Part 05:Biskuit Vanila

309 41 0
                                    

"Darimana saja, kamu Thorn?"tanya Gempa yang berdiri di hadapan Thorn,baru saja pulang.

Thorn terkekeh,"dari taman,Kak. Tadi aku nolongin anak kecil yang imut kayak aku."ucap Thorn pede. Gempa hanya memasang wajah datar,"ya sudah,sana bantuin Kak Taufan di dapur."Thorn memberi hormat lalu melesat pergi ke dapur.

  Diruangan tengah ada Ice dan Solar makan popcorn sambil nonton kartun kesatria labirin. Ice menoleh ke adiknya yang sedari tadi diam tidak banyak bicara biasanya Solar banyak sekali bicara terutama membahas cerita yang dibuat itu, kali ini beda.

"Bagaimana sekolahmu tadi?"tanya Ice membuka topik pembicaraan sambil mengambil popcornnya.

Solar masih asik menatap layar TV,"biasa saja, kak. Aku tadi pergi ke perpustakaan bareng Ying."jawabnya mengambil popcorn lagi.

"Nggak diganggu sama Darka lagi kan?"tanya Ice menoleh ke Solar yang sama sekali tidak membalas tatapan Ice. Solar menggeleng,"tidak."

"Bagus kalau gitu. Kalau di ganggu oleh Darka lagi siap-siap ku bekukan saja dia."ucap Ice dibalas kekehan kecil dari Solar.

Lalu Hali datang dan duduk di sebelah Ice membaca buku bergenre fantasi. Ice menoleh melihat kakaknya berada di sebelahnya jadi ia berada di tengah-tengah makhluk yang tidak pernah akur, pernah akur sih tapi sekali kebanyakan bertengkar. Hali sama Solar.

"Oh iya,Lar. Bangku di depanmu masih kosong?"tanya Ice membuka suara lagi dibalas anggukan Solar. "Dulu, bangku itu di tempati sama siapa?"tanya Ice yang tiba-tiba kepo, Hali menoleh kearah adiknya Ice bentar lalu fokus kembali membaca buku.

Solar lagi-lagi mengangguk,"iya, bangku itu masih kosong sampai sekarang. Padahal waktu itu aku sudah berteman baik sama Galang tapi hanya satu minggu ia pindah."jawab Solar dibalas angguk mantap Ice.

"Tumben banget, kau kepo sekali Ice."kata Hali tiba-tiba membuat Ice sedikit terkejut kalau Hali daritadi menyimak pembincaraannya diselah baca buku. Biasanya kalau Hali udah baca buku susah di ganggu.

"Cuman pengen bicara saja,kak sama Solar. Oh iya, bagaimana nilai-nailaimu Lar?"balas Ice ke Hali dan kembali bertanya ke Solar soal pelajarannya. Ya, karena adiknya ini sangat pintar dan menjadi anak kesayangan guru membuat satu sekolah iri pada Solar. Karena masalah itu Solar banyak dimusuhin dan ia sering di bully oleh murid-murid di sana.

Sepertinya Solar sudah menganggap hal itu biasa saja dan wajar beda lagi dengan kakaknya yang ingin membuang murid jenis itu di buang ke rawa-rawa dan dibakar dengan kekuatan Blaze. Meski Ice diam dan tenang kalau kedua adiknya di ganggu, ia akan mengeluarkan kekuatan air--menyeret mereka ke tempat yang pantas.

Kejam.

Datanglah tiga Trouble maker sambil membawa biskuit vanilla. Ketiga pemuda itu tergiur melihatnya. "Kelihatannya enak nih."kata Ice dengan mata bersinar-sinar.

Hali menganggap itu hal biasa,"apa itu buatan Gempa?"tanyanya datar dibalas gelengan Blaze,"ini buatan kami bertiga rasa biskuit-nya enak kok. Tadi Kak Gempa udah mencipipi sedikit."kata Blaze tersenyum.

Solar mengambil biskuit berbentuk bintang itu, dibolak-balik mengecek kalau biskuit ini aman untuk di konsumsi. "Kita tadi di awasi oleh Kak Gempa buat."ucap Thorn. Saat Thorn mengatakan itu ketiga kakaknya langsung makan biskuit itu.

Blaze dan Taufan hanya bisa memasang wajah datar melihat ketiga pemuda di depannya kalau Thorn mengatakan itu langsung di makan. Gempa datang dengan seulas senyum senang,"bagaimana biskuit-nya enakkan?"tanya Gempa dibalas anggukan tiga kakak beradik.

Ice sudah mencomot banyak biskuitnya membuat semua melongo melihat ke-rakusannya makan-makanan enak. "Ice, kalau makan lahab bener."komentar Taufan masih melongo melihat satu adiknya ini.

7 Kurcaci Elements (Readers) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang