Hali berjalan mondar-mandir menghalangi pandangan Ice menonton televisi. Ice yang kesal melihat kakaknya udah mondar-mandir menganggu acara nonton televisi selama satu jam setengah itu akhirnya angkat bicara nada kesal.
"Kak Hali bisa minggir tidak!aku pengen nonton tv aja kagak bisa!"bentak Ice ke Hali. Pemuda bertopi biru itu tidak peduli dengan sifat triplek kakak sulungnya itu atau kena amukan banteng, nggak peduli. Hali yang mendengar bentakan itu dari adiknya melotot kedua mata merahnya seolah menyalah.
"Beraninya kau membentak kakakmu?itu tidak sopan!"bentak balik Hali sambil menunjuk ke Ice.
"Kakak duduk aja. Jangan menghalangi aku nonton!"ucap Ice masih kesal. Hali menggertakkan giginya geram. Gempa datang dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi karena suara mereka berdua sampai ke lantai atas.
Blaze juga ikut turun melihat apa yang barusan diributkan sesekali menguap karena terganggu dari tidur nyenyaknya. "Kalian berisik banget."komentar Blaze menatap kedua kakak beradik itu.
"Taufan, Solar dan Thorn. Belum sampai ke rumah. Aku udah lama menunggu tuh novel tapi mereka nggak balik-balik."omel Hali tidak bisa menunggu novel yang di pesannya itu. Ia sudah merasa bosan menunggu.
Ice menghela nafas sebal. "Aku juga menunggu kak. Kalau novel Kak Hali belum datang secara otomatis makananku juga belum datang. Sabar dikit napa."kata Ice menyindir Hali. Ia ingin menyetrum adiknya itu namun dengan sigap Gempa berdiri di tengah-tengah keduanya supaya tidak ada badai es di dalam rumah.
"Tenang Kak Hali. Jangan emosi ya?"ucap Gempa mencoba menenangkan Hali dengan senyuman tulus, Mama Gempa.
Kepala Hali sudah menguap ingin meledekkan amarah saat ini juga. Blaze yang melihat itu tersenyum dan ingin membantu Hali semakin panas sontak aja di balas pelototan tajam dari Mama Gempa seolah ingin memakan Blaze sebagai makanan penutup. Ia hanya terkekeh dan memilih duduk di samping Ice yang bermuka tanpa ekspresi.
"Ice, kau minta maaf gih sama Kak Hali dan bantu dia menurunkan emosinya!"suruh Gempa dibalas helaan nafas berat Ice. Dengan malas ia bangkit berdiri mengulurkan tangannya ke Hali, meminta maaf.
Hali memasang wajah datar menatap Ice yang berani membentaknya tadi. Ice membuang muka, "aku minta maaf."katanya.
Hali juga membuang muka dari Ice, "ya, aku juga minta maaf. Karena menghalangimu nonton tv."kata Hali. Gempa yang mendengar itu tersenyum sumringah.
"Nah, kalau gini kan Bagus. Nggak ada yang bertengkar lagi. Orang yang lihat bakal adem ayem."ucap Gempa senang.
Belum lama kemudian suara meminta tolong membuka pintu terdengar membuat keempat pemuda itu menoleh bebarengan ke pintu utama. Hali dan Ice saling berpandangan lalu keduanya berlari menuju ke depan. Gempa hanya menggeleng sedangkan Blaze cengo karena ia tidak pernah seperti itu dengan Ice.
Hali dan Ice membuka pintu bebarengan terkejut melihat pemandangan di hadapan mereka. Dibawah kaki Taufan ada Solar yang nangis-nangis kayak bayi sedangkan Thorn memeluk Taufan dari samping dan tidur di bahu Taufan.
"Astaga kalian bertiga kenapa?"tanya Hali tidak bisa berkata apapun.
Ice melotot melihat adiknya memegangi kaki kakaknya itu pakai nangis segala. "Solar tuh kenapa nangis?biasanya yang nangis itu kan Thorn kenapa sekarang dia? Professor cerdas menangis."komentar Ice. Solar yang mendengar ucapan hina dari Ice bertambah keras nangisnya.
"Huwaaa,Kak Ice jahat!"teriak Solar menangis.
"Thorn,ngantuk."ucap Thorn suara serak. Ia ingin masuk tapi keseimbangan tubuhnya berkurang, Thorn jatuh untung saja Hali dengan sigap menangkap tubuh Thorn agar tidak mencium lantai.
"Nih anak. Udah ngantuk berat!"ucap Hali terpaksa menggendong ala bridal style ke kamarnya.
Taufan menyodorkan dua kantong kresek besar berisikan jajanan Ice serta kresek berisikan novel untuk Hali. Pemuda bertopi biru-putih itu masuk ke dalam rumah sambil menyeret Solar yang tidak mau melepaskan tangannya dari kaki Taufan. Ice hanya bisa diam memerhatikan mereka berdua sesekali melihat kresek berisi jajan dan novel.
Blaze yang ingin naik keatas begitu shock melihat pemandangan langkah tepat di hadapannya. Hali menggendong Thorn ala bridal style kalau di masukkan berita kemungkinan besar bakal viral. Hali melihat Blaze menatapnya dengan ekspresi nakal pun mengomelinya.
"Mikir apa?jangan pikir yang tidak-tidak. Nanti aku bakal strum kau,Blaze."ucap Hali tiba-tiba membuat Blaze melotot tidak percaya. Lalu Hali cepat-cepat naik keatas.
Datang lah Taufan yang memasang wajah lelah di susul oleh Ice membawa barang banyak. Sebagai kakak yang baik ia membantu Ice mengangkat belanjaan banyak itu ke ruang tengah. Gempa tersenyum sumringah.
"Akhirnya sampai juga barangnya."katanya.
Taufan masuk ke dapur tanpa mengatakan apapun membuat Gempa bingung dengan kakaknya ini. Dan ia baru ingat Solar mana?.
"Btw Solar mana?"tanya Gempa akhirnya mengedarkan pandang ke sekeliling rumah mencari sosok Solar, adik paling ganteng.
Ice menghela nafas sejenak,"tadi Solar gandolin kaki Kak Taufan sekarang ia ada di pojok pintu. Karena aku suruh ia lepasin kaki Kak Taufan eh malah ngambek."jelasnya memutar bola matanya malas melirik Blaze yang bingung terhadap keluarga ini.
Blaze menggaruk kepala tidak gatal lalu berkacak pinggang, bingung benar-benar bingung. "Kata Solar, ia akan menjadi penjaga pintu rumah."kata Blaze.
"Wapa? Ngapain?"
"Nggak tahu."
"Astagfirullah. Ya allah, kapan keluargaku waras semua?"ucap Gempa mengelus dada.
-
-
-
-
-
Seorang gadis berjalan kaki menuju ke rumah 7 kurcaci element buat membagikan menu makanan keluarga. Kamu berjalan dengan ria bisa kembali ke rumah ketujuh pemuda itu, berbelok melihat pintu rumah terbuka. Kamu memiringkan kepala sedikit sebelumnya pintu rumah tujuh pemuda selalu tertutup tapi sekarang terbuka dan mata indahmu itu melihat pipi seseorang di samping pintu membuat seulas senyummu berkembang."Assalamualaikum."
Ucapmu lembut sambil mengintip siapa orang itu dan ternyata Solar. Pemuda bertopi putih tersebut masih diam memikirkan uangnya yang lenyap karena membeli buku novel milik Hali, tidak menyadari kedatanganmu.
Kamu mengerit bingung melihat Solar yang diam tidak menyahut salam darimu atau menyambutmu.
"Solar, kau sedang apa?"tanyamu membuat ia tersadar dan menoleh. Kamu terkejut melihat mata Solar sudah bengkak karena selesai menangis.
"Solar, apa kau menangis?"pertanyaanmu dengan segera di tepis oleh Solar bahwa itu semua tidak benar. Ia bangkit berdiri dan memasang wajah seperti biasa seolah tidak terjadi apapun. Kamu bertambah bingung apa yang disembunyikan oleh pemuda pintar ini.
"Kamu sedang apa disini Y/n?"tanya Solar tersenyum seperti biasa.
Kamu juga membalas senyuman Solar,"ini, aku membawa makanan. Mama memintaku mengantar kerumah mu Solar. Bagi sama rata dengan saudara-saudaramu ya."ucapnya menyodorkan kresek yang kau bawa ke Solar. Dengan senang hati Solar menerima makanan itu dan bilang terima kasih.
Lalu datanglah Blaze dan terkejut melihat mu ada disini. "Y/n, sejak kapan kau ada disini?"
Kamu menoleh ke sumber suara ternyata Blaze entah mengapa kamu merasa sedikit gugup dengan Blaze. Apa mungkin gara-gara gombalan maut yang membuatmu salah tingkah sekarang pipimu memerah bak tomat.
"Y/n, pipimu merah?"kata Blaze menunjuk pipimu dan Solar mengangguk mengiyakan.
"Ya, pipimu merah Y/n. Apa kau sakit?"kata Solar. Kamu hanya bisa diam memaku lalu menggeleng.
"Tidak. Hmm, aku balik dulu ya? Bye."ucapmu cepat berlari menuju ke rumah. Blaze dan Solar hanya bisa melongo melihat larimu sangat cepat.
-7 kurcaci elements-
Bersambung...
Aku comeback lagi nih... Hehehe, silahkan vote dan commentnya, makasih.... Saya author mengundurkan diri dan ketemu lagi ke bab selanjutnya--
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Kurcaci Elements (Readers) END
FanfictionTamat: 12-10-2021 7 kurcaci Elements (Readers) x One Short Story Boboiboy. One Short Story: coming soon Kisah kehidupan sehari-hari 7 Boboiboy elemental bersama teman-temannya. Mereka memutuskan untuk tidak mengeluarkan kekuatan dari jam tangan mere...