Part 50

381 31 0
                                    

Tak terasa sudah sampai di penghujug semester yang menandakan Ujian Akhir Semester akan dilaksanakan. Wajah lesu, kusut, dan tidak bersemangat penghuni kelas ini seakan menandakan bahwa mereka tidak sedang berbahagia. Hal ini dikarenakan pengumuman tenang UAS yang akan diadakan minggu depan.

"Nggak kerasa ya kita udah mau kelas 12 aja," ujar Ananda.

"Iya ih, perasaan baru kemarin kita MPLS," ujar Risa sambil mengingat di hari pertama MPLS terlambat sampai tiga jam. Sungguh tak kan terlupakan olehnya.

"Gua nggak sabar jadi kakak senior," timpal Dinda membayangkan menjadi kakak senior yang disegani oleh adek-adek kelasnya. Pasti akan seru bisa berjalan santai tanpa harus segan dengan kakak kelas karena dia sendiri akan menjadi kakak kelas yang disegani.

"Tapi jangan salah, tandanya kita juga akan menghadapi berbagai macam ujian," ujar Risa mengingatkan mengenai realita kelas 12 yang amat menyedihkan. Pasti nanti akan dipenuhi berbagai macam ujian.

"Eh iya apalagi kamu harus belajar buat tes ke Mesir kan?" tanya Ananda.

Risa mengangguk mantap. "Tapi tes nya dimajuin jadi seminggu setelah UTS," jawab Risa lesu.

"Kenapa dimajuin?" tanya Dinda yang penasaran mengenai alasan dimajukannya tes. Ini sungguh teramat penting karena mengenai impian Risa. Misi nya harus bisa jalan.

"Entah kenapa dimajuin, aku kan bukan panitianya," jawab Risa.

Tanpa disangka obrolan mereka didengar oleh Tiar yang duduk beberapa meter dari mereka. Mungkin dia sedari tadi sibuk memainkan ponsel, akan tetapi telinganya bekerja.

"Seminggu setelah UAS ya," gumamnya, "kira-kira gua harus gimana?" tanya nya bingung sendiri.

"Gua ada rencana." Tias yang terduduk di samping Tiar segera membisikan sesuatu kepada Tiar.

"Dengan begitu impiannya akan hancur, Yas," ujar Tiar setelah Tias membisikan rencananya.

"Ya tapi terserah lu, daripada terkuat awal dan nanti bakalan ada hal yang lebih parah dari ini. Dia pinter Ti, nggak akan diem aja begitu aja saat misi nya gagal."

Tiar mengangguk setuju, dalam hati dia mengucapkan sejuta maaf kepada Risa. "Maaf Ris gua nggak maksud hancurin impian lu," lirihnya.

"Hancurin impian Risa apa maksudnya?" ujar sebuah suara bariton yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping meja Tiar.

Rio awalnya cuma iseng main ke kelas Risa karena di kelas dia bosen lihat nya itu-itu saja. Akan tetapi saat masuk ke kelas ini dia cukup penasaran dengan kedua cewek jahat itu yang berbisik-bisik. Jiwa penasarannya datang, akan tetapi sayang sekali hanya dapat mendengar lirihan Tiar itu.

"Rencana apalagi yang mau lu buat?" tanya Rio.

"Lu salah denger," ujar Tiar yang cukup kaget akan kehadiran Rio.

Rio yang merasa ada yang mereka rahasiakan langsung menatap kedua gadis itu tajam. "Gua pantau semua kegiatan kalian." Rio segera meninggalkan kedua perempuan itu dan menghampiri sepupunya.

Dia masih tak menyangka ada perempuan sepicik Tiar, padahal Risa bisa aja melaporkan perbuatan Tiar kepada kepala sekolah karena sudah mencemarkan nama baik mengenai kasus video itu. Akan tetapi, sepupunya itu masih saja baik dengan perempuan ular itu.

"Ciee yang free class," ledek Rio kepada ketiga siswi yang asik mengobrol.

"Heh jelangkung, ngapain lu ke sini," ujar Dinda. Dalam hati dia seneng dengan kehadiran Rio, tetapi dia berusaha menutupinya dengan berlagak seperti seorang musuh. Setidaknya dengan begini dia bisa berinteraksi banyak dengan Rio.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang