2

8.7K 411 8
                                    

Rendy masuk ke ruangan Aldebaran dan melihat bos nya tengah makan siang di temani seorang wanita.
"Pak Al," sapa Rendy mulai paham dengan keadaan Andin tadi
"Ada apa Ren?"
"Ada Bu Andin, Pak." Al agak terkejut mendengarnya karena ia tidak melihat Andin.
"Sudah mau pulang, katanya takut mengganggu Bapak, baru aja saya bertemu di depan lift."

Al langsung bangun dari duduknya bermaksud ingin menyusul Andin. Ia meninggalkan Michelle yang sedikit kesal karena ditinggal begitu saja, tapi ia juga sedikit tersenyum karena merasa pertengkaran akan terjadi di antara Al dan Andin, ia merasa menang di sini.

"Mana lagi Andin" gumam Al karena tidak menemukan Andin.
Al langsung turun karena Andin sudah tidak ada di depan lift.
"Kamu lihat istri saya?" tanya Al pada resepsionis nya.
"Baru aja keluar Pak, mungkin masih di depan."
"Terima kasih"

Al melihat Andin sedang berdiri di samping pintu masuk kantornya, ia sedang menunggu supirnya.

"Andin,"
"Mas?"
"Kamu ngapain di sini?"
"Tadinya aku mau bawain kamu makan siang" dengan suara parau Andin menjawab sambil menunjukan makanan yang ia bawa.
"Tapi gajadi, udah ada yang bawain kan" sambungnya tersenyum sedih.
"Ndin, kamu jangan salah paham soal Michelle."
"Oh namanya Michelle? Yaudah sana kamu masuk, ngapain kamu di sini? Kasian Michelle nungguin." sindir Andin sekaligus bermaksud mengusir Al dari hadapannya, ia tidak tahan, ia ingin menangis.

Al terkejut dengan ucapan Andin, ada sedikit rasa takut di hatinya "Kamu mau ke mana?"
"Aku mau mau pulang lah mas, ngapain aku disini"
"Saya antar ya, sekalian saya jelasin di jalan. Saya gamau kamu salah paham, Ndin."
"Nih supir aku udah dateng mas, ga usah repot-repot ya. Aku duluan." Andin langsung naik ke mobil fasilitas dari kampus, padahal mobil tersebut Al yang berikan tapi Andin tidak tahu.
"Andin dengerin saya dulu" Andin tidak menggubris Al, ia meminta supirnya untuk langsung jalan.

Baru beberapa meter mobil berjalan, Andin menangis. Hatinya sakit melihat Al bersama dengan wanita lain. Akan sangat mudah bukan bagi Al yang tidak mencintainya bisa mencintai wanita lain.

Kringg.. kringg.. 

Handphone Pak Supir berdering tertera nama Pak Aldebaran di sana.
"Hallo, selamat siang" tanpa menunggu lama Pak supir langsung mengangkat panggilan Al dengan suara memelan, karena ia punya tugas menjaga rahasia agar Andin tidak tahu bahwa ia adalah utusan Al.
"Kamu mau kemana?" tanya Al to the point, ia memastikan harus menyusul Andin kemana.
"Sedang di perjalanan pulang Pak, tapi Bu Andin menangis sejak masuk ke mobil tadi." jelasnya nyaris berbisik, Andin yg sedang menangis dan berpikir keras tidak menyadari hal tersebut.

Al langsung memutus teleponnya dan mulai melajukan mobilnya.

*Flashback Off*

"Andin" sapa Al pada Andin yang sedang membelakanginya.
"Ndin, saya ga ada apa-apa sama Michelle." jelas Aldebaran dengan low tone.

Andin masih terdiam tanpa menjawab dan tanpa membalik badannya. Air matanya masih mengalir, apakah ia harus percaya pada Al?

"Ndin, kamu dengerin saya?" Al mengusap kepala Andin bermaksud menyadarkannya, takutnya Andin melamun dan tidak menyadari kehadirannya.

"Apa aku punya hak untuk cemburu mas? Sementara aku tau kalau kamu ga mencintai aku" Andin menjawab dengan suara paraunya, ia masih menangis.

Al menarik Andin untuk membalikan badan menjadi menghadap dirinya. Tapi Andin membuang pandangannya sambil mengusap air matanya, ia tidak bisa melihat mata pria itu, hatinya sakit.

"Liat saya Andin" titah Al pada istrinya. Andin masih diam ke arah lain, tidak mengikuti suaminya.
"Andin Karisma Putri, liat saya." Al menangkupkan kedua tangannya di pipi Andin, mengarahkan agar Andin melihatnya.
"Jangan nangis ya" Al menghapus air mata Andin yang tersisa di pipi dan pelupuk matanya.
"Saya ga ada apa-apa sama Michelle, kamu jangan salah paham. Saya memang belum mencintai kamu tapi saya bisa memegang komitmen bahwa saya adalah suami orang."

To be continue

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang