Part 8

1.7K 134 31
                                    

Mungkin jika diibaratkan
Aku adalah pensil, dan
Kamu adalah penghapus.
Di setiap goresannya,
Aku menuliskan harapanku tentangmu.
Akan tetapi pada saat itu juga,
Kamu menghapus harapanku.

"Ett..alay amat ya," ujar Risa saat melihat apa yang baru saja ditulisnya.

Matanya menatap sekali lagi deretan kalimat yang baru saja di tulisnya pada secarik kertas kucel bekas coret - coretan fisika.

Entah kenapa Risa tidak bisa fokus pada pelajaran hari ini, pikirannya terganggu oleh tantangan konyol Dinda, agar Risa ikut Rohis selama sebulan. Risa bisa bayangkan betapa bosennya ikut eskul itu, karena saat SMP Risa pernah mengikutinya dan itu sangat membosankan.

Jangan kalian pikir karena Risa memakai hijab dia menjadi tipe cewek alim yang lemah lembut. Itu sangat salah besar karena si Risa itu begajulan kayak gitu, rambutnya suka keluar - keluaran karena sangat panjang bahkan kerudungnya hanya disampirkan di atas dada. Sungguh jauh darikata syar'i. Risa memakai kerudung memang karena dari dia sekolah MI sudah terbiasa, makanya saat sekolah pakai kerudung.

"Ris.."

"Risa!!"

"RISA!!"

"Ehhh ..." sentak Risa saat ada seseorang menyenggol tangannya.

"Ckk.. lu ngelamun mulu sih," decak Dinda sambil menggelengkan kepalanya.

"Itu hobi Din, jadi ga bisa dihilangin," jawab Risa sambil merapikan alat tulisnya karena pelajaran kedua telah selesai.

"Huh..hobi lu berfaedah banget," ujar Dinda dan segera bangkit dari kursinya yang diikuti oleh Risa.

Mereka berdua langsung mengernyitkan dahinya saat mendatangi meja Ananda dan Tiar.

"Huhaaa... Ananda gua ga terima, tuh cewek kecentilan banget sih," kesal Tiar sambil terus mengeluarkan unek - uneknya kepada teman sebangkunya.

"Tiar kenapa?" Tanya Risa.

Ananda hanya mengangkat bahunya dan segera nenyerahkan ponsel Tiar kepada Risa.

Penasaran dengan apa yang terjadi, Risa segera membuka ponsel Tiar yang ternyata sedang menampilkan aplikasi instagram.

Risa segera memperhatikan postingan seseorang dengan caption ,"with Kak Azzam kuhh." Ujar Risa dan Dinda secara bersamaan.

Risa segera menscrool layar ponsel tersebut ke atas, yang menampilkan photo Azzam dengan perempuan berseragam putih biru.

"Tuh bocah ngapain meluk - meluk lengan Azzam sih." Kesal Tiar.

"Dia kan adiknya Azzam Ti, ya wajar aja." Jawab Risa sambil meletakkan ponsel Tiar ke meja.

Mendengar ucapan Risa, Tiar seketika membelalakkan kedua bola matanya, "Hah? Serius lu?"

"Iya, namanya Elisa. Dia sekarang udah kelas 2 SMP."

"Gua baru tau dia punya adik, tapi ga papa deh yang penting Doi masih jomblo," ujar Tiar.

Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat ekspresi Tiar yang sudah tersenyum lagi dan kembali stalking Azzam.

"Cacing di perut gua dah demo nih, kuy ke kantin," ajak Dinda.

Keempat gadis itu pun segera menuju kantin dengan Tiar yang terus membicarakan tentang Azzam tanpa menyadari ekspresi Risa yang sudah berubah.

"Oyyy empat serangkai!! Sini lu!!"

Pekikan tersebut membuat keempat gadis yang baru memasuki tersebut mencari sumber suara tersebut. Risa sedikit mendengus saat melihat seorang cowok tengah melambai - lambaikan tangannya di pojok kantin sana.

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang