27

5.3K 509 113
                                    

Al sudah tiba di rumahnya dan langsung masuk ke kamarnya, tetapi Al tidak melihat Andin ada di sana. Ia berpikir di mana Andin tetapi memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu baru mencari Andin.

..

Andin berada di kamar tamu. Andin tau Al sudah pulang dan ia memberikan Al waktu sebentar untuk bersih-bersih, baru setelah itu Andin akan menemuinya.

..

Setelah mandi, Al mencoba menelepon Andin. Andin yang menerima panggilan dari Al tidak mengangkatnya, tapi Andin tau berarti Al sudah selesai mandi. Andin langsung meninggalkan kamar tamu menuju ke kamarnya dan Al.

..

"Kamu dari mana, Ndin? Dari tadi saya telepon kamu ga angkat. Dari rumah Michelle tadinya saya mau jemput kamu di rumah sakit sekalian jenguk papa, tapi tadi saya ke rumah sakit juga kamu ga ada di sana."

Andin benar-benar menahan ledakannya kali ini, masih bisa Al menyebut nama Michelle tanpa merasa bersalah sedikitpun. Tangannya mengepal di bawah sana, wajahnya mengeras. Andin sangat ingin menangis dan berteriak, tetapi ia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya.

"Peduli apa kamu sama aku dan papa?" tanya Andin menatap dengan tajam tepat ke mata Al.

Al yang melihat Andin saat ini merasa ada sesuatu yang terjadi, keadaan tidak baik-baik saja.

"Kamu kenapa, hey?" tanya Al menurunkan suaranya, berharap dapat menenangkan Andin dan Andin bisa bercerita padanya.

"Kamu yang kenapa mas?"

Andin mulai menaikan intonasi suaranya, air matanya tidak bisa ditahan lagi, ia sangat marah pada suaminya yang masih saja bersikap tidak tau apa-apa.

"Saya kenapa? Kamu ngomong sama saya, ada apa Ndin?"

Al berusaha mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Ia memegang kedua bahu Andin yang langsung dihempaskan begitu saja oleh Andin.

"Kamu hampir bikin papa aku meninggal!"

Andin membentak Al dengan keras, ia tidak memikirkan apa-apa lagi sekarang, ntah ia akan menjadi istri yang tidak sopan, ntah seisi rumah akan mendengar suaranya, atau apapun, yang pasti Andin sangat marah dan kecewa.

"Apa? Apa yang saya lakuin? Saya bahkan gatau apa-apa. Papa anfal pun kamu ga kasih tau saya."

Al ikut menaikan nada bicaranya karena terpancing oleh Andin. Di sisi lain ia yang merasa tidak tau apa-apa sangat bingung dengan apa yang dikatakan Andin.

"Bodoh banget kamu, mas. Itu. Itu, mas. Kamu lebih pilih menemui Michelle dibandingkan jagain papa aku. Papa anfal pun kamu gatau kan."

Wajah Andin sudah sangat memerah dan dipenuhi air mata, ia sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya.

"Saya gatau karena kamu ga kasih tau saya, kenapa kamu ga kasih tau saya? Kalau kamu kasih tau saya, saya pasti datang."

Al yang belum tau apa yang sebenarnya membuat Andin mengamuk masih berusaha membela dirinya.

"Biar aku jelasin ya, Aldebaran Alfahri. Papa anfal waktu kamu tinggalin papa untuk menemui wanita kamu itu, untung kebetulan suster sedang mengontrol cctv di semua ruangan pasien. Itu pun waktu suster sama dokter sampai di ruangan papa, papa udah ga sadar dan pacu jantungnya melemah, papa sudah dapat keterlambatan penanganan, sedikit lagi terlambat papa bisa ga tertolong. Kalo aja kamu ada di sana, jagain papa, bukan di rumah wanita itu, waktu papa dapat serangan lagi, kamu pasti bisa langsung panggil dokter atau suster jadi papa bisa cepat dapat penanganan."

Andin menjelaskan sedetail mungkin beserta kemungkinan-kemungkinan yang ada, Andin menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya dengan gigi yang sesekali menggeretak.

Al terkejut, sangat terkejut mendengarnya. Semua itu di luar dugaannya. Ia tidak menyangka meninggalkan mertuanya sebentar dapat menyebabkan hal yang sangat fatal.

"Gi-gimana bisa, Ndin? Waktu saya tinggal, papa itu lagi tidur dan itu juga udah jam 1 siang, saya pikir ga lama juga kamu bakal kembali dari kampus." Al mulai menurunkan nada bicaranya, ia merasa bersalah di sini.

"Sesebentar apapun, mas. Aku bilang tolong jaga papa ya jaga papa, tapi kenapa kamu tinggalin papa aku, mas." Andin sesekali mengusap wajahnya yang sudah basah dengan air mata dan ia selalu menepis Al yang ingin menyentuhnya.

"Saya minta maaf, Ndin. Tapi tadi Michelle drop setelah chemotherapy pertamanya dan dokter harus memberikan tindakan yang perlu persetujuan dan.." Al mencoba menjelaskan, tapi itu sebuah kesalahan besar.

"Kamu udah gila Aldebaran!"

Andin berteriak sangat kencang diiringi tangisannya, ia memotong ucapan Al. Andin sangat muak mendengarnya, di saat seperti ini Al masih membela diri dan menjadikan Michelle alasannya.

Al lagi-lagi dibuat terkejut oleh teriakan Andin, tidak pernah sebelumnya ia melihat Andin semarah ini. Al dibuat tidak bisa berkata-kata, ia hanya diam dengan wajah penuh penyesalan dan takut.

"Kamu bilang biarpun kamu ngga mencintai aku, kamu akan selalu bertanggung jawab atas aku dan mertua kamu, sebagai kewajiban kamu.."

Andin berhenti sebentar, ia berbicara pelan kali ini, agar setiap katanya bisa di dengar dengan baik oleh Al.

"Tapi kali ini kamu udah melupakan semuanya karena wanita itu."

"Kamu udah melupakan kewajiban dan tanggung jawab kamu, kamu udah hampir membuat papa aku celaka." Andin mengucapkannya dengan penuh ketegasan dan penekanan di setiap katanya. Sebelum ia kembali berteriak.

"Kamu udah gila! Kamu gila!"

Jika dilihat dari kacamata orang awam, Andin lah yang terlihat gila di sini, ia berteriak, nada bicaranya naik turun, menangis, tersenyum sinis. Padahal kenyataannya, suaminya yang gila.

"Andin, Andin, hey, sstt. Saya minta maaf ya, iya saya salah, saya minta maaf."

Al merasa sangat bersalah kali ini, ia melihat kemarahan Andin sampai seperti ini karena dirinya. Pasti Andin sangat terluka dan sangat marah, berarti kesalahan Al sangat fatal bagi Andin.

Al berusaha untuk menyentuh Andin, berniat merengkuhnya dan menenangkannya atau bahkan hanya sekedar menghapus air matanya tetapi Andin tidak mengizinkan sama sekali. Andin selalu menepis tangan Al bahkan mendorongnya ketika Al mencoba mendekatinya.




....

Tau ga sih ngetiknya capek dan pegel mental nahan emosi, karena gue berusaha masuk menjadi Andin di sini wkwk

Anw sabar ya, Al akan segera pintar. Tp ga janji dalam waktu dekat.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang