Part 58

223 27 8
                                    

Azzam hanya bisa mengacak rambut frustasi saat dirinya tidak bisa menemukan Risa. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, tapi belum menemukan tanda-tanda kemana Risa saat ini.

"Kamu kemana sih, Ris," ujarnya pelan. Dia langsung turun dari motornya saat ini untuk duduk di pinggir trotoar jalan.

Dirinya begitu cemas sejak tiga jam yang lalu saat melihat Ibu Risa yang sedang cemas di halaman rumahnya. Betapa kagetnya Azzam tadi saat ibu Risa mengatakan bahwa Risa tidak ada di rumah sejak ba'da isya tadi.

Apalagi ponsel Risa tidak aktif saat dihubungi. Dia sudah menghubungi Dinda, Tiar, dan Rio mengenai keberadaan Risa. Akan tetapi, tidak ada yang mengetahuinya. Dia cuma mendapatkan informasi dari Rama tadi kakaknya memang keluar, tapi tak terpikir oleh Rama kemana kakaknya itu.

Azzam tak habis pikir dengan gadis keras kepala yang satu itu. Sudah tahu hari malam, main nekat saja keluar tanpa memberitahu orang rumah kemana ia akan pergi. Risa itu orangnya Azzam sangat tahu sangat ceroboh. Gadis itu suka tidak berpikir dulu bila melakukan suatu hal. Jika terjadi hal buruk bagaimana. Sungguh Azzam benar-benar cemas saat ini.

Brumm...

Brumm...

Azzam segera mengalihkan pandangannya saat sebuah motor berhenti tepat di samping motornya. Pemilik motor yang baru datang itu segera turun dan duduk di samping Azzam.

"Gimana?" tanya Azzam kepada Rio.

Rio hanya menggeleng pelan. Seperti Azzam, keadaan Rio kali ini tidak kalah kacaunya. Walau dia sama Risa sering adu mulut bahkan bertengkar kecil, tapi dia menyanyangi sepupunya itu. Jika terjadi hal buruk kepada Risa, Rio benar-benar merasa tidak becus menjadi seorang sepupu laki-laki yang seharusnya bisa melindungi Risa.

"Kita harus cari kemana lagi, Zam?" tanya Rio, "gua udah muter-muter cari di daerah sini bahkan nanya sama beberapa orang, tapi nggak ada yang lihat."

"Gua kepikiran ini ada kaitannya dengan Dinda," ujar Azzam. Risa tidak biasanya keluar malam seperti ini jika memang tidak benar-benar genting. Pasti terjadi suatu hal. Apalagi keberadaan Risa tidak aman sebenarnya sebab Dinda memiliki rencana untuk Risa.

"Gila bener juga lu!!" pekik Rio. Cemasnya kali ini bertambah.

Azzam benar-benar bingung harus mencari Risa kemana lagi. Dia benar-benar tidak becus dalam menjaga Risa. Otaknya terus berputar mengenai di mana keberadaan Risa. Apalagi senin nanti mereka ingin melaksanakan tes. Jika Risa tidak datang, ia dinyatakan mengundurkan diri dan otomatis tidak bisa mengikuti tes. Sungguh tak terbayang bagaimana impian gadis itu bisa hancur. Hingga akhirnya terlintas satu hal, jika benar ini kerjaan Dinda, maka ia harus bisa menemukan keberadaan gadis itu. Akan tetapi, alamat rumahnya saja tidak tahu.

"Yo, apa lu tahu di mana rumah Dinda?" tanya Azzam.

"Nah itu dia, Zam. Dinda itu nggak pernah mau kasih tahu di mana rumahnya. Sejak SMP kayak banyak yang dia tutupin," jelas Rio.

Untuk kesekian kalinya otak pria ini berputar dengan keras. Hingga dia menemukan titik cerah bagaimana mencari alamat rumah Dinda.

"Yo, apa kita ke rumah Dinda buat nyari dia," ujar Azzam.

"Ya tapi rumahnya aja nggak tahu," jawab Rio.

"Kita tanya sama pihak sekolah di mana alamat rumah Dinda. Pasti pihak sekolah tahu, Yo," ujar Azzam.

"Tapi ini udah malam, sekolah juga tutup, apalagi masih hari libur," ujar Rio putus asa.

"Gua ada kontak pak Gunawan bagian TU kita. Besok gua bisa bikin janji sama beliau untuk ketemuan. Nggak mungkin juga ke rumahnya sekarang," ujar Azzam.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang