Part 26

1.3K 96 10
                                        

Azzam hanya bisa mengernyitkan dahi bingung saat Ari tiba-tiba saja mendatangi meja nya. Sungguh dia sudah tidak mau mencari masalah dengan pria itu. Lagipula dia sudah melupakan segala masalahnya di masa lalu dengan Ari.

"Zam," panggil Ari yang ternyata menarik perhatian seluruh murid kelas itu. Apalagi melihat siswi-siswi kelas ini yang bisik-bisik karena kedua orang yang sepertinya tidak memiliki hubungan yang kurang baik itu saling berhadapan.

"Ada apa?" tanya Azzam dingin.

"Gitu amat Zam, santai dong." Ari menepuk pundak Azzam seakan akrab dan sedikit terkekeh. "Apa kabar lu?"

Azzam sedikit mengangkat sebelah alisnya untuk kemudian menganggukkan kepalanya. "Alhamdulillah baik."

Ari hanya menganggukkan kepalanya paham untuk kemuadian tampak meliarkan matanya ke kanan dan kiri. Entah kenapa dia mau menusuk mata murid-murid kelas ini yang menatap penasaran kedatangannya ke sini. Hingga kemudian dia mengalihkannya kepada Azzam. "Pas pulang sekolah nanti gua mau bicara sesuatu." Setelah mengatakan itu keluar dari kelas.

Azzam hanya mengernyitkan dahi bingung, untuk kemudian mengangkat bahu cuek. Entah aoa yang ingin dibicarakan Ari, yang jelas dia berharap bukan suatu perkara yang buruk.

***
Risa hanya bisa termenung sambil memerhatikan tingkah teman-temannya saat ini. Tiar yang asik memainkan ponsel dengan senyum yang tidak luntur, Ananda yang sudah bergelut dengan buku sketsa dan pensil, sedangkan Dinda yang sedang mencak-mencak sambil menyuap siomaynya beberapa kali.

"Pokoknya gua nggak terima!!" Dinda langsung memakan siomaynya lagi untuk kemudian meminum jus jeruknya cepat. "Kalau gua ketemu tuh cabe, gua pites!!"

"Din aku juga nggak apa-apa," jawab Risa, "untung aja aku bawa kerudung ganti." Pikiran Risa langsung melayang saat dia baru saja memasuki kantin dan tiba-tiba saja ada seorang cewek yang menabraknya hingga membuat minuman perempuan itu tumpah di kerudung Risa. Akan tetapi perempuan tadi sudah meminta maaf dan Risa pun mau tidak mau memang harus memaafkan, lagipula hanya masalah kecil. "Dia nggak sengaja juga."

"Gua liat sendiri dia sengaja," kesalnya, "lagipula ngapain lu tahan gua sih Ris. Muka tuh cewek kelihatan banget ngerjain lu," jengkelnya.

Risa hanya mengangkat bahu cuek. "Udahlah Din, biarin aj--"

"Lu berubah." Tiar langsung meletakan ponselnya di atas meja dan menatap lurus Risa. "Risa yang gua kenal kuat, nggak akan biarin dirinya direndahin orang begini. Risa yang gua kenal nggak lemah dan pasrah aja diperlakuin kayak gini, akan tetapi gua masih--"

"Tiar diam!" Bentak Ananda dengan wajah yang memerah. "Kamu apa-apaan sih."

Tiar seketika membungkam mulutnya, pandangannya langsung bertemu dengan Dinda yang menatapnya jengkel dan beralih ke arah Ananda yang menatap Risa tidak enak. "Maaf Ris," ujar Tiar saat mengalihkan pandangannya kepada Risa yang hanya terdiam dengan raut wajah pias.

"Ris, maksud Tiar nggak gitu kok," ujar Dinda. Rasanya dia mau menggeplak mulut Tiar yang kalau bicara tidak disaring dulu. Tiar berbicara seperti itu seakan tidak memahami bagaimana kondisi Risa saat ini.

Risa hanya tersenyum miring dan menggelengkan kepala cepat. "Tiar nggak salah kok," ujarnya. Ya Tiar nggak salah karena dirinya yang sedang bermasalah saat ini. Bahkan dia saja tidak mengenali dirinya sendiri, bagaimana orang mau mengenalinya. "Aku ke kamar mandi dulu ya, Assalamualaikum," salamnya. Dia bisa melihat pergerakkan Dinda yang seakan menahannya, akan tetapi dia hanya menggangguk bahwa dia baik-baik saja.

Keadaannya saat ini bagaikan daun kering yang tertiup angin tanpa tahu tujuannya. Dia seakan tidak memiliki jati diri hingga hanya mengikuti apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya. Dia seperti daun yang seakan bergantung dengan angin untuk menuntun kebiasaannya sehari-hari, dan saat angin tidak berembus seperti biasannya dia hanya bisa terjatuh dan terdiam di sebuah tempat yang sangat asing. Hingga akhirnya sebuah pertanyaan menghinggapi pikirannya, apa impianku saat ini? Apa cita-citaku? Apa aku memiliki impian?

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang