Terkadang sesuatu yang kita sukai, belum tentu Allah SWT. Menyukainya juga.
***
Wajah-wajah asing itu seakan menakutkan bagi Risa. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam dan berharap sampai di kelas yang dituju. Sesekali dia hanya bisa memainkan ujung kerudung lebarnya yang ternyata jarang dia lihat ada yang memakainya seperti ini.
"Angkat kepala lu Ris, jangan nunduk gitu," ujar Dinda yang berjalan beriringan dengan Risa. Dia tidak bisa menahan rasa sedihnya melihat kondisi Risa. Gadis bawel dan pemberani ini, seketika berubah menjadi gadis yang sering diam bahkan takut dengan orang-orang di sekitarnya.
Risa hanya menggelengkan kepalanya. "Mereka semua kenapa natap aku kayak gitu, Din?"
Mendengar penuturan Risa membuat Dinda segera mengalihkan pandangannya ke sekeliling kerumunan itu. Pantas saja Risa nggak nyaman. Ternyata geng anak kelas dua belas yang memang tidak menyukai Risa menatapnya tajam. Dinda segera menarik tangan Risa, untuk berjalan lebih cepat ke kelas. "Abaikan saja Ris, ayo ke kelas."
Risa hanya bisa tersenyum kecil saat melihat gelagat Dinda yang ingin melindunginya. Walau dia tidak ingat, dia percaya bahwa Dinda benar-benar sahabatnya. Hingga akhirnya mereka berbelok memasuki sebuah ruang kelas yang dia pastikan tempat yang dari tadi ditujunya.
"Risa!!"
"My best friend!"
Tubuh Risa hampir saja limbung saat dua orang gadis dengan rambut tergerai itu memeluknya tiba-tiba. Untung saja Dinda menahan tubuh Risa yang akan terjungkal. Dia hanya bisa terdiam hingga perlahan kedua tangannya terulur untuk membalasnya.
"Ris gua kangen tahu," ujar Tiar sambil melepaskan pelukannya.
"Yaampun kamu kok jadi tambah kurus gini," ujar Ananda sambil menggelengkan kepalanya.
"Maaf, kalian siapa?" tanya Risa yang membuat kedua remaja itu seketika terdiam. Mereka lupa, kalau ingatan Risa sedang bermasalah.
"Ris, yang ini Tiar, dia penggemar cogan dan paling heboh. Nah yang di sebelahnya ada Ananda, dia pintar gambar." Dinda segera menunjuk kedua gadis itu satu per satu sambil menjelaskannya.
Risa hanya mengangguk mengerti, "kalian sahabat aku juga?" tanyanya yang diangguki dengan semangat oleh kedua gadis itu. "Maaf ya kalau aku lupa." Sungguh Risa merasa bersalah telah melupakan sahabatnya.
"Kita ngerti kok Ris," sahut Ananda, "bentar lagi Bel, yuk aku ajarin kamu materi yang ketinggalan," ajaknya dan menarik tangan Risa.
"Eh Ananda!! Gua minta contekan nggak lu kasih tadi," keki Tiar sambil mencak-mencak tidak jelas. "Dasar chairmate."
"Ya lu segala minta contekan, ya nggak bakal dikasih," ujar Dinda sambil memutar kedua bola matanya. "Nyontek nggak bakal bikin sukses." Dinda segera menghampiri kedua sahabatnya.
Tiar hanya mengerucutkan bibirnya untuk kemudian menghampiri sahabat-sahabatnya, "jahat ya kalian."
Melihat wajah kesal Tiar membuat Risa segera tersenyum miring. Sungguh walau mereka terasa asing, akan tetapi Risa bisa merasakan suatu kedekatan yang dalam.
***
"Jadi siapa Zam?"Azzam hanya bisa menghembuskan napas lelah sambil menyerahkan ponselnya kepada Rio. Dia masih tidak menyangkan orang itu yang melakukan semua ini kepada keluarganya sendiri.
"Njir... Tante Merly." Rio seketika membulatkan kedua bola matanya saat memutar rekaman yang menampilkan wajah Tantenya sambil menyerahkan sebuah amplop cokekat kepada kedua orang yang membegal Risa. Untung saja CCTV parkiran kemarin aktif dan dua preman itu bisa dilacak. "Gua kira dia udah nggak ganggu keluarga Risa!" Terdapat amarah yang terpancar dari bola mata hitamnya. Dia pikir keluarga dari Om nya itu tidak akan mengganggu keluarga Risa. Walau dia tahu keluarga Ayah Risa sangat tidak menyukai Tantenya sekaligus adik dari Ibu nya. "Dia harus masuk penjara!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Future
ДуховныеAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...