36

5.1K 425 30
                                    

Elsa merasa bingung, kemarin Andin bilang akan bercerai dengan Al dan tadi harusnya jadwal mereka mediasi. Tapi kenapa sekarang mereka bersama? Apa mediasi berhasil jadi Andin mengubah keputusannya? Bagus sih kalau begitu, pikir Elsa.

"Oh iya mba, tadi kata dokter papa udah bisa pulang loh besok." Elsa memberikan informasi pada Andin. Selain bermaksud membagi kebahagiaan, Elsa juga ingin tau apa yang akan dilakukan Andin karena kemarin Andin bilang akan jujur soal perceraiannya dengan Al setelah papanya pulang.

"Wah bagus dong, pa." Andin tersenyum sumringah menatap papanya.

"Biar saya jemput besok ya, pa." Al ikut bergabung dalam percakapan keluarganya itu.

Andin hampir reflek menolak tapi untungnya tertahan karena mengingat akan menimbulkan kecurigaan dari orangtuanya.

"Ngga usah Al, ngerepotin. Papa bisa pulang naik taksi online, iya kan ma?"

"Iya, Al. Kamu pasti banyak urusan kan di kantor."

"Ngga, ma, pa. Gapapa, saya ga merasa direpotkan kok. Iya kan, sayang?" Al meminta persetujuan dari Andin, untuk pertama kalinya juga Al memanggil Andin dengan sebutan sayang. Tapi Andin tentu tidak tersentuh, ia tau itu hanya untuk mengelabui keluarganya saja.

Andin tersenyum dan mengangguk.
"Iya, gapapa pa, besok aku sama mas Al jemput papa ya."

Sementara Elsa masih bingung, ia sangat ingin bertanya pada kakaknya saat itu juga tapi tidak mungkin.

"Ya udah kalo kalian maksa papa haha" Surya akhirnya mengiyakan sambil tertawa kecil.

"Duduk, Al." Sarah menyodorkan kursi yang ada di samping ranjang rawat Surya.

"Iya ma, terima kasih. Tapi saya langsung kembali ke kantor aja ya ma, pa. Ada meeting soalnya habis ini."

"Oh iya Al, makasih ya udah anterin Andin dan jengukin papa." Ucap Surya pada menantu kesayangannya itu.

"Iya pa, sama-sama."
"Ndin, saya berangkat ya." Al berpamitan pada Andin dan Andin hanya mengangguk tanpa mencium tangan Al kali ini, untungnya Surya dan Sarah tidak menyadari itu.

Setelah Al pergi, Elsa memanggil Andin dengan tatapan yang Andin tau maksudnya.

"Mba.."

Andin menjawab Elsa dengan sebuah tatapan juga, seolah mengisyaratkan 'jangan sekarang nanyanya' membuat Elsa diam.

"Malam ini mama nginep di sini atau mau pulang? Kalau mama mau pulang, barangkali butuh istirahat, biar aku yang temenin papa." Kata Andin pada mamanya, karena tentu Andin tidak akan pulang ke rumah Aldebaran.

"Mama di sini aja, sayang. Kamu sama Elsa bisa pulang nanti, temani suami kalian ya." Ucap Sarah pada kedua anaknya. Dan dijawab anggukan oleh keduanya.

"Gue laper mba, temenin ke kantik yuk." Ajak Elsa kepada kakaknya, sementara Andin tau itu hanya alasan Elsa agar bisa banyak bertanya kepadanya.

"Iya, mama udah makan? Mama sama papa mau nitip apa?" Tanya Andin kepada orangtuanya.

"Mama minta tolong air mineral aja ya sama nasi goreng, papa gimana?"

"Papa ngga usah, udah kenyang barusan abis makan kan ma."

"Ya udah, ayo mba." Elsa langsung menarik Andin keluar.

"Sa.. Sa.. pelan-pelan dong." Omel Andin melepaskan tangannya yang ditarik oleh Elsa.

"Aduh mba, ikut aja deh dulu. Gue harus ngomong secepatnya sama lo."

"Ya bentar, jalannya sabar. Mba tau apa yang mau kamu omongin, Sa."

Mereka terus berdebat selama berjalan bersama menuju kantin.

Setiba di kantin, Elsa langsung menarik Andin untuk duduk.

"Jadi gimana, mba? Lo tau kan maksud gue?"

"Ck kamu ini ya, ga ada basa basi nya."

"Jawab aja bisa ga sih, mba?"

"Iya, apa?"

"Lo ga jadi cere sama Al?"

"Jadi, Sa."

"Terus tadi?"

"Abis mediasi mas Al maksa buat anter mba sekalian jenguk papa, biar papa ga curiga katanya. Terus di depan mama papa tadi ya cuma akting aja, kamu paham kan?"

"Iya iya gue paham, tapi lo beneran yakin mba mau pisah sama Al?"

"Saa.." Andin menyebut nama Elsa dengan nada seolah udah deh

Gue masih gatau apa kesalahan Aldebaran sampe bikin mba Andin kekeuh untuk cere, ga masuk akal kalo alesannya cuma yang dibilang mba Andin waktu itu.

Elsa membatin tidak percaya pada apa yang terjadi dengan kakak dan kakak iparnya.

"Terus nanti malem lo pulang kemana?"

"Paling ke rumah papa."

"Terus besok?"

"Kemana ajalah, Sa. Tapi mba minta tolong sama kamu jangan bilang apapun ke papa sama mama ya, mba mau mereka tau dari mba sendiri."

"Tapi kapan, mba?"

"Bisa jadi setelah semuanya selesai."

"Keputusan lo udah sebulet itu sampe ga mau papa mama tau dan kasih kesempatan mereka untuk mendamaikan lo sama Al?"

"Keputusan mba ga akan berubah, Sa. Kamu kenapa sih? Harusnya kamu seneng kalo mba seneng kan."

"Tapi gue ga yakin lo seneng dengan keputusan lo sendiri, mba."

"Yuk, makan. Minta menu gih." Andin langsung mengalihkan pembicaraan Elsa, tidak ingin adiknya mengorek lebih dalam permasalahannya.

..

Kamu masih di rumah sakit? Saya udah pulang kantor, saya jemput ya.

Kira-kira begitu pesan yang dikirimkan oleh Al malam ini setelah beberapa kali menelepon Andin tapi direject.

Andin yang tidak ingin Al terus datang menemuinya mengirimkan balasan.

Aku udah ga di rumah sakit, kamu ga usah ke sana.

Al tau Andin di mana jika ia tidak di rumah sakit, di rumah Surya. Al langsung membelokan mobilnya ke arah rumah mertuanya itu.

Sesampai di sana, benar saja Al melihat Andin sedang duduk di teras rumahnya sambil bersandar di sandaran kursi yang sedang ia duduki. Pandangannya lurus ke depan, ntah memikirkan apa. Kedua tangannya memainkan kuku-kukunya.

Al sadar kesalahannya yang hampir membahayakan Surya karena lebih memilih mengunjungi Michelle sudah sangat keterlaluan, ia sudah sangat mengecewakan istrinya itu. Al bisa melihat Andin sebenarnya tidak bahagia dengan keputusannya sendiri tapi rasa kecewanya sudah sangat besar, biarpun ketika bersama dengan Al, Andin bersikap biasa saja dan seolah tidak menginginkan Al lagi ada di hidupnya. Al tau Andin sangat mencintainya, ia bisa merasakan semua ketulusan Andin selama menjadi istrinya. Apa benar-benar terlambat jika baru sekarang? Pikir Al.

Al turun dari mobilnya menemui Andin.

Andin terkejut melihat Al berdiri di hadapannya, Andin segera bangun dari duduknya hendak masuk ke dalam rumah, ia tidak ingin bertemu Al dulu, setidaknya sampai proses perceraian mereka selesai, Andin tidak ingin keputusannya goyah karena masih mencintai Al dan luluh lagi dengan pria itu.

"Mas, jangan sampe aku teriak minta tolong." Ucap Andin ketika Al menahan tangannya.










....

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang