Part 01:Tetangga Baru

639 49 25
                                    

  Di taman pagi hari banyak sekali orang melakukan aktivitas olahraga disini. Seorang pemuda tersenyum senang mengendarai sketboard biru nya mengelilingi taman kota dan melakukan atraksi sehingga mengundang sorotan mata orang berlalu lalang di sana. Pemuda tersebut begitu lihai memainkan skateboard milik nya lalu ia berhenti ketika mendapati tangga dengan pegangangan besi cocok sekali buat atraksi.

Pemuda itu melewati pegangan besi tersebut menggunakan skateboardnya dan menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Dia bernama Boboiboy Taufan dengan manik biru langit. Taufan meluncurkan skateboard ke arah lapangan yang tidak jauh dari taman,tempat atraksinya.

  Lapangan hijau penuh dengan rumput dan ada dua gawang di sisi lapangan kanan-kiri, di sana terdapat dua pemuda memakai baju hijau dan merah menyala sedang bermain bola bersama. Pemuda berbaju merah menggiring bola dengan lihai layaknya atlet sepak bola sungguhan tetapi pemuda berbaju hijau itu tidak mau kalah.

Manik hijaunya fokus mengarah ke bola ia berlari dan melakukan aksi merebut bola dengan menjegal kaki sang lawan membuat pemuda itu jatuh dan ia sekarang berhasil menguasai bola tersebut. Pemuda bermanik mata api menyala itu menatap punggung pemuda di depannya yang sebentar lagi menembak bola ke gawang.

"Awas saja kau!"geramnya. Ia berlari sekuat tenaga mengejar adiknya Thorn yang seenaknya bermain curang.

  Seulas senyum mengembang di bibir Thorn, ia melambungkan bola ke udara dan siap untuk mengeluarkan jurus handalannya yaitu tendangan salto. Ia melompat dan siap untuk mensalto bola menuju mengarah ke gawang.

Seet

Bola tersebut mengarah ke menuju gawang dengan kecepatan tinggi tanpa memperdulikan angin yang akan menghalang apapun. Ketika ingin menuju gawang kurang berapa meter saja ada sebuah tangan yang berhasil menghalangi bola masuk ke gawang dan orang itu jatuh. Kedua mata Thorn tidak percaya melihat kejadian barusan selama ia mengeluarkan jurus handalannya tidak ada yang berhasil menghalangi bola itu. Thorn berdiri menatap ke depan dengan ekspresi tercengang sekali berkedip-kedip berusaha menyakinkan bahwa tadi adalah beneran, tidak bohong.

  Pemuda berbaju merah memakai topi itu bangkit berdiri dan mengibaskan tangannya dari rasa nyeri sesaat akibat tendangan mematikan dari adiknya Thorn. Thorn menghampiri kakaknya Blaze  dengan wajah sedikit khawatir.

"Kakak nggak apa-apa kan tangannya?"ucapnya dibalas gelengan dari Blaze membuat lega Thorn.

"Oh Syukurlah kalau begitu."

Blaze menatap adiknya yang semakin besar seperti dirinya tidak semakin tua malah semakin imut. Ia mencubit pipi Thorn gemas membuat si pemilik pipi itu meringis kesakitan mencoba melepaskan cubitan Blaze.

"Aduh kak! Lepasin. Pipi Thorn sakit nih nanti kalau luka gimana?"ucap Thorn yang ingin menangis.

"Ih gemesnya adikku ini!"ucapnya terkekeh melepaskan cubitan gemasnya,"tadi tendanganmu sangat bagus dan kuat sekali sampai tanganku sedikit sakit."lanjutnya melihat tangan kanannya yang tidak apa-apa.

Thorn menggaruk kepala yang tidak gatal dan membenarkan topinya yang sedikit menghadap ke depan--miring, terkekeh. "Makasih Kak Blaze."ucapnya lalu mereka berdua menoleh mengarah ke sebelah kiri terlihat Taufan datang membawa skateboardnya.

"Yuk, kita ke rumah. Kak Hali sudah nyuruh kita pulang."ucap Taufan dibalas angguk mereka berdua.

     Kompleks bernama Bonnara adalah tempat pemuda kembar tujuh tinggal. Rumah berukuran sedikit besar berlantai dua bercat cokelat bercampur putih,di dalam bagasi ada 2 mobil, 4 sepeda motor dan 7 sepeda ontel. Bisa dibilang rumah elit dengan fasilitas lengkap namun masih terlihat rumah biasa. Di belakang rumah terdapat banyak tumbuhan bunga yang Indah dan kolam renang berukuran sedang, bisa dibilang halaman belakang rumah itu luas.

7 Kurcaci Elements (Readers) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang