Semua seperti puzzle yang perlu disusun agar tahu bagaimana kejadian sebenarnya.
***
Keempat remaja ini segera
menghampiri ketiga remaja itu. Semakin mendekat sebuah suara bernada dingin dan pekikan Tiar memasuki indra pendengaran mereka.Hingga akhirnya pernyataan salah seorang dari mereka membuat Risa mematung.
"Gua nggak akan biarin Risa meraih impiannya. Gua benci banget sama dia, melebihi benci gua dengan kedua orangtua gua sendiri."
"Dinda....," lirih Risa. Dia menggeleng tidak percaya akan pernyataan sahabat yang sudah dia anggap seperti saudara sendiri. Mereka berteman baik sejak SMP walau berbeda kelas.
"Risa!" kaget Dinda beserta Tiar secara bersamaan.
"Aku nggak salah denger, kan?" tanya Risa berusaha setegar mungkin. Dia berharap hanya salah dengar, tapi dia tidak tuli. Dia berharap sedang bermimpi saat ini, tapi dia sedang tidak tertidur. Semua nyata bukan dunia halusinasi yang sering dia buat. Lagipula dia tidak akan juga membuat dunia halusinasi yang menyakitkan seperti pernyataan tadi.
"Lu nggak salah denger, gua emang benci sama lu." Netra itu menatap bola mata Risa dengan dalam. Terlihat dari kilatan matanya yang menyimpan banyak amarah, dendam, dan kekesalan yang selama ini dia pendam.
"Kamu nggak lagi drama, kan, Din? Hahaha... pasti kamu lagi latihan akting kan?" tanya Risa diselingi tawa yang begitu terdengar menyakitkan.
Dengan tangan yang mengepal kuat, Dinda menghampiri Risa yang masih mematung di tempatnya tadi. Siapa sangka, dia mendorong Risa ke belakang yang untungnya ditahan oleh Ananda.
"Heh nenek lampir, apa-apaan lu!!!" kesal Rio dan segera maju ke depan. "Bener kata Tiar lu munafik!" pekiknya.
"Kenapa lu bisa membenci Risa yang gua tahu sahabat lu sendiri?" tanya Azzam yang tidak terbawa suasana yang mulai panas. Mereka tidak bisa menumpah kekesalan satu sama lain, harus ada yang dijelaskan.
"Awalnya iya gua anggap dia sahabat, tapi lama-lama gua muak liat dia!"pekiknya,"gua muak liat kehidupan dia!"
Sakit. Sungguh ini sangat sakit sekali. Pernyataan Dinda barusan benar-benar menohok hati Risa. Dia masih mencerna semua yang terjadi saat ini.
"Gua nggak paham sama lu." Tiar akhirnya angkat bicara, "dia sahabat lu yang lebih lama kenal dari gua. Selama kita berteman dia baik sama kita, bahkan sama lu Risa lebih perhatian. Apa lu udah gila, malah balas dia kayak gini?" tanya Tiar, "dan gilanya lu jebak gua buat jadi kambing hitam rencana busuk lu!"
"Kalian nggak akan tahu rasanya jadi gua!!" pekik Dinda. "Risa dari dulu punya keluarga yang harmonis, lah gua??? Keluarga gua hancur. Risa selalu mendapat pujian karena kepintarannya, gua? Cuma bisa jadi penonton dia yang disanjung. Risa selalu diprioritaskan dalam segala hal, gua cuma jadi ekornya di belakang yang melihat semua kesuksesan keberhasilan dia," jelas Dinda dengan wajah yang sudah memerah.
"Din, aku nggak tahu kalau----"
"Ya lu nggak akan pernah tahu apa yang gua rasaian!!" pekik Dinda, "sebab semua perhatian terpusat sama lu!! bahkan Tiar, Ananda, Rio, Azzam, semua teman kelas suka sama lu! Tias yang gua kira akan sepemikiran dengan gua, berakhir jadi baik sama lu!! Pikir!! semua apa-apa tentang lu!!"
"Ya salah lu sendiri, Din nggak pernah mau cerita masalah lu!" pekik Tiar. Di sini Risa tidak tahu apa-apa, tidak sepantasnya Dinda seperti itu.
"Lu kayak anak-anak," desis Rio, "gua nggak nyangka lu yang selama ini ngertiin Risa malah di belakang, busuk!!"
Dinda mengepal tangannya kuat-kuat. "Liat Ris, bahkan Rio selalu membela lu!! Lu nggak tahu rasanya kan, orang yang lu suka selama ini malah deket sama sahabat lu sendiri!!"
"Lu suka sama Rio?" tanya Azzam tak menyangka.
"Gua suka dari SMP. Tapi Rio selalu perhatiannya ke lu! Apa- apa lu!! Orang yang gua harap bakal bisa sayangi gua, malau fokusnya ke lu juga!!"
"Heh cewek gila!! Rio itu sepupu Risa, wajar lah!" pekik Tiar.
Kali ini Rio yang mematung, Dinda menyukainya? Musuh bebuyutannya menyukainya?
"Pokoknya gua benci sama lu!!" pekik Dinda, "liat aja gua nggak biarin impian omong kosong lu kecapai!!" Dinda segera berlari meninggalkan mereka.
"Heh jangan lari lu!!" pekik Rio.
"Dinda!!" teriak cowok bertudung itu akhirnya untuk berniat mengejar Dinda.
"Heh tunggu! Lu siapa?!" Azzam menengah orang itu untuk kabur. Dia menarik belakang jaket cowok itu. Untuk kemudian berniat membuka tudungnya.
"Woy panas ini!!" pekik Rio, "sini liat gua, buka tudung lu!!"
"Lepasin guaa!!"
Terlambat, akhirnya tudung jaket itu terbuka dan nampaklah wajah yang sangat mereka kenal.
"Riko," kaget Rio. Rio sangat tahu, Riko ini orang yang waktu itu menjadi saksi kekacauan di acara isra mikraj.
"Riko ini si saksi palsu yang bantuin Dinda buat jadiin gua kambing hitam pas acata isra mikraj waktu itu," jelas Tiar.
"Puas kalian semua bikin sepupu gua kacau!!" pekok Riko, "liat aja, kalian gua balas!!" Riko segera melepaskan diri dan pergi mengejar Dinda.
"Aku baru tahu Riko sepupuan sama Dinda," ujar Ananda.
"Aku sejahat itu sama Dinda," ujar Risa dengan air mata yang sudah menetes. Risa segera berlari meninggalkan tempat itu.
"Risa!!" Ananda segera berlari mengejar Risa yang entah kemana.
"Sumpah kepala gua pusing," ujar Rio. "Sebenarnya apa yang terjadi hah??!!"
Azzam benar-benar tidak menyangka dengan semua yang terjadi. Dia bisa paham bagaimana perasaan Risa saat ini. Pasti hatinya begitu kacau akibat pernyataan sahabatnya itu.
"Nanti kita pikirin lagi, sekarang ayok samper Risa," ajak Azzam yang ikut berlari.
Sekarang tinggalah Tiar dan Rio yang masih mematung di tempatnya.
"Udah gua bilang, gua nggak munafik," sindirnya kepada Rio.
"Iya iyaa gua salah sangka. Lu kalau mau marah-marah sama gua nanti dulu, sekarang ayok kejar Risa."
Taman ini seakan menjadi saksi bisu bagaimana semua yang selama ini terasa mengganjal sudah terkuak. Akan tetapi, masih banyak hal yang menggantung dan perlu penjelasan. Mengenai kehidupan yang dirasakan Dinda sebenarnya seperti apa, rencana yang pernah Tiar buat tanpa berniat menyakiti Risa, hingga berakhir rencana-rencana Dinda yang menjadikan Tiar kambing hitam. Semua seperti puzzle yang perlu disusun agar tahu bagaiman kejadian sebenarnya.
***
Yey terungkap siapa dalang sebenarnya. Aku tahu part ini belum jelasin semua hal ganjal yang terjadi. Tapi bakalan dijelasin di part selanjutnya stay terus yaa....
Padang, 04 Juli 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
EspiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...