15

5K 388 47
                                    

Hari ini lagi-lagi Al pulang terlambat dengan alasan yang sama, Andin tau kemana dia, tapi tetap saja Andin menunggunya.

Pukul 01.15 belum menunjukan tanda-tanda kepulangan Aldebaran. Andin semakin gusar menunggu suaminya, pikirannya melayang ke hal-hal buruk yang mungkin dilakukan suaminya di luar sana. Andin menangis, hatinya sakit, sangat sakit.

Beberapa kali Andin coba menelepon Al tetapi tidak ada jawaban. Rossa tidak tau kelakuan anak tunggalnya itu, Andin menyembunyikan semuanya dan putranya pun pandai beralasan kenapa selalu pulang terlambat dan berangkat pagi sekali sampai tidak bisa sarapan dan makan malam bersama.

Bahkan mas Al membohongi mama demi Michelle, pikir Andin

Kebiasaan Andin adalah tertidur setelah kelelahan menangis.

Pukul 02.30 Al memasuki kamarnya, ia baru pulang. Michelle, wanita gila itu, berakting sekarat, sehingga Al harus menemaninya sampai dokter dan perawat-perawat palsunya itu datang seolah memeriksa dan memperburuk keadaannya.

Al melihat bantal Andin basah, Al tau Andin menangis, tapi kenapa ia tidak tau. Al duduk di hadapan Andin yang tertidur, menghapus sisa air mata di hidung dan pipinya. Al memperhatikan Andin dengan dalam.

"Maaf Ndin saya harus bohong sama kamu" batin Al sambil memperhatikan istrinya. Tanpa disadari Al mulai mendekatkan wajahnya pada Andin, ingin mencium keningnya. Tapi Andin terbangun, reflek Al menjauhkan wajahnya sambil gelagapan.

"Mas" panggil Andin sambil duduk dan menyandarkan tubuhnya pada headboard tempat tidur.

"Ndin, kok bangun?"

"Kamu baru pulang?" Andin bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan Al.

"I-iya, saya sibuk sekali hari ini apalagi Rendy cuti" Andin tau ini hanya alasan Al saja.

"Ya udah kamu mandi sana, dari tadi aku udah set suhu airnya jadi udah hangat"

"Iya, saya mandi dulu" Al langsung beranjak untuk mandi.

..

"Kenapa ga tidur lagi?" tanya Al setelah keluar dari kamar mandi. Ia melihat istrinya masuk duduk bersandar.

"Belum bisa tidur lagi"

"Kamu lagi ada masalah? Kalau butuh bantuan tuh cerita" Al bertanya sambil naik ke tempat tidur, ia ingat kalau tadi Andin menangis dan saat ini pun matanya masih sembab.

"Kenapa kamu ga ceraikan aku mas?" pertanyaan Andin cukup membuat Al terkejut. Al diam beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab.

"Kenapa? Kamu bosan jadi istri saya?"

"Justru takutnya kamu yang bosen liat aku setiap hari, wanita yang tidak kamu cintai"

"Kamu ngomong apa sih, Ndin?"

"Apa alasan kamu mempertahankan aku mas? Kamu bilang menikahi aku karena permintaan papa Hartawan, kamu mau bikin papa bahagia di sisa waktunya. Sekarang papa udah ga ada, apa lagi mas?"

"Kamu tuh capek Ndin, makanya jadi ngaco. Udah tidur" Al mulai merebahkan dirinya dan memejamkan mata. Al tidak mau kehilangan Andin, kini ia bingung harus menjawab apa.

"Kamu berhak bahagia mas, kalo bahagia kamu ngga sama aku, aku melepas kamu" lagi-lagi Al terkejut tapi Al tidak menjawab apapun, ia pura-pura tidur dan Andin tau itu.

"Selamat malam mas" tidak ada jawaban dari Al, Andin pun ikut menenggelamkan dirinya dalam selimut dan tidur.

Al membuka matanya, menatap Andin yang sudah memejam.

"Saya ga akan ceraikan kamu Ndin, untuk diri saya, saya ga bisa kehilangan kamu, saya akan ungkapkan semuanya tapi di waktu yang tepat. Selamat malam, Ndin"

Al berbicara di dalam hatinya sambil menatap Andin dan kemudian ikut terlelap.

..

Pagi ini Andin bangun tanpa Al di sampingnya. Andin bisa menebak kalau Al pasti sudah di rumah Michelle.

Andin meraih handphone nya, mendapati sebuah pesan dari suaminya.

"Saya berangkat, ada urusan kerjaan yang penting" Andin tersenyum miring.

"Penting banget mas" sindir Andin dalam hatinya, ia tidak membalas pesan itu.

Andin beranjak untuk mandi dan berniat ke rumah Michelle, kembali memata-matai suaminya.

..

Setelah sarapan bersama mertuanya, kini Andin ada diperjalanan ke rumah Michelle. Pagi ini Rossa tidak bertanya apapaun tentang putranya, mungkin dia udah bohong juga sama mama, pikir Andin.

Sesampai di rumah Michelle, benar saja, mobil Al ada di sana. Padahal Andin kira ia tidak akan menemui Al karena hari sudah cukup siang, jam kerja sudah di mulai.

Andin terus melihat pintu rumah Michelle, menunggu siapapun yang keluar dari sana. Dengan kondisi hati yang perih, Andin tetap berusaha tenang.

Ketika Andin menarik nafas dan mendongak untuk menahan air matanya, tidak sengaja ia melihat sebuah kamar di lantai atas yang gordennya tidak tertutup, hanya lapisan tipis dari gordennya saja yang terpasang.

Andin melihat sosok yang tidak asing untuk dirinya sedang berdiri membelakangi jendela, itu suaminya, di dalam kamar wanita lain. Memang tidak terlihat jelas, tapi Andin sangat mengenal postur suaminya dan juga tidak ada mobil lain di sana selain suaminya. Andin merasakan kehancurannya kali ini, ia benar-benar hancur.



....

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang