Part 24

1.2K 111 8
                                    

Aku hanya ingin bertanya satu hal. Apa saja yang sudah kamu lakukan di masa mudamu?

***

Ketika setitik cahaya datang untuk memberikan penerangan, disaat itu pula titik-titik itu tidak selamanya bertahan karena ada saja halangan yang membuatnya hilang, hingga kegelapan kembali menyelimuti.

Tepat saat ini seorang gadis remaja dengan kerudung instannya sedang termenung sambil menatap langit-langit ruang rawatnya. Matanya sesekali terpejam untuk mengingat semuanya, semua hal yang terjadi padanya sebelum itu. Akan tetapi yang dia ingat saat pria-pria jahat itu menabrak tubuhnya hingga sesuatu merembes dari kepalanya, dan di saat itu pula kegelapan menyapa. Akan tetapi saat matanya terbuka untuk menangkap secercah cahaya, dia malah disuguhi oleh pemandangan-pemandangan yang sangat asing. Hanya satu yang dia ingat, ketika wanita itu datang dan dia tahu bahwa itu Ibu nya.

Saat itu dia sangat ketakutan akan kedatangan kedua orang ading itu. Seorang wanita dengan rambut hitam panjang tergerainya yang mencoba memeluknya dan seorang cowok bertubih jangkuk dengan bola mata cokelat tua itu. Dia tidak mengenal mereka semua, kecuali Ibu nya. Hingga tanpa sadar pandangannya bertemu dengan cowok bermata hazel itu, tidak sampai tiga detik, pria itu seketika menundukkan kepalanya. Ada suatu rasa yang terselip saat dia melihat pria itu yang ternyata bernama Azzam. Akan tetapi, dia seketika beristighfar karena tidak baik memikirkan sesuatu yang tidak halal bagi nya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." jawabnya saat Ibu nya memasuki ruangannya. Tangan lembut itu segera membelai pucuk kepalanya yang dilapisi kerudung. "Mama darimana?" tanyanya.

"Beli bubur buat kamu, Ris," jawab Mama nya. "Gimana keadaan kamu? Masih ada yang sakit?"

Risa hanya menghembuskan napas lelah, "semuanya asing Ma, aku nggak ingat apa pun," lesunya sambil menatap langit-langit itu lagi.

Melihat keadaan putrinya yang seperti ini, membuat dada wanita paruh baya itu sesak. Untuk kedua kalinya hal ini terjadi, dan sungguh dia takut Risa trauma seperti sebelum-belumnya. "Nanti juga kamu ingat sendiri Nak, sekarang makan buburnya dulu ya."

Risa menganggukkan kepalanya mengerti, untuk kemudian menetima suapan dari Mama nya. Walau aku nggak ingat siapa pun, setidaknya aku masih ingat ada Allah SWT dan Mama yang jagain aku.

***
Semilir angin menerbangkan rambut itu yang sudah tertata rapi menjadi acak-acakkan. Mata hazel itu hanya termenung sambil memikirkan tentang nasib gadis itu. Dia seketika mengacak rambutnya frustasi. Kejadian seperti ini terjadi lagi, dan dia mengingat kejadian masa lalu itu.

Suara azan yang berkumandang dari masjid rumahnya itu membuat dia seketika tersadar. Apa yang barusan dia pikirkan, memikirkan gadis yang sama sekali belum halal baginya. Dia telah zina pikiran dan hati. Dia segera beranjak dari balkon kamarnya untuk kemudian mengambil peci dan sarung.

Dia segera melangkahkan kakinya menuju masjid, hingga akhirnya suara bising dari petikan gitar itu membuat dia menghampiri kerumunan anak remaja seusianya yang masih asik bercanda ria.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," salamnya yang membuat perhatian remaja-remaja itu langsung teralihkan.

"Wa'alaikumussalam pak ustadz Azzam," jawab mereka sambil terkekeh.

"Dah rapi aja lu Zam," sahut seorang cowok dengan jeans robeknya.

"Kalian nggak shalat?" tanya Azzam, "udah maghrib juga."

Seorang cowok berambut jabrik terkekeh, "nanti aja Zam, mending nongkrong-nongkrong di sini sambil ngopi."

"Masa muda tuh dinikmatin Zam, bukan kayak kakek-kakek di masjid."

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang