Part 18

1.5K 111 34
                                    

"Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang."

-Imam Ibnul Qayyim

***

"Wah Risa selamat!!" Pekik tiga gadis remaja itu sambil memeluk seorang gadis yang baru saja keluar dari ruang Osis.

Akan tetapi gadis yang sedang dipeluk hanya memasang ekspresi datar tanpa ekspresi apapun, tidak ada raut senang di wajahnya.

"Ihh kok muka lu gitu amat," ujar Tiar.

Risa hanya membalas dengan mengerucutkan bibirnya dan terduduk di bangku panjang dekat ruang Osis.

"Kenapa sih?" Tanya Ananda dan ikut duduk di samping Risa.

"Kalian tau ga?" Tanya Risa sambil menatap teman - temannya satu persatu.

Tiar dan Dinda hanya mengerutkan dahinya bingung sedangkan Ananda langsung mengembangkan senyumnya.

"Ohh Ananda tau.. pasti Risa mau traktir kita, kan!!" Hebohnya.

Mendengar itu Risa langsung mengusap mukanya kasar,"bukan itu."

"Terus?" Tanya Tiar.

"Ari diterima Osis juga." lesu Risa.

"Ya terus kenapa?" tanya Dinda.

"Dan kita satu difisi," dongkol Risa.

"Terus?" Tanya Ananda.

"Terus terus terus, kalian pikir ini di parkiran," kesal Risa "ahh kalian ga ngertiin banget sih."

Risa segera meninggalkan ketiga temannya yang seketika terdiam. Mereka bertiga saling lirik hingga kemudian menghembuskan napas lelah.

"Kita ngertiin lu Ris," lirih Tiar yang masih didengar teman - temannya.

"Kalau Risa terus berlari dari masalahnya sama Ari. Semua ga bakal selesai," lanjut Tiar.

"Risa harusnya ga bersikap kayak ga kenal gitu. Dia harusnya bisa berhubungan dengan baik." Ananda masih menatap punggung Risa yang semakin menjauh hingga kemudian tidak terlihat lagi saat memasuki masjid sekolah.

Citt..

Decitan pintu yang terbuka itu menampakkan seorang siswa dengan wajah berseri - seri yang baru saja keluar dari ruang Osis. Sungguh dia terlihat seperti remaja yang sedang kasmaran. Matanya menangkap ketiga gadis remaja yang terdiam di dekat ruang Osis.

Matanya tampak seperi mencari sesuatu, hingga kemudian dia menghampiri ketiga gadis itu. "Risa mana?" tanyanya.

"Udah pulang kali," jawab Tiar sambil mengedikkan bahunya.

"Kalian mau gua traktir ga?" Tanya Ari tiba - tiba dengan senyum yang sedaritadi tidak luntur.

Ketiga gadis itu sempat mengernyitkan dahinya bingung, apalagi mereka merasa tidak sedekat itu dengan Ari, hingga cowok itu mau mentraktirnya. Tapi yang mereka tau, pasti cowok itu sedang senang saat ini.

"Dalam rangka apa lu traktir kita?" Tanya Dinda bersedekap dada.

Ari hanya menaikkan sebelah alisnya hingga kemudian dia melangkah melewati ketiga gadis itu. "Traktiran gua ga berlaku lama," ujarnya dengan langkah semakin jauh.

Ananda yang memang sedaritadi sudah sangat lapar langsung menarik Dinda dan Tiar dengan kedua tangannya. "Ananda lapar, jadi terima aja traktirannya," ajak Ananda mengikuti arah Ari menuju kantin yang pasti sudah sepi saat jam pulang sekolah saat ini.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang