Hidup itu bukan tentang kebahagian dan kesenangan saja. Tapi tentang bertahan dalam suatu kepahitan yang akan berakhir manis.
***
Brak..."Risa!!"
Bersamaan dengan pintu UKS yang dibanting, muncul seorang pria dengan penampilan yang sangat berantakan. Rambut yang sudah acak - acak, seragam yang sudah keluar dan kusut. Hingga Risa menyadari pipi kiri cowok itu agak membiru.
Pria itu semakin mendekat, hingga akhirnya dia berdiri tepat di samping Risa.
"Risa kamu ga papa?" tanyanya ragu.
"Pertanyaan basi," jawab Rio sarkastik.
Mengabaikan ucapan Rio, pria itu mencoba meraih tangan Risa, "Ris..,"
"Jangan pegang," ujar Risa dingin sambil menarik tangannya yang hampir dipegang itu.
"Ris.."
"Ehh jauh - jauh dari Risa!!" Suruh Tiar yang baru datang kepada laki - laki yang membuat sahabatnya terkapar di UKS.
Dengan kasar Tiar sedikit mendorong pria itu agar menjauh dari sahabatnya.
Dan bersamaan dengan itu, muncul seorang laki - laki yang sibuk membersihkan darah yang keluar dari sudut bibirnya.
Risa menatap kedua cowok itu secara bergantian, ia menyimpulkan bahwa kedua pria itu dengan penampilan acak - acakan sudah melakukan suatu hal bodoh. Yaitu adu jotos, yang ga ada manfaatnya sama sekali.
Risa sesekali melirik Azzam yang sibuk mengobati lukanya. Akan tetapi mengingat apa yang dilakukan Azzam padanya dulu, membuat Risa segera mengalihkan pandangannya kepada teh hangat yang sepertinya sudah mulai dingin.
"Ris lu mau minum?" tanya Tiar saat melihat Risa yang melirik teh tersebut.
"Ga-"
"Risa ga suka Teh dingin kayak gitu. Dia sukanya Teh anget atau es teh," jawab Ari tiba - tiba.
"Ga ada yang nanya lu," sinis Dinda.
Risa hanya bisa diam, tanpa memberikan reaksi apapun. Disatu sisi Risa ingin Ari menceritakan semua yang terjadi, tapi disisi lain Risa terlalu muak dengan sifat egois cowok itu.
Sedangkan Azzam? Risa sendiri bingung harus bereaksi apa. Marah? tapi.. Risa ga bisa marah sama Azzam gitu aja. Kecewa? Pasti, bayangkan aja cowok yang udah dia kagumin sejak lama ternyata cowok yang membuat dia melupakan masa kecilnya dan membuatnya trauma dengan orang asing. Padahal Risa merasa dekat dengannya akhir - akhir ini, tapi? takdir seolah mempermaikannya.
"Ini ga ada yang mau dijelasin?" tanya Rio tiba - tiba karena merasa ada suatu permasalahan di antara sepupunya, sahabatnya dan pria sok itu.
"Kayaknya kalian butuh bicara, ayo keluar!!" ajak Dinda kepada teman - temannya.
"Gua ga mau, gua mau tau masalahnya" tolak Rio.
"Rio ayo..," paksa Dinda yang sudah menarik tangannya.
"Cepet ga yo atau mau gua sleding," ancam Tiar yang sudah menggulung lengan bajunya.
Melihat tatapan tajam itu membuat Rio ngeri sendiri dan segera keluar. Masalahmya tuh dia pernah nentang Tiar, ehh alhasil si Rio yang ga ada bela diri apa - apa harus jalan pincang. Gara - gara kakinya ditendang Tiar.
Hening. Ketiga remaja itu hanya terdiam satu sama lain, Risa yang masih sibuk bergelut dengan hati dan pikirannya. Ari yang sibuk memikirkan bagaimana supaya Risa tidak ketus padanya lagi atau Azzam yang masih sibuk mengobati luka di sudut bibirnya dan ujung mata kananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...