Hidup itu pilihan. Salah satunya memilih tidak peduli sehingga tidak tau tentang apa pun atau memilih peduli yang terkadang harus siap mengetahui sebuah fakta yang terkadang tidak sesuai ekspetasi.
***
"Ris lu suka Azzam ya?"
Risa seketika meneguk salivanya, hingga tiba - tiba....
"Ha ha ha ha... pertanyaan macem apa itu, ga sekalian lu tanya 'ris upin - ipin kapan gedenya' "jawab Risa ngaco dengan tawa sumbangnya.
"Ye kan gua cuma nanya," ujar Tiar sambil mencomoti kue kering yang tersedia di meja makan.
"Risa aja takut sama lawan jenis, gimana mau suka sama cowok," ujar Ananda yang sedang menuangkan adonan kue ke dalam loyang.
"Ett.. tapi gua juga manusia kali, punya rasa punya hati," ujarnya menjawab ucapanan Ananda dalam hati.
"Atas dasar apa sih lu nanya gitu?" Tanya Dinda yang sedang menyalakan oven.
"Hmmm.. kata yang ramal gu-- ups," Tiar seketika menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Mendengar kata ramal ketiga gadis itu yang pendengarannya masih sangat baik, menatap Tiar yang sedang duduk dengan wajah paniknya dengan pandangannya yang berbeda. Dinda mengangkat sebelah alisnya, Ananda dengan mulut yang sedikit terbuka dan Risa yang memelototkan kedua mata sipitnya.
"Maksud lu ramal?" tanya Risa dan segera berdiri di hadapan Tiar yang masih terduduk.
Tiar menghembuskan napas lelah, dia sedikit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "he he he... gua iseng kok." Jawabnya sambil menampilkan cengiran yang menandakan hal tersebut sangat sepele.
Tak
"Siapa yang ngajarin lu ikut gituan? Hah?" tanya Risa setelah memukul kepala Tiar dengan sendok di tangannya, "lu tau kan kalau ramal - ramalan itu dosa? itu sama aja lu mau dahuluin Allah. Itu termasuk syirik Tiar, kenapa lu lakuin itu sih." Omel Risa dengan napas memburu dan ikut duduk di bangku sebelah Tiar.
"Maaf gua khilaf, gua kan cuma nemenin temen SMP gua ke tukang ramal deket rumah gua. Terus tuh tukang ramal malah ngeramal gua tentang orang yang gua suka. Ya gua kan jadi ikut - ikutan juga saking penasarannya." Jelasnya menyesal.
"Terus dia ngomong apa aja?" tanya Dinda penasaran segera menghampiri Tiar.
"Dinda lu juga jangan ikutan," ancam Risa dengan tatapan tajamnya.
"Duh Ris gua tuh penasaran, cepet Ti ceritain," ujar Dinda.
Risa yang memang ingin meredam emosinya segera bangkit dari kursinya dan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Sungguh ada terselip rasa kecewa terhadap sahabatnya.
Melihat ekspresi Dinda yang penasaran, Tiar segera membuka pembicaraan.
"Jadi tuh kata dia, si Azzam itu emang banyak yang suka, nah salah - satunya temen terdekat gua. Dia bilang tuh cewek yang suka sama Azzam dandanannya syar'i gitu. Lah kan diantara ķita berempat cuma Risa doang, makanya gua nanya Risa." Jelasnya.
Dinda segera mengangguk - anggukkan kepalanya mengerti.
"Pikiran Tiar sempit banget sih, jaman sekarang yang kayak begitu primitif banget. Udah jalani hidup aja sesuai takdir, biar semuanya kejutan," ujar Ananda dan manarik kursi untuk duduk di samping Tiar.
"Ya maaf gua kan khilaf," ujarnya masih menyesal.
"Yaudah shalat tobat sana, mohon ampun," suruh Risa yang baru keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih tenang, ternyata efek wudhu sangat bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...