Part 29: Tantangan Firdaus

120 25 1
                                    

"Mau pergi ke kelas?sayang sekali."ucap orang itu terkesan meremehkan.

"Mau apa kau ada di sini?"tanya Blaze menatap pemuda itu dengan senyuman mengembang. Firdaus menatap Blaze sejenak dan beralih ke arah Thorn, pemuda polos dan menggemaskan itu menatap dengan was-was.

Firdaus yakin kalau kejadian waktu itu membuat Thorn semakin hati-hati lalu ia beralih kembali ke arah Blaze.
"Sejujurnya tadi aku mau ngajak kau,bertanding. Dan aku dengar,kau ingin ke kelas. Sangat disayangkan."kata Firdaus melipat kedua tangan serta melihat sekeliling kantin yang masih ramai.

Tangan Blaze sedari tadi mengepal kuat ia berusaha menahan emosi karena tahu kalau Firdaus akan kembali menantang nya. Taufan yang sedari tadi diam melihat adiknya dan kakak kelas yang membuat kaki Thorn terluka ,bangkit berdiri. Raut wajah Taufan yang selalu ceria kini berubah datar nan serius.

"Kak Firdaus,kalau kakak datang kesini bikin emosi Blaze naik mending kakak pergi aja."kata Taufan nampak serius. Firdaus tersenyum miring mengejek.

Kamu yang duduk menatap mereka bertiga hanya bisa diam bersama Thorn. Kamu juga ingat saat di lapangan waktu itu dimana Thorn mengalami cidera serta Blaze mendapati ejekan karena ia adalah kapten sepak bola tidak becus hanya tergantung pada Thorn.

Pemuda itu menghela nafas kasar dan menatap kembali ke arah Blaze,"besok,kau bertanding denganku. Dan ajak adikmu yang kutu buku lalu Thorn,adikmu yang polos itu tidak boleh main."katanya dibalas pelototan dari  trio trouble maker tidak percaya. Tidak hanya mereka bertiga yang terkejut,kamu juga terkejut tidak percaya.

Firdaus tersenyum kemenangan ketika ia berbalik badan. Kamu yang mendengar itu bangkit berdiri menatap punggung kakak kelas yang bisa dikata 'pengencut'. Dia seenaknya berkata seperti itu dan memilih orang yang lemah apalagi saat itu kakaknya Solar sengaja mengajaknya agar pemuda berkacamata tersebut tidak terlalu menyendiri di sekolah.

Nyatanya olahraga sepak bola yang awalnya untuk mengisi jam istirahat menjadi memanas apalagi peristiwa tidak terduga seperti Thorn di jegal mendapatkan cidera parah di kakinya agar tim Blaze kalah dengan tim Firdaus. Memang strategi yang bagus tapi itu sama saja bermain curang.

"Itu tidak adil!"katamu sedikit berteriak membuat Firdaus berhenti melangkah menoleh ke arahmu.

"Seenaknya saja kau memutuskan Thorn tidak mengikuti sepak bola dan memilih Solar untuk main ke lapangan. Apa karena Thorn lebih jago bermain bola sehingga kau takut kalah telak?seperti kemarin!"protesmu ke Firdaus. Raut wajahmu terlihat marah dan kesal. Ketiga trouble maker terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulutmu itu. Mereka tidak menyangka kalau kamu akan membela Blaze dan Thorn.

Firdaus berbalik badan menghadap dirimu dengan tampang sok-sokan,pemuda itu sebenarnya kesal dengan kalimat lancangmu tapi ia bersikeras agar tidak terlalu tersulut emosi yang membuatnya meledak. Tatapan Firdaus begitu tajam menatap manik matamu itu.

"Siapa kau?yang berani mengatakan hal itu padaku?"katanya mengerutkan dahi mencoba mengingat wajahmu,"wajahmu sepertinya asing,apa kau anak baru disini?"lanjutnya menyunggingkan senyum miring.

"Ck. Anak baru berani mengatakan itu padaku!kalau kau mengatakan itu lagi padaku. Kau harus turun ke lapangan juga,karena omongan mu itu. Aku tidak peduli kau perempuan  sendirian. Kalau bisa kau juga ikut bermain sepak bola."katanya memutuskan secara sepihak membuat kedua matamu melebar mendengar kalimat yang meluncur begitu saja.

Pemuda itu berbalik dan berjalan pergi keluar kantin. Kamu yang ingin memanggilnya mengurungkan niat sebab bel istirahat sudah usai. Kamu menggertak kan kaki kesal,bagaimana bisa kau ikut turun lapangan sepak bola? Apalagi kau sama sekali tidak bisa menendang bola dengan benar dan bisa dikatakan tidak sesuai dengan ekspektasi.

7 Kurcaci Elements (Readers) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang