambulan!!"

"Cepat tolong!!"

Sahutan - sahutan dari warga sekitar, hanya angin lalu bagi Risa. Sungguh Risa panik sampai rasanya dia tidak kuat untuk berdiri.

"Risa!!"

Panggilan yang tidak asing itu membuat Risa mengalihkan pandangannya. Dengan air mata yang terus mengalir, Risa menatap seorang cowok yang sekarang berjongkok di depannya.

"A..a.ri," lirih Risa.

"Pak bantu bawa ke mobil saya," ujar Ari sambil mengangkat tubuh Rama.

"Ayo Ris!! Bawa Rama ke rumah sakit!!" Teriak Ari yang sekarang sudah bersiap menggendarai mobilnya.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang