Salah satu kunci hidup tenang adalah memaafkan segala hal yang terjadi dan berdamai dengan keadaan.
***
"RIO!! MAKANAN GUAAA!!"
"RIO MINUMAN GUA!!
Keadaan seperti ini seharusnya sudah biasa bagi Risa. Tapi tentu saja kepalanya tetap pusing saat berkumpul seperti ini. Bisa dilihat keadaan rumahnya yang sudah tidak layak disebut sebagai rumah. Bantal sofa yang sudah berserakan, kulit kacang di mana-mana, dan...
"Rio!! Kenapa buku novelku dijadiin tatakan jus!" pekik Risa saat melihat novel kesayangannya sudah berakhir mengenaskan ditindih gelas berembun itu. Bisa dipastikan itu akibat es batu yang telah mencair.
Mungkin Risa masih bisa sedikit tenang, apabila sepupunya ini mencari gara-gara dengan yang lain atau mengerjai Risa. Akan tetapi, kalau sudah membawa-bawa novel yang ia beli dengan susah payah, tentu saja ia tak bisa diam begitu saja. Cukup sudah buku puisinya yang berakhir di tong sampah karena tumpahan kopi Rio.
Risa segera mengambil novel yang berjudul "hujan" itu dengan gesit. Sekarang novelnya benar-benar sudah terhujani oleh jus jeruk Rio. Dia hanya menatap nelangsa nasib barang kesayangannya yang dibeli dari hasil membantu mama membuat kue pesanan.
"Rio, kamu harus tanggung-"
"Risa, jangan marah sama Rio. Bukunya Ananda yang minjem tadi, tapi nggak langsung kembaliin ke kamar Risa malah Ananda letakin di meja aja," potong Ananda cepat. Dari raut sahabatnya saat ini, ia sangat paham bahwa ada rasa kesedihan. Ananda sangat tahu bahwa Risa begitu merawat buku-bukunya. Ia jadi merasa bersalah telah ceroboh seperti ini.
Risa tidak bisa marah dengan Ananda, tapi dia juga tidak bisa menumpahkan kekesalan itu kepada Rio sepenuhnya. Jadi yang Risa lakukan hanya kembali duduk tenang dan merapalkan istighfar sebanyak-banyaknya. Come on ini bukan masalah besar, tidak wajar Risa malah marah-marah nggak jelas. Toh ini mengandung unsur ketidaksengajaan, terlepas entah apa yang dipikirkan Rio hingga menjadikan sebuah buku buat tatakan jus. Hanya Rio yang tahu, Risa sudah terlalu malas sekedar untuk menanyakan tingkah konyol Rio yang selalu di luar nalar.
"Its okay," ujar Risa dengan senyum tipis.
"Gitu doang?" tanya Rio dengan sebelah alis yang dinaikan. Bisa dilihat ada rasa tidak puas melihat respons Risa yang tak sesuai ekspetasi.
"Lah lu maunya gimana?" tanya Dinda sewot. "dilempar pake sapu?"
"Ga asik," ujar Rio sambil melempar kulit kacang itu ke sembarang arah. Tapi, siapa sangka ternyata lemparan kulit kacang itu mengenai seseorang yang baru saja datang.
"Assalamu'alaikum. Sambutan lu boleh juga, Yo." Pria berperawakan tinggi itu segera mengambil kulit kacang yang jatuh tepat di depan sepatunya dan melemparkannya kembali ke arah si empunya.
"Ck, Zam," decak Rio.
"Kenapa lu?" tanya Azzam, "buat ulah lagi kan?'" tanya Azzam tepat sasaran.
"Noh, novel Risa dijadiin tatakan jus," adu Tiar.
Azzam hanya mengangguk paham. "Emang aneh, kemarin ipad gua dijadiin tatakan kue kering."
Semua mata seketika menatap tak percaya akan kelakuan Rio yang semakin hari di luar nalar. Entah apa yang cowo itu pikirkan, tidak ada yang mengerti.
"Kenapa lu semua liatin gua begitu?" tanya Rio tanpa rasa bersalah maupun malu atas tingkahnya yang aneh.
"Dasar aneh," celetuk Dinda.
"Hidup kalian aja yang terlalu monoton," ujar Rio malas sambil mengunyah permen karet yang entah dapat darimana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualitéAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...