Ini aneh. Entah apa yang terjadi, yang jelas Risa merasakan ini tidak seperti biasanya. Kemana celotehan Rio yang receh seperti biasanya? Kemana Tiar yang selalu heboh menceritakan cowok cakep di sekolah ini? Kemana pula Dinda yang sering berbicara pedas jika Rio ngelakuin kesalahan dikit. Semua seakan menyelam dengan pikiran masing-masing. Di antara keanehan semua ini, yang lebih mengganjal masker yang terus melekat di wajah Rio sedaritadi.
"Hemmm..." gumaman Risa ternyata mengalihkan seluruh pasang mata di meja panjang itu. Risa pun tak sadar mengumam seperti ini.
"Kenapa?" tanya Azzam.
"Kalian semua sariawan ya?" Risa hanya bisa merutuki pertanyaan saat ini. Terkadang otak lemotnya ini susah sekali diajak pintar sebentar saja. "Eh maksdunya, ini kenapa jadi pada diam-diaman gini." Akhirnya dia bisa mengutarakan apa yang dia rasakan sedaritadi.
"Gua kan emang pendiam, kalem, dan ganteng bagaikan---"
"Genteng bocor," sela Dinda.
Kalau sudah begini Risa sudah tahu apa yang akan terjadi.
"Palamu genteng bocor." Rio segera mengulurkan tangannya untuk mengambil kentang goreng yang sedikit jauh di depannya, untuk kemudian melempar potongan kentang goreng itu tepat ke arah Dinda.
"Rio!! Kentang goreng gua jangan dibuang-buang dong!!" kesal Dinda dan segera mengambil alih piringnya. Dia menatap sinis cowok di hadapannya yang sebenarnya bikin dia deg-degan sendiri.
"Apa lu liat-liat, jatuh hati tahu rasa lu," ujar Rio dengan pedenya.
Dinda hanya mendengkus untuk kemudian mengalihkan pandangannya pada masker Rio. Bukan hanya Risa, sebenarnya semua mata yang ada di meja itu, terkecuali yang mengetahui penyebabnya, sungguh penasaran.
"Serius deh Yo, lepaslah tuh masker, risih gua liatnya." Hingga akhirnya hanya kata itu yang keluar dari bibir Dinda.
Rio hanya memutar bola mata malas untuk kemudian melirik sinis Tiar yang masih santai menyedot jus jambunya dengan pandangan datar. Sungguh, sebenarnya dia malas dengan makhluk licik seperti dia, mending makan di kelas sendiri kayak jones, daripada semeja dengan gadis itu. Ya tapi bagaimana lagi, dia tak mau yang lainnya tambah curiga.
"Eh gua duluan ke kelas," sahut Tiar yang sebenarnya merasa sekali tatapan Rio itu. Dia juga risih ditatap sebagai manusia paling jahat oleh pria itu. Sungguh, apa salahnya sih menyetujui rencananya, lagipula supaya sahabatnya itu tak menyesal kemudian.
Risa hanya menatap kepergian dengan bingung. Ah, dia rasa seperti ada hal yang tak diketahuinya terjadi di antara mereka. Tanpa minat dia hanya mengaduk batagornya dan lagi-lagi suasana hening seperti tadi. Ini mah nggak sekalian mengheningkan cipta aja gitu?
"Tumben amat si Tiar belum bel udah ke kelas," ujar Dinda, "tapi aneh deh, dia diem aja daritadi."
"Iya kayak kalian, diem aja daritadi," sahut Risa dengan pandangan ke teman-temannya satu per satu. "Sebenarnya kalian kenapa? Apa yang terjadi pas aku pingsan kemarin? Kalian tuh aneh banget hari ini. Kalian nggak---"
"Stop!! wey!!," pekik Rio, "lu nanya satu-satu dong, gimana mau jawabnya," ujarnya dengan pandangan dongkol.
"Biarin aja yo, udah sembuh itu tandanya. Efek dijempur kayak ikan asin kemarin mungkin," celoteh Azzam yang ternyata membawa gelak tawa.
"Huhahahaha.... parahh Ris, lu dikatain kayak ikan asin sama Azzam," tawa Rio sambil menunjuk-nunjuk muka Risa.
"Tinggal digoreng," Sahut Ananda.
"Garing," sahut Dinda yang membuat teman-temannya yang lain terdiam.
"Lah kenapa?" tanya Dinda bingung, "gua cuma nambahin, kata Ananda tinggal digoreng, ya abis digoreng, garing lah. Ga lucu emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...