51

6K 616 62
                                    

"Panic attact?" Aldebaran terkejut mendengar vonis dokter terhadap Andin yang saat ini masih terbaring di ruang periksa, sementara Al dan dokter sedang berbicara di ruangan dokter.

"Iya Pak, karena hasil pemeriksaan Bu Andin tidak menunjukan ada sesuatu yang salah ditubuh dan organnya. Apa ada suatu kejadian yang membuat Bu Andin trauma atau panik Pak?"

"Iya, dokter. Memang ada, setelah kejadian itu memang Andin menjadi sering ketakutan. Apa bisa dibantu untuk menyembuhkannya dok?"

"Nanti saya akan panggilkan psikiater untuk bantu Bu Andin ya, Pak."

"Baik, terima kasih dok."

Setelah keluar dari ruangan dokter, Al kembali menghampiri Andin di ruang periksa.

"Ndin, udah enakan?" Tanya Al sambil mengusap kening Andin yang masih terbaring.

"Iya, aku kenapa mas kata dokter?"

"Kamu kena panic attact, serangan panik. Tapi nanti dokter bakal rekomendasiin psikiater untuk kamu konsultasi ya."

"Pskiater? Aku gila mas? Aku ga gila, aku ga gila kan mas?" Andin menangis, ia khawatir pada dirinya sendiri.

"Hey, ngga Andin. Pskiater bukan buat orang gila, kamu ga gila. Tenang ya, psikiater akan bantu kamu hilangin trauma kamu aja. Ya?" Andin mencerna kata-kata Al.

"Tapi nanti aku harus cerita semuanya? Aku malu mas." Andin masih menangis.

"Gapapa, Ndin. Mereka punya etika profesi dan sudah disumpah jadi semua yang kamu ceritakan aman dan mereka ga akan menjudge kamu. Kamu mau kan hilangin ketakutan kamu? Saya gamau liat kamu lemah gini Ndin, Andin yang saya kenal itu kuat." Al memberikan satu kecupan di kening Andin sebagai upaya untuk menenangkannya.

Andin akhirnya menganggukan kepala untuk konsultasi dengan psiakter dan mengikuti terapi jika nantinya direkomendasikan.

..

1 Week Later

"Mas, mau kemana? Ini hari Sabtu kan?" tanya Andin ketika membuka matanya dan melihat suaminya sudah rapi di pagi hari.

"Iya, kamu tidur lagi aja." Ucap Al sambil mengancingkan kemejanya.

"Terus kamu mau kemana?" Tanya Andin lagi sambil bangun duduk dari tidurnya.

Al duduk di samping Andin di tempat tidur. Andin kemudian mengambil alih untuk mengancingkan kemeja Al sambil menunggu jawaban dari suaminya.

"Mau ketemu para pengacara saya." Al menggunakan lebih dari satu pengacara, lebih tepatnya tujuh orang pengacara hebat, untuk memenangkan tuntutannya agar Ricky mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya.

"Buat apa?" Tanya Andin yang memang belum mengetahui terkait progress dari kasusnya Ricky, belakangan ini Al menjauhkan Andin dari segala hal yang membuatnya teringat pada Ricky, salah satu saran dari psikiater Andin juga.

"Hari ini Ricky akan disidang, saya harus pastikan para pengacara saya bisa membuat saya menang dan membuat Ricky dituntut hukuman seberat-beratnya." Al berkata dengan sangat pelan dan hati-hati, ia tidak ingin menjelaskan tapi Andin pasti akan tetap memaksa untuk bertanya dan mencari tau.

Sejak nama Ricky disebut, tangan Andin berhenti memasang kancing kemeja Al yang sudah sampai di bagian dada, gerakan tangannya berganti menjadi remasan kuat di kemeja Al. Dengan berusaha tenang, Al menarik Andin ke pelukannya dan mengusap punggungnya lembut.

"Tenang Andin, saya pastikan Ricky akan kehilangan hidupnya." Bisik Al lembut di telinga Andin.

Andin masih meremas kemeja Al dibagian dada. Al merasakan nafas Andin semakin tersenggal, Al melepaskan pelukannya dan membuka tangan Andin yang meremas kemejanya agar ia bisa mengambilkan Andin obat.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang