Part 50: Percaya atau Tidak?

112 21 2
                                    

        Kelas sudah memulai pembelajaran setengah jam yang lalu dan kamu baru datang setelah menerima hukuman dari osis. Sorotan mata mereka tertuju ke arahmu membuat dirimu semakin merasa tidak enak dan malu. Rasanya ingin sekali keluar kelas sampai jam istirahat pertama, daripada berakhir seperti ini. Guru yang mengajar mapel bahasa inggris menyuruh untuk masuk ke dalam.

    Tas sudah berada di atas meja lalu kamu mendaratkan pantat di atas kursi, mendengus sebal. Solar menatapmu dengan kerutan melihat wajahmu yang kusut. Pemuda berkacamata tersebut segera menyobek kertas dan menuliskan sesuatu di kertas tersebut. Sedangkan pemuda di samping Solar, Darka—tersenyum remeh dengan gerak-gerik Solar.

"Hmm, sepertinya cowok kutu buku ingin menjadi pacar Y/n. Ku pastikan kau di tolak sama Y/n." cibirnya membuat tangan Solar berhenti sejenak. Ekspresinya tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata setelah mendengar ucapan Darka.

Solar memegang kacamata, menunduk. Mulutnya terangkat sedikit lalu berkata,"orang yang asal nyeletuk begitu saja tanpa mencari tahu terlebih dahulu. Maka orang itu, iri padaku. Karena dia tidak bisa melakukan seperti apa yang aku lakukan." kata Solar tersenyum miring lalu ia kembali menuliskan sesuatu di kertasnya.

  Darka hanya bisa melongo mendengar kalimat tidak sopan-nya berkata seperti itu. Pemuda bad boy dan suka nyinyir tersebut hanya bisa melirik sinis Solar serta ngedumel tidak jelas. Kamu masih diam di bangku seraya mendengar guru menerangkan bab "Grammar" yang sedikit membingungkan. Tangan Solar mencolek bahumu.

    Sontak saja, kamu menoleh ke belakang melihat ada kertas terlipat dari Solar. "Ini apa?" tanyamu penasaran.

"Buka saja dan perhatikan gurunya." kata Solar dibalas olehmu. Guru masih menerangkan muridnya sesekali mencatat di buku mereka. Kertas yang kini kamu genggam, kedua mata indah tersebut menatap dengan seksama kertas putih itu.

Dibukanya kertas tersebut ada tulisan tangan rapih bahkan tulisannya begitu rapih, tidak seperti dirimu yang terkadang rapih dan kadang nggak rapih sama sekali. Sangat jarang banget kalau laki-laki memiliki tulisan rapih seperti ini. Kamu mulai membaca tulisan tersebut yang berisikan semangat dan jangan sedih lagi.

  Kata-kata manis yang membuat rasa kebahagiaanmu kini kembali. Solar seperti cahaya bahagia, apa yang ia lakukan dan sikapnya sedikit tidak peduli, dan lebih tertutup. Tidak menyangka ia bisa membuat kalimat mutiara seperti ini. 

Janganlah kau tekuk wajahmu
Janganlah kau bersedih atas kesalahanmu.
Kesalahanmu itu anggaplah sebagai pembelajaran.
Dan pembelajaran anggaplah itu sebagai dorongan.

Dorongan-dorongan yang membuat menjadi lebih baik di masa depan.

Lalu dibawah tulisan itu ada rangkaian kata lagi yang membuatmu ingin terus membaca.

Hei Y/n!
Setiap aku melihatmu tersenyum.
Senyuman itu membuatku diam sejenak.
Dan berkata dalam hati terus-menerus tanpa henti.

Sampai akhirnya aku berkata pada diri ini,
"Senyumanmu bagai cahaya kebahagiaanku setiap kali aku melihatnya."

   Tanpa sadar kamu tertawa kecil tanpa suara setelah membaca hiburan kecil yang tertulis di atas kertas. Kamu menoleh melihat ke belakang, pemuda bertopi putih dengan corak kuning keemasan tengah tersenyum tipis. Seulas senyum terukir jelas di bibirmu tanpa alasan dan berkata, "terima kasih, Solar."

       Waktu terasa berputar sangat cepat dan jam pembelajaran berakhir digantikan oleh jam istirahat. Semua murid bersorak meriah seperti biasanya membuat guru menggeleng melihat murid-muridnya. Jauh bersemangat kalau jam istirahat dan bel pulang daripada jam pelajaran.

7 Kurcaci Elements (Readers) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang