Part 60: Melarikan Diri dan Menyusun Strategi

83 18 0
                                    

  Pagi-pagi buta pukul dua dini hari, kamu terbangun dari tidur melirik kearah jam dinding masih pagi banget. Kamu teringat rencana William untuk melarikan diri dari rumah penjara ini. Mata kamu masih ingin terpejam dan tidur lagi, namun, kamu bersikeras untuk melarikan diri. Dalam hati semoga Boboiboy bisa menyelamatkan kamu, tepat waktu.

"Hoam...aku harus! Melarikan diri dari sini!" ucapmu percaya diri sesekali menguap.

   Kamu berjalan ke pintu kamar, kepala condong ke depan, menoleh ke kanan kiri melihat situasi sangat sepi tidak ada orang. Di rasa sudah aman, kamu menutup kembali pintu kamar, menatap lekat jendela kamar. Lagipula tinggi jendela kamar William dengan lantai  dasar, tidak sebegitu jauh jadi kamu bisa melarikan diri.

Di bukanya jendela perlahan dan kaki sudah ingin naik ke jendela, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka membuatmu melotot tidak percaya, berharap itu bukan Mr.Kane yang menjadikan dirimu kelinci percobaan untuk membalaskan dendam ke Boboiboy. Kamu harus cepat-cepat lompat dari jendela.

Hup!

Kamu berhasil mendarat sempurna melompat ke jendela dan segera berlari meninggalkan penjara itu. Pintu kamar sukses terbuka lebar, mata melotot melihat kamar sudah kosong dengan jendela posisi terbuka. Ia bukan Mr. Kane melainkan William, pemuda bermata biru tersebut berpikir cepat kalau kamu sudah keluar rumah.

"Y/n sudah merencanakan kesepakatan kemarin malam. Aku harus melindunginya dari paman Vico." kata William menutup kembali pintu kamarnya dan pergi.

Suara hentakan kaki terdengar begitu jelas menggesek ke aspal, kamu berlari sedikit menyeret dan dalam hatimu terus menerus kalau rencana pelarian ini, sukses seperti harapannya. Kamu yang tidak terlalu tahu arah mana harus pergi, kamu meyerahkan kedua langkah ini membawamu ke mana.

'Boboiboy! Tolong selamatkan aku!' batinmu terus menerus berkata tersebut.

Mengingat perkataan William yang tidak bisa menjamin keselamatanmu secara sempurna. Langit masih petang dan penglihatan mata terus mencari ke tempat aman untuk bersembunyi sejenak. Sebuah pondok kecil pos kamling berhasil mengalihkan pandangmu, tempat pos itu berada jauh dari rumah-rumah dan dekat dengan taman.

  Pantat mendarat ke pos itu, kamu duduk santai di sana sembari menata nafasmu yang sedari tadi berlarian tanpa arah. "Huh, syukurlah! Kalau mereka tidak mengejarku. Aku bisa beristirahat sejenak di sini." monologmu mengedarkan pandang ke sekeliling.

Tidak terasa sebentar lagi mentari pagi mulai menyapa bumi, kamu memerhatikan langit hitam yang mulai menjauh memperlihatkan sinar mentari. Embun begitu terasa jika hari mau terang, lalu datanglah angin sepoi-sepoi menerpa wajahmu, matamu terpejam mencoba menikmati angin sepoi-sepoi tersebut.

Sejuk sekali.

  Mata kembali terbuka kamu sudah mendapatkan suguhan pemandangan hijau di pagi hari. Senyummu menerka bahagia, taman yang ada di dekat pos kamling menggodamu untuk pergi bersenang-senang di sana. Kamu segera beranjak dari pos itu dan berlarian ke taman untuk melepas penat. Kedua tangan kamu rentangkan dan tubuh indah itu berputar-putar menghirup udara sejuk yang membuat suasana hati menjadi rileks dan senang.

Kamu seperti terlihat seorang gadis yang berada di dalam kotak musik, berputar dengan perasaan riang dan menari-nari di derasnya hujan. William yang mengawasimu dari jauh mengukir senyum, ia menjadi rindu dengan sosok temannya sekaligus sahabat.

Lidya.

Mereka berpisah sudah lama walau hanya hitungan bulan saja. Namun, rasa itu seperti sudah bertahun-tahun. Ia mengeluarkan air di tangannya dan mencoba untuk membuat hujan kecil-kecilan ke kamu.

7 Kurcaci Elements (Readers) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang