Terkadang orang-orang terdekat kita lah yang membuat kita merasa down.
***
Keadaan kelas Risa begitu riuh saat pemberitahuan bahwa Classmeating yang akan diadakan senin depan. Teman-teman di kelas Risa sibuk untuk memilih siapa saja yang akan diwakilkan untuk mengikuti perlombaan yang menjadi kegiatan di classmeating nanti.
"Din, lu ikut lomba voli cewek ya," suruh Geo kepada Dinda yang saat ini tidak berniat berpartisipasi dalam acara class meating.
"Gua males, suruh anak yang lain aja," jawab Dinda malas.
Mendengar jawaban Dinda membuat Risa dan Ananda mengerutkan dahi bingung. Suatu kelangkaan seorang Dinda yang tidak betah diam memilih untuk menjadi penonton saat acara nanti. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, Dinda sangat bersemangat untuk mengikuti lomba-lomba, bahkan Dinda lah yang mengharumkan nama kelas karena memenangkan lomba voli cewek selama setahun belakangan ini. Memang dilihat dari luar terkadang orang tidak percaya bahwa Dinda jago bermain voli sebab perempuan itu seperti menyembunyikan bakatnya tersebut.
"Tumben males? ada apa?" tanya Risa bingung kepada teman sebangkunya ini.
Dinda hanya mengangkat bahu cuek, "entah, gua malas aja."
"Din, ikut ajalah," bujuk Geo. Padahal Dinda sangat diharapakan untuk berpartisipasi dalam lomba nanti.
"Gua pijitin deh lu kalau capek," tawar Bima.
"Gua enggak mau," tolak Dinda.
"Kamu ada masalah kah, Din?" tanya Risa kepada Dinda yang akhir-akhir ini berbeda dari biasanya. Dinda jadi lebih susah diajak untuk ini itu. Selalu malas jawabannya, tidak bersemangat seperti biasanya. Tunggu, apa ini efek dari partner nya yaitu Tiar yang tidak bersamanya lagi. Sebab Dinda dan Tiar lah yang sering membuat suasana tidak kaku.
"Kamu masih sedih ya nggak ada Tiar lagi?" tanya Risa ragu.
"Ngaco lu," jawabnya ketus, "denger namanya aja gua udah males."
"Din, apa kita kasih kesempatan Tiar buat sama-sama seperti dulu sama kita?" tanya Risa, "aku juga udah maafin semua kesalahannya."
"Nggak paham gua sama jalan pikiran lu, dia sama Tias sama aja. Mereka udah jahat sama lu, nggak usah sama mereka lagi," ujar Dinda.
"Terus kamu kenapa beda belakangan ini?" tanya Ananda yang merasakan perubahan Dinda juga.
Merasa diintrogasi kedua sahabatnya seperti ini membuat Dinda jadi jengah sendiri. Dia langsung bangkit dari kursinya dan berlalu keluar kelas.
Risa hanya bisa mengembuskan napas lelah melihat tingkah Dinda. Selalu seperti itu, dia akan pergi begitu saja jika ditanya.
"Dinda kenapa ya, An?" tanya Risa.
"Aku juga nggak tahu, Ris," jawab Ananda.
"Ya kalian cari tahu sendiri lah sahabat tercinta kalian kenapa begitu," celetuk Tiar yang tiba-tiba saja menghampiri meja Risa.
"Tiar," ujar Risa pelan. "Apa kamu lupa janjimu?"
"Gua ingat, gua nggak boleh nampakin wajah gua di depan lu kalau nggak bisa kasih bukti ke lu siapa yang salah sejak perjanjian di taman dua minggu lalu," jelas Tiar.
"Terus kenapa?" tanya Risa.
"Sebenarnya gua udah ada buktinya, Ris. Tapi belum terlalu banyak dan kuat, tapi liat aja kebenaran akan terkuak," ujar Tiar percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...