Part 1

4.3K 287 130
                                    

Di sebuah parkiran yang lumayan sepi, tampak seorang gadis dengan kerudung putih yang membalut kepalanya dan seragam putih biru yang sudah kusam.

Dia hanya menundukkan kepala dalam-dalam saat melangkahkan kaki menuju sekolah. Entah karena dirinya yang kurang teliti atau memang salah mendapatkan informasi, tepat hari pertama MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, dia datang terlambat. Mungkin sekitar beberapa menit tidak masalah, akan tetapi dia terlambat hampir tiga jam. Ini semua karena motor Ayahnya yang mogok saat berangkat tadi.

Hingga tak terasa kakinya sudah melangkah di pinggir lapangan sekolah yang rindang ini. Dia merasa semua pasang mata, terutama murid-murid yang sedang berdiri di tengah lapangan sedang menatap dirinya.

Dia sendiri bingung harus kemana. Semua murid sudah berbaris dengan kelompoknya masing-masing.

"Risa?"

Mendengar ada yang memanggil namanya, Risa segera membalikkan badan dan tepat di depannya saat ini berdiri seorang pria dewasa dengan kacamata minus yang wajahnya sangat tidak asing. "Pak Tio?"

"Kamu kenapa masih di sini?" tanya Pak Tio, sekaligus teman Ayahnya.

"Hehe... itu Pak, saya terlambat," jawabnya.

"Yaudah, sini ikut Bapak. Kita cari di mana kelompokmu." Pria dewasa itu segera berjalan mendahului Risa.

Risa pun segera mengikuti langkah Pak Tio, untuk saat ini dia sangat bersyukur telah mengenal salah satu guru di sekolah ini.

"Risa!!"

Mendengar ada yang memanggil namanya, dia segera mencari sumber suara. Tepat di salah satu barisan, berdiri seorang cowok sambil melambaikan tangannya kepada Risa.

"Dion ada apa?!" jawab Risa sedikit berteriak karena suasana saat ini lumayan berisik.

"Lu di kelompok sini," ujarnya.

"Hah? serius? Lu mah bohong."

"Serius," jawabnya meyakinkan.

Melihat tampang teman SMP nya yang meyakinkan, Risa segera berdiri di barisan yang sama dengan Dion. Dirinya sedikit berjinjit untuk melihat keadaan di depan sana. Akan tetapi karena tubuhnya yang pendek, dia segera berdiri normal. "Duhh... Panas banget," keluh Risa sambil mengibaskan sedikit kerudungnya agar terkena angin. "Eh iya, aku lupa kalau tadi lagi sama Pak Tio," gumamnya.

Dia pun segera mencari keberadaan gurunya itu dan tepat beberapa meter darinya berdiri Pak Tio yang bertanya seolah dirinya sudah menemukan kelompoknya atau belum. Risa pun mengangkat jempol sebelah kanannya yang menandakan sudah memiliki kelompok.

***
"Ayo Semua atur barisan sesuai ketinggian masing-masing!!" perintah seorang cewek dengan balutan almamater Osis biru tua itu.

Mendengar teriakkan itu, Risa tanpa pikir panjang segera memposisikan dirinya di barisan paling depan.

Sedangkan Kakak penanggung jawab kelompoknya itu hanya tercengang melihat Risa yang tiba-tiba saja berjalan santai sambil berdiri di barisan paling depan.

"Saya mah sadar diri Kak, kalau pendek di depan," ujar Risa kepada seorang cewek dengan baju yang sangat pas di badannya yang beruntungnya tertutup almamater osis itu.

"Baru kali ini, ada orang pendek ngaku," ujar seorang cowok di samping Risa.

Tubuh Risa seketika menegang saat merasakan bahunya bersentuhan dengan lengan cowok itu, dengan cepat dia menjauhkan sedikit badannya ke samping.

"Ehh... maaf," ujarnya gugup saat tak sengaja bahu sebelahnya lagi bertubrukkan dengan cowok di sampingnya.

"Ehh... Itu yang di depan jangan rusuh," tegur PJ kelompok Risa.

Mendengar teguran itu, Risa mencoba mengatur napasnya. Entah kenapa dia merasakan suatu bahaya saat mengetahui posisinya diapit oleh dua orang cowok di kanan dan kirinya. Ini untuk pertama kalinya dia baris dalam posisi seperti ini, karena dulu saat MI/ sederajat SD dan MTS/ sederajar SMP, posisi barisan perempuan dan laki-laki dipisah. Akan tetapi saat SMA ini, barisan mereka dicampur dan yang lebih parah di selang-seling antara laki-laki dan perempuan. Ingin rasanya Risa pergi menjauh sejauh mungkin, dia tidak bisa berdiri dengan lawan jenis dengan jarak hanya beberapa centi.

"Eh kamu!!" panggil seorang guru yang berbaris di dekat barisan Risa.

"Saya Bu?" tanya Risa sambil menujuk dirinya sendiri.

"Iya kamu, kamu sakit ya?"

Risa yang memang merasa sehat-sehat saja menggelengkan kepalanya, walau sebenarnya perasaannya tidak enak.

"Serius nggak apa-apa? mau ke UKS nggak?" tanya seorang cowok sambil membalikkan badan sembilan puluh derajat

Risa seketika membelalak saat menyadari yang berdiri di depannya PJ cowok kelompok ini.  Setaunya yang berdiri di depannya kakak kelas cewek berpakaian ketat tadi.

Risa mengepalkan kedua tangan saat PJ cowok di hadapannya masih menatap seolah menunggu jawaban. Dia yang memang tidak kuat dengan posisi diapit depan, kanan dan kiri tubuhnya langsung menarik napas dalam-dalam dan akhirnya...

"Mama!!! aku nggak kuat!!" teriaknya sambil menjauhi barisan itu dan berlari ke belakang sampai menubruk bahu para perempuan lainnya.

"Heii! itu kenapa lari?!" ujar sebuah suara bariton yang berdiri di atas podium itu.

Sedangkan semua murid-murid yang melihat Risa berteriak dan berlari menjauh, hanya bisa tercengang dan penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

"Dia kayaknya beneran sakit," ujar PJ cowok kelompok Risa tadi, dan segera mengalihkan pandangannya ke depan sambil menatap Pembina MPLS yang kesal dan mengoceh tidak jelas karena kelakuan Risa yang sempat mengganggu.

       ------------------------------------
Assalamualaikum.

Pasti ga jelas ya? wkwk...aku emang lagi pengen bikin cerita ga jelas gitu. Wkwk...

Pasti kelakuan si Risa lebay banget, tapi gimana lagi namanya juga takut.

See you next part.

02-10-2017

Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang