Part 30: Ban Sepeda Bocor

126 22 9
                                    

Angin pelan menerpa wajah mu dan Solar,pemuda itu menggoes sepeda dengan laju sedang. Kamu menikmati pemandangan sekitar begitu banyak kendaraan berlalu lalang. Selama perjalanan hanya ada keheningan,tidak ada satupun orang yang memulai pembicaraan.

Suara burung dara terdengar nyaring bersama kelompok-kelompoknya terbang bebas di udara. Beberapa daun dari pohon berjatuhan dan terbang akibat tertiup angin. Solar teringat sesuatu di benaknya dan akhirnya ia memulai topik pembicaraan.

"Y/n,katanya kau tadi kecewa karena tidak membeli makanan di kantin dan aku bilang kalau aku bakal nemenin membeli camilan eh nyatanya kabur menyelamatkan dari biskuit Yaya,hehehe."ucap Solar jujur seraya tertawa kecil. Kamu juga tertawa dan baru ingat alasan untuk menutupi tentang kata-kata Firdaus.

Kamu sekarang jadi bingung sendiri,apakah kamu juga bakal ikut turun di lapangan. Aku rasa itu konyol sekali, kamu masuk ke tim laki-laki sepak bola--sendirian. Nanti semua orang yang ada di sekolah mengataimu caper. Berteman dengan Boel sudah menjadi buah bibir hanya saja kamu mencoba membiasakan. Kamu tidak menyangka aja kalau Boel terkenal di sekolah SMA Enam seperti seorang artis.

"Jadi kita beli camilan di super market?"tanya Solar lagi.

Kamu mengerutkan dahi mencoba mengingat sisa uang sakumu,"hmm,nggak jadi. Soalnya uangku tidak cukup entar kepincut sana-sini lagi. Langsung ke rumah saja,Lar."ucapmu tersenyum.

"Yakin nih,nanti kalau kurang aku tambahin mumpung ada sedikit."kata Solar,kamu menggeleng.

"Tidak perlu."

Pemuda itu mengayuh sepedanya lebih cepat agar sampai rumah. Di depan ada orang yang membuat curang menaruh paku-paku di jalan sebab tempat bengkelnya sepi setelah melemparkan paku-paku di jalan,orang itu segera pergi sebelum ada orang lain yang mencurigai gerak-geriknya.

Sepeda ontel milik Solar melaju kencang, tanpa sepengetahuan Solar kalau di depan ada paku-paku kecil  yang beredar di jalanan. Ketika ban sepeda melewati jalanan tersebut. Ban karet menginjak beberapa paku membuat ban tersebut tercipta sebuah lubang yang melongos.

Dor!

Suara ban meletus terdengar. Solar yang mengendarai sepeda tersebut oleng. Kamu yang duduk di belakang hampir terjatuh untung saja tangan Solar mencekal pergelangan tanganmu,menahan dan tangan lain menahan sepeda agar tidak terjatuh. Kamu menatap Solar tidak percaya bisa mengimbangi keseimbangan agar tidak terjatuh akhirnya Solar merobohkan sepeda ontelnya dan kamu berdiri tegak membersihkan rok yang ada beberapa debu menempel di sana.

Solar berjongkok melihat ban sepedanya yang bocor begitu parah terutama di ban belakang yang hampir saja membuatmu terjatuh. Pemuda itu heran-heran sendiri. Kenapa banku tiba-tiba meletus padahal tadi baik-baik saja,batin Solar. Ketika Solar memeriksa dengan cermat sedangkan kamu berdiri di belakang Solar.

"Kenapa bannya meletus tiba-tiba?Lar?"tanyamu. Solar mendirikan sepeda ontelnya kembali dan berjongkok melihat ban belakang yang bolong. Kamu juga berjongkok di samping Solar melihat lubang ada di sana.

Lalu ada orang berbadan rada gemuk menghampiri mereka berdua,"sepedanya kenapa dek?"tanyanya membuat pandangan mereka berdua menatap orang itu.

Kamu angkat bicara soal peristiwa yang tidak mengenakan. Orang itu mengangguk dan menawarkan untuk pergi ke bengkelnya yang tidak jauh dari tempat mereka. Kamu tersenyum dan mengajak Solar ke bengkel tersebut,pemuda berkacamata itu tidak menaruh curiga pada orang itu. Solar menuntun sepedanya dan kamu mengekor Solar di belakang.

Selama menunggu sepeda ontel di benarkan Solar mengajakmu mengobrol santai sembari tertawa. Bengkel yang awalnya sepi tiba-tiba menjadi ramai dalam sekejap membuat semua orang mengantri.

7 Kurcaci Elements (Readers) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang