Part 43

394 43 2
                                    

Hari ini tepat sepulang sekolah, Risa mengajak teman-temannya untuk ke rumah. Sesuai perjanjian kemarin, mereka berencana belajar untuk lomba beberapa hari lagi.

Walau Risa yang membuat soal jawaban, dia tetap adil dengan peserta lomba yang lain. Risa hanya menyuruh teman-temannya mempelajari dasar-dasar agama islam dan beberapa kisah sahabat nabi.

"Ya Allah nggak kuat gua belajar agama, ngantuk," keluh Tiar yang sudah menelungkupkan tangannya ke meja dengan buku-buku yang sudah berserakan.

"Seru kok, Ti. Coba baca yang sejarah sahabat nabi," saran Ananda yang asik membaca kisah-kisah singkat sahabat nabi.

"Iya bener tuh, Ti," ujar Risa, "Dinda beli cemilan ke warung depan lama banget," ujar Risa sambil melirik jam dinding. Sudah setengah jam, akan tetapi tak ada tanda-tanda akan kehadiran Dinda.

"Masya Allah," ujar Ananda sambil menggeleng takjub dengan mata yang masih menatap buku yang dibacanya.

Tiar yang melihat itu merasa tertarik dengan apa yang dibaca Ananda. Dia segera mendekatkan tubuhnya untuk duduk di sebelah Ananda. "Ih serius An, seru emangnya?" tanyanya sambil ikut melirik deretan huruf di buku tipis itu.

"Banget," ujar Ananda. Akan tetapi, tiba-tiba saja dia menutup bukunya rapat-rapat.

"Eh An, Tiar mau baca juga loh. Kenapa ditutup?" tanya Risa.

"Aku ada tebak-tebakan," ujarnya sambil menatap Tiar. "Terkhusus buat Tiar, kalau kamu tahu nanti kutraktir," tawarnya yang membuat Tiar langsung sumringah.

"Aku ikutan juga, An," ujar Risa, "Mau ditraktir juga," pintanya dengan polos.

"Oke oke gini, kalau Tiar bisa jawab kamu juga aku traktir. Gimana, deal nggak?"

"Deal," jawab Risa dan Tiar serempak.

"Siapkah sahabat nabi yang namanya tidak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit?" tanya Ananda sambil tersenyum simpul.

Risa yang mengetahui itu seketika ikut tersenyum. Entah kenapa setiap mengingat bagaimana berbaktinya sahabat nabi yang Ananda maksud ini membuat hatinya bergetar. Selalu teringat semua kisahnya.

Berbeda dengan Tiar yang sudah sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia jadi bingung siapa sahabat nabi yang tidak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit. Hebat sekali, apa dia seorang astronot yang ke bulan secara diam-diam? tapi siapa?

"Masa nggak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit. Emang ada?" tanya Tiar. Rasanya tidak masuk akal, sahabat nabi juga kan manusia biasa sama sepertinya.

"Ada loh, kalau nggak salah pas pelajaran agama pernah dikasih tahu," ujar Risa, "coba ingat-ingat lagi."

"Kemarin aja ngapain gua nggak inget, mana inget yang kayak gitu," kesal Tiar, "lu tanya artis-artis luar negeri atau apa gitu. Gua tahu deh," tawar Tiar.

"Ih Tiar, aku yang nanya kok malah kamu tawar-tawar. Nyerah aja nggak nih?" tawarnya.

"Iya deh nyerah." Pasrah Tiar. "Emang siapa sih?"

"Apa jawabannya Risa?" tanya Ananda melirik sahabatnya.

"Dia Uwais Al-Qorni," ujar Risa.

"Lupa gua nggak kenal, nggak tahu," ujar Tiar dengan malas-malasan.

"Kamu nggak penasaran gimana kisahnya, Ti?" tanya Risa, "dia jauh lebih keren daripada artis-artis yang kamu tahu." Risa seakan memancing Tiar untuk penasaran dengan apa yang dia maksud.

"Sekeren apa emang," tanya Tiar yang mulai terpancing dengan ucapan Risa.

Dia mengambil napas terlebih dahulu sebelum menjelaskan. Matanya melirik Ananda untuk meminta persetujuan untuk menjelaskan.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang