65 BENERAN

4.6K 520 72
                                    

Hari Minggu ini adalah anniversary 1 tahun pernikahan Aldebaran dan Andin.

Andin sudah lebih dulu bangun dari tidurnya, ia membuat tubuhnya setengah bersandar di headboard tempat tidur sambil memandangi wajah suaminya yang masih terlelap, tidak ada lagi yang Andin lakukan selain benar-benar diam sambil tersenyum menatap suaminya yang masih terpejam.

Beberapa menit berlalu akhirnya Al mengerjapkan matanya perlahan, menajamkan penglihatannya pada sosok yang berada tepat di depan wajahnya.

"Pagi," sapa Al sambil tersenyum dengan mata yang masih menyipit.

"Pagi mas," tangan Andin terulur mengusap lembut kening suaminya.

"Kenapa liatin saya?"

"Selamat satu tahun pernikahan, mas. Terima kasih sudah jadi suami terbaik. Aku harap kita bisa terus bersama sampai ulang tahun pernikahan ke sepuluh tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun, seratus-" Andin sudah memindahkan tangannya untuk mengelus pipi Al.

Al menghentikan gerak tangan Andin dengan menggenggamnya dan menghentikan ucapan Andin,
"Sstt.. gantian ngomongnya."
"Selamat ulang tahun pernikahan yang pertama, Ndin. Terima kasih sudah menjadi istri terbaik, terima kasih sudah selalu sabar dan selalu berada di sisi saya. Saya harap, saya bisa terus membuat kamu bahagia, saya juga minta maaf kalau-"

"Sstt.. bisa diem ga? Aku ga menerima permintaan maaf hari ini." Andin memeluk leher Al dan menghujani suaminya itu kecupan-kecupan di seluruh bagian wajahnya.

Al tersenyum, ia memeluk erat pinggang Andin. Bahagia tentu saja, sangat sangat bahagia, tapi rasa takut kehilangan selalu ada. Bahkan Al tidak mengucapkan harapan untuk bersama Andin selamanya tadi.

Maunya saya, selalu bersama kamu Ndin, tapi saya ga akan pernah menjadi egois untuk kebahagiaan kamu. Saya cuma berharap kamu bahagia.

Al kembali memejamkan matanya dengan wajah Andin yang tenggelam di lehernya, sepertinya wanita itu juga kembali terlelap karena matanya merasa lelah memperhatikan Al tanpa berkedip tadi.

tok.. tok.. tok..

"Al, Andin.."
"Kalian belum bangun?"

Sudah beberapa jam sejak sepasang suami istri itu saling mengucapkan selamat dan kembali tertidur, kini mama mereka mengetuk pintu kamar mencari anak dan menantunya yang belum keluar kamar padahal matahari sudah mulai meninggi.

tok.. tok.. tok..

"Sayang, belum bangun?" Panggil mama Rossa lagi.

Andin mendengar suara sayup-sayup memanggil namanya, ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bangun dan membuka pintu.

"Mama, pagi ma." Sapa Andin ketika melihat mertuanya sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Pagi Ndin, kalian belum bangun?"

"Maaf ma, aku kesiangan." Andin terlihat tidak enak karena mama mertuanya sampai membangunkan dirinya.

"Hey it's okay Andin, mama mengerti." Rossa tersenyum menggoda.

"Maa, engga." Wajah Andin memerah, tapi memang benar mereka tidak melakukan apa-apa tadi malam bahkan sampai tadi pagi.

"Haha yaudah, bangunin Al terus kalian mandi. Mama tunggu di ruang tengah."

"Kenapa ma?"

"Gapapa, udah sana. Mama duluan ya." Mama Aldebaran itu langsung meninggalkan menantunya.

Andin kembali masuk ke kamar dan membangunkan suaminya,
"Mas, bangun sayang. Udah siang, sampe dibangunin mama tuh." Andin mengusap pelan lengan Al bermaksud membangunkannya.
"Mas, bangun ah. Ditungguin mama itu." Al sama sekali tidak bergerak.
"MAS! MAMA MAS!!" Andin berseru panik membuat Al langsung bangun ke posisi duduk dari tidurnya.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang