Di ruangan yang serba putih itu Risa hanya mondar - mandir tidak jelas dengan mata yang sesekali melirik Azzam yang masih terbaring di ranjang UKS.
Lemparan bola basket Risa yang kencang dan meleset itu ternyata mengenai dahi Azzam yang sekarang benjol dan membiru itu. Pasti sangat sakit hingga Azzam tak sadarkan diri. Sungguh dia merasa takut. Takut terjadi sesuatu yang fatal terhadap kondisinya dan takut Azzam membencinya karena perbuatannya itu. Mungkin untuk opsi yang terakhir membuat Risa hanya tersenyum miris. Deket sama Azzam aja enggak tapi malah nyari masalah.
"Ris.. Lu bisa diem ga? gua pusing liatin lu yang mondar - mandir ga jelas," jengah Rio.
Risa segera menghentikan kegiatannya itu dan duduk di sofa yang letaknya bersebrangan dengan Rio. Dia sedikit mengibas - ngibaskan kerudungnya. Sungguh cuaca hari ini terasa sangat panas.
"Gua takut yo," lirihnya masih melirik Azzam yang tak sadarkan diri hingga sejam.
Rio memutar bola matanya malas, "yailah bentar lagi juga sadar," jawabnya santai.
Arghh...
Mendengar sebuah suara erangan, kedua remaja itu segera mengalihkan pandangannya kepada Azzam yang sedang memegang kepalanya.
Rio segera menghampiri teman sekelasnya itu yang diikuti oleh Risa di belakangnya.
"Masih ada yang sakit bro?" tanya Rio.
"Agak pusing dikit," jawabnya.
"Ehhh.. kucrut, ngapa lu ngumpet di belakang gua. Jangan jadi pengecut," desis Rio kepada Risa yang memang sedaritadi berdiri di belakang Rio
Dengan canggung Risa segera berdiri di samping kasur Azzam.
"Lu?" Kaget Azzam.
Risa segera menundukkan kepalanya, "gua minta maaf udah ngebuat lu celaka, gara - gara bola basket tadi. Tapi serius gua gak sengaja."
Azzam sedikit mengangkat alisnya bingung, hingga kilasan memori yang terjadi beberapa jam lalu menguasai pemikirannya. Dia sedikit menganggukkan kepalanya saat paham apa yang terjadi.
"Santai aja, gua ga papa kok."
Risa segera mengalihkan pandangannya kepada Azzam yang sedang tersenyum menandakan dia baik - baik saja
"Nama lu siapa?" tanya Azzam.
Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di dadanya saat mengetahui bahwa Azzam memang tidak mengingatnya sama sekali.
"Nama gua Adrisa Resyafa."
Azzam mengangguk - angguk kepalanya, hingga tiba - tiba saja dia menjentikkan jarinya, "gua ingat."
"Inget apa?" tanya Risa bingung.
"Lu si Riscu itu, kan?"
"Riscu?" tanya Rio bingung.
"Iya, pas SMP anak - anak kelas manggil dia Riscu," ujar Azzam sambil melirik Risa yang terdiam.
"Kok gitu?" tanya Rio semakin penasaran.
Azzam sedik kengedikkan bahunya, "Ga tau juga sih kenapa dipanggil gitu, tapi gua sempet nanya itu panggilan kesayangan untuk dia."
"Panggilan itu," batin Risa.
Entah kenapa ada sesuatu yang menghantam dadanya saat mengingat panggilan itu. Tangannya mengepal kuat saat memori - memori masa SMP nya menguasai pikirannya. Hingga tiba - tiba saja Risa meninggalkan ruangan itu, dengan Rio dan Azzam yang saling pandang bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...