45

5.6K 548 36
                                    

Aldebaran mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh menuju sebuah alamat yang baru saja dikirimkan oleh Rendy.

..

"Aldebaran, rasakan kehancuran lo setelah ini." batin Ricky merasa senang karena sebentar lagi ia akan berhasil menghancurkan musuhnya itu. Sambil tersenyum sinis, Ricky menatap Andin yang menangis ketakutan.

Ricky berjalan mendekat ke arah Andin yang membungkus dirinya dengan selimut, Andin berdiri di pojok kamar, ia sangat ketakutan.

"Jangan mendekat, tolong jangan" teriak Andin sambil menggenggam kuat selimut agar tidak terlepas dari tubuhnya.

"Teriak aja sekencang mungkin, ga akan ada yang tolong lo. Ini akibat dari perbuatan suami lo, andai dia ga pernah cari masalah sama gue, lo ga akan ada di sini. Hahaha"

Ricky terus maju mendekati Andin, sementara Andin yang sudah berada di sudut tidak bisa lagi memundurkan langkahnya.

Ricky berusaha menarik selimut yang digenggam erat oleh Andin tapi Andin tetap tidak melepaskannya.

"Andin! Mendingan lo nurut sama gue, kita bersenang-senang. Jangan sampe gue bertindak kasar sama lo!" Bentak Ricky yang merasa kesal. Andin hanya terus menangis ketakutan, di dalam hatinya ia terus memanggil Al berharap Al akan menolongnya. Tapi mengingat tadi pagi Al datang untuk melepaskannya, Andin mengubur harapannya. Ia hanya bisa berdoa agar bisa selamat dari pria yang tidak dikenalnya ini.

Dengan kuat Ricky menarik Andin bersama selimutnya dan melemparkan tubuh Andin ke tempat tidur, kemudian kembali mencoba menarik selimut itu agar terlepas, tetap tidak bisa.

Ricky langsung naik ke atas tubuh Andin dan mendekatkan wajahnya, tangan Andin tergerak untuk mendorongnya dan memukulnya. Hal itu membuat Ricky semakin kesal, ia menampar Andin sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Plakk

"Aakhh" Andin meringis dan itu dimanfaatkan Ricky untuk menarik selimut yang sudah lepas dari genggaman Andin.

Selimut putih itu sudah dilemparkan Ricky ke sembarang arah, kini Andin hanya terbungkus dengan piyama tidurnya.

"Aku mohon jangan, lepasin aku. Apa yang kamu mau? Asal jangan lakuin ini." Andin terus memohon sambil menangis.

"Gue mau Aldebaran hancur, lo mau bebas? Bisa, tapi gue mau lo bunuh Al pake tangan lo sendiri. Apa bisa?" bisik Ricky tersenyum miring di depan wajah Andin.

Andin menggeleng,
"Kamu udah gila? Apa salah mas Al sampai kamu sebenci ini sama dia?"

"Dia udah bikin gue dipenjara selama 6 tahun! Dan gue ga terima! Gua akan hancurin dia, lewat elo haha" Ricky mulai kembali mendekatkan wajahnya ke leher Andin.

"Ngga, tolong jangan lakuin ini. Ricky!" Andin masih berusaha mendorong Ricky tapi kekuatannya tidak sebanding dengan Ricky.

"Diem! Jangan sampe gue bunuh lo setelah ini!" Ricky menahan kedua tangan Andin di sisi kanan dan kiri kepalanya, tubuhnya menindih tubuh Andin agar Andin tidak bisa memberikan perlawanan.

Ricky memulai aksinya di leher Andin, menghirup aroma yang ia anggap memabukan dan mulai mengecap di sana dengan bibirnya, menyisakan beberapa tanda berwarna keunguan.

Andin terus menangis sambil menggerakan kepalanya, berusaha menjauhkan lehernya dari Ricky tapi semua sia-sia.

Kecupan Ricky mengitari seluruh bagian leher Andin dari sebelah kiri, depan, dan kanan. Sampai ciumannya semakin naik ke pipi dan kini tatapan Ricky terarah pada bibir tipis merah muda milik Andin.

Ricky menatap mata Andin, melihat air mata terus mengalir dari sana. Andin menggeleng pertanda jangan, Ricky tersenyum.
"Lo cantik dan indah banget, pantesan Al lemah banget sama lo."
"Kayaknya setelah ini gue akan benar-benar rebut lo dari Al, lo mau kan nikah sama gue setelah ini? Gue akan tanggung jawab atas semua yang gue lakuin sekarang."

"NGGA! Ga akan pernah!" Bentak Andin yang membuat Ricky semakin emosi.

Ricky kembali menampar Andin lebih keras, di sisi yang sama dengan yang sebelumnya. Andin kembali meringis dan terus menangis.

Ricky dengan kasar merobek piyama Andin, membuat tubuh Andin terekspos dan hanya menyisakan bra hitam dan celana dalam sewarna. Andin sangat terkejut dan reflek ia menarik sprei untuk menutupi tubuhnya tapi Ricky tidak kalah cepat kembali menahan kedua tangan Andin.

Ricky langsung melahap bibir Andin dan melumatnya kasar, merasa nafasnya sudah habis, Ricky melepaskan ciumannya dan bangun duduk di atas tubuh Andin. Ricky melepaskan kaosnya sendiri dan ikat pinggangnya sambil menatap Andin yang sudah habis tenaga untuk melawannya dengan air mata yang terus mengalir. Ricky sama sekali tidak merasa iba, ia bahkan bertekad akan merebut Andin dari Al setelah ini.

Ricky mengangkat punggung Andin untuk melepas kaitan bra yang ada dibelakang tubuh Andin, disertai dengan perlawanan lemah dari Andin.

Klik

Kaitan dibelakang sana sudah berhasil dilepas, Ricky kembali menghempaskan punggung Andin ke kasur. Saat hendak menarik cup di depan, pintu apartemen didobrak dengan kasar.

Brakkkk

Suara itu berhasil mengalihkan perhatian Ricky, Ricky turun dari tubuh Andin dan dengan cepat Andin menarik sprei untuk menutupi tubuhnya. Ketika Ricky baru akan membuka pintu kamar untuk melihat siapa yang datang, pintu kamar sudah lebih dulu didobrak membut Ricky sedikit terpental ke belakang.

Pandangan mata Al langsung terarah pada Andin yang sedang berusaha membungkus dirinya dengan sprei, Al juga melihat pakaian Andin dan Ricky sudah bercecerah di bawah tempat tidur.

"Sialan Aldebaran!" Teriak Ricky yang akan langsung menyerang Al.

"Lo yang sialan!" Al langsung menangkisnya dan memberikan pukulan-pukulan kepada Ricky. Al meninju wajah Ricky beberapa kali sebelum akhirnya dibalas oleh Ricky yang berhasil membuat Al juga memiliki luka lebam di wajahnya. Al yang tidak terima terus menghajar Ricky dengan pukulan dan tendangan diseluruh tubuhnya, benar-benar meluapkan emosinya kepada Ricky.

Ricky sudah dibuat sangat lemah oleh Al, ia sudah terkapar di lantai dengan lebam dan darah di beberapa bagian wajahnya. Ketika Al hendak memukul Ricky dengan vas bunga yang ada di nakas sana, Rendy datang mencegah.

"Pak, Pak Al! Tahan Pak, jangan! Bapak bisa membunuh dia." Rendy datang kesana diikuti oleh beberapa orang polisi, dua polisi sudah membawa dua orang anak buah Ricky yang ditugaskan menjaga di luar.

Al kemudian tersadar dan menurunkan kembali vasnya, ia langsung teringat pada Andin. Andin yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil memeluk lututnya dengan tubuh terbungkus sprei, wanita itu terus menangis. Al berlari ke Andin.

"Andin, Andin gapapa ya. Ga usah takut, udah ada saya di sini." Aldebaran dengan nafasnya yang cepat dan khawatir berusaha menenangkan Andin.

Al mengambil selimut yang ada di lantai dan membungkus Andin dengan selimut yang lebih tebal dari sprei itu.

Andin terus menangis tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Hikss hikss

"Hey, sstt.. saya di sini. Kita pulang ya." Al hendak mengangkat Andin ke dalam gendongannya tapi Andin menolak ketika Al menyentuhnya dan menggeleng.

"Mas, jangan.." Andin berucap dengan lirih.










....

Ohiya jangan lupa cek-cek juga cerita 'MAFIA' di sebelah, sepi bener kek hati.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang