Part 37

1.1K 102 4
                                        

"Oh bulan, bintang di langit san--"

"Uy Dinda, sekarang tuh pagi ngapain jadi bulan bintang!!" teriak Tiar saat melihat sang sahabat yang tengah membacakan puisi di depan kelas pada rabu pagi ini.

Dinda segera menatap selembar kertas di gengamannya saat ini untuk kemudian menyelisik kata demi kata yang terangkai di sana. Dia hanya bisa mendegkus kasar untuk kemudian melirik Risa yang ternyata hanya menatap Dinda polos tanpa rasa bersalah.

Ingin rasanya unyeng-unyeng Risa yang bukannya merasa bersalah malah menatap Dinda untuk kemudian Tiar bergantian. Oh Tuhan, sungguh pagi ini benar-benar membuat mood nya turun.

"Dinda, kamu sudah membaca ketentuan puisi?" tanya Bu Witri.

"Eh anu, saya ... saya ...."

"Bu, Dinda nggak salah," sahut Risa sambil mengacungkan tangannya. Sungguh Risa tidak tahu jika puisi kali ini ada ketentuannya. Dia benar-benar merasa bersalah. Lagipula, dia saja baru tahu hari ini ada seleksi membaca puisi di kelas, tepat hari pertama dia sekolah lagi setelah sekian lama absen. "Saya nggak tahu kalau ternyata puisinya ada ketentuan."

Bu Witri menatap Risa bingung untuk kemudian sadar akan suatu hal. "Kamu yang membuatkan puisi untuk Dinda?"

"Iya, Bu," jawab Risa polos.

Oke, nih anak makin hari kelewat polos. Dinda hanya bisa merutuki Risa dalam hati, dan untuk kemudian menatap ragu Bu Witri yang bisa diprediksi akan membuatnya menjadi anak rajin dalam seharian ini.

"Dinda, ke perpustakaan sekarang dan catat minimal 200 judul buku!!" Suruh Bu Witri. "Saya tidak suka murid yang curang."

"Tap--"

"Dan untuk kamu Risa, silakan mengikuti hal yang dilakukan Dinda dengan judul buku yang berbeda. Kalau ada yang sama satu saja, saya tambah tugas kalian."

Risa yang memang masih tidak paham situasi hanya bisa melongo. Astaghfirullah, Risa baru saja masuk hari ini dan sudah dikasih tugas yang akan membuang waktu seharian. "Bu, kesalahan saya apa ya?" tanya Risa.

"Kamu membantu Dinda membuat puisi, kan saya udah bilang dari awal kalau yang curang atau membantu kecurangan tidak ditoleran. Cepat keluar kelas!!"

"Tapi Bu, saya mau bel--"

"Bawel lu Ris," ujar Dinda yang ternyata menghampiri bangku sang sahabat untuk kemudian keluar kelas.

"Ih Dinda, ini nggak adil," ujar Risa. "Ini tuh materi pelajaran yang aku nanti-nantikan. Ayok ke sana, kita jelasin kesalahpahaman ini." Risa berusaha melepaskan genggaman tangan Dinda dan mau kembali ke kelas.

"Kita salah, gua yang lebih tepatnya salah sampai nyeret lu kena masalah," ujar Dinda. "Lu sih jadi anak kelewat polos."

Risa hanya mengembuskan napas lelah untuk kemudian melirik sang sahabat. "Kita tuh sebenarnya ada tugas apa?"

"Tuh baca yang di papan mading," ujar Dinda yang ternyata berhenti tepat di samping papan mading.

Risa segera menuruti perintah Dinda, dan membaca sebuah pamflet yang cukup menarik perhatian. Di sana tertulis bahwa akan ada lomba puisi antar kelas yang diwakili oleh seorang siswa atau siswi. Netranya segera membaca ketentuan-ketentuan puisi, dan menurutnya puisi yang dia bikin dadakan tadi pagi tidak melanggar ketentuan.

"Jadi dalam rangka menyeleksi perwakilan puisi di kelas kita, Bu Witri nyuruh kita bikin puisi yang menggambarkan suasana pagi hari," jelas Dinda yang seakan mengerti kebingungan Risa.

Risa hanya mengangguk paham, untuk kemudian mengikuti Dinda beriringan menuju perpustakaan. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Hingga perlahan, Risa merasakan langkah Dinda yang makin memelan.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang