Part 20

1.4K 114 30
                                    

Plakkk

"Dasar pembawa sial!!"

Plakkk

"Ga tau diri!!"

Risa hanya bisa memegangi kedua pipinya yang memanas saat mendapatkan tamparan itu bergantian. Dia menatap nanar kepada wanita dewasa itu yang tinggi berkat hells 15 cm, rok span selutut beserta atasannya, dan tas mahal yang Risa perkirakan harganya mahal. Tidak lupa make up yang menghias wajahnya dengan rambut coklat gelap bergelombang. Tipe - tipe wanita karier yang menjaga penampilan.

"Kenapa tante Merly nampar aku?" Tanya Risa lirih.

Tanpa menjawab ucapan gadis kecil di hadapannya wanita dewasa yang bernama Merly itu mencengkram kedua bahu Risa kuat.

"Di mana wanita murahan itu?" Tanyanya kepada Risa dengan mata yang menyorot penuh kebencian.

"Wa...nii..ta. mu..ra..han??" Tanya Ris terbata akibat bahunya yang dicengkram kuat Merly.

Wanita itu segera melepaskan cengkramannya dengan kasar dan menepuk - nepuk kedua tangannya sehabis memegang Risa. "Iya wanita murahan itu mana? Yang dengan beraninya menikah dengan adik saya."

Risa yang akhirnya mengerti maksud perkataan tantennya, langsung mengepalkan kedua tangannya kuat - kuat. "Mama bukan wanita murahan," desisnya mencoba menahan amarahnya.

Dia masih mengingat salah satu hadis. Sahal bin Muadz, dari Anas al-Jahni, dari bapaknya, menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

ﻣَﻦْ ﻛَﻈَﻢَ ﻏَﻴْﻈًﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻴﻊُ ﺃَﻥْ ﻳُﻨَﻔِّﺬَﻩُ ﺩَﻋَﺎﻩُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻋَﻠَﻰ ﺭُﺀُﻭﺱِ ﺍﻟْﺨَﻼَﺋِﻖِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺨَﻴِّﺮَﻩُ ﻓِﻲ ﺃَﻱِّ ﺍﻟْﺤُﻮﺭِ ﺷَﺎﺀَ
"Siapa saja yang menahan marah, padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya pada Hari Kiamat di atas kepala para makhluk hingga dipilihkan baginya bidadari yang dia sukai (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)"

"Mana wanita itu, saya mau bertemu," paksa tante Risa untuk memasuki ruangan tempat di mana mamanya yang masih tidak sadarkan diri.

"Jangan Tan mama lagi istirahat," cegah Risa mencoba menahan tangannya pada gagang pintu.

Merly segera menghempaskan tangan Risa secara kencang, hingga gadis mungil itu mundur ke belakang.

Akan tetapi tanpa di sangka Azzam menahannya dari belakang. Azzam yang memang sedaritadi hanya diam karena merasa tidak berhak ikut campur atas masalah keluarga ini, mau tak mau harus turun tangan juga akibat perlakuan kasar wanita itu.

"Ehh apa - apaan kamu!!" Hardik Merly saat Azzam menarik tangannya hingga jauh beberapa meter dari pintu itu.

"Tapi maaf ya, yang saya lihat Anda yang apa - apaan telah berlaku kasar seperti itu, " balas Azzam berusaha tetap sopan kepada wanita yang usianya terpaut jauh darinya.

"Cih.. bocah ingusan," decih Merly menatap cowok di hadapannya.

Merly segera mengalihkan pandangannya ke Risa hingga kemudian dia memandang sinis keponakannya itu. Dan berlalu begitu saja.

Risa sedikit menghembuskan napas lega saat melihat tantenya tidak jadi menemui mamanya. Dengan tangan yang sedikit menguasap - usap pipinya yang memerah, Risa segera memasuki ruang inap mamanya. Sungguh Risa tidak tega melihat mamanya begitu terpukul.

Ceklek

Bersamaan dengan pintu yang terbuka Risa dapat melihat Rama yang tertidur di samping mamanya. Dia sedikit meringis saat melihat hasil tamparannya di pipi Rama. Mungkin ini balasan akibat perbuatannya jadi dia mendapatkan dua kali lipat yang Rama rasakan.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang