84

2.7K 455 57
                                    

Sejak pagi, Al sama sekali tidak fokus dengan pekerjaannya, di kepalanya hanya ada Andin-Andin-Andin-dan Andin.

Sampai siang hari, Al hanya mempelajari track record Rio yang ia dapatkan dari anak buahnya, sialnya Rio sangat pandai dalam permainannya, sehingga semua tentangnya terlihat baik.

Al memutuskan untuk pulang ke rumahnya, tentu saja untuk bertemu mamanya karena ia tau Andin masih berada di kampus.

..

tok
tok
tok

"Maa, boleh aku masuk?" tanya Al pada mamanya di dalam kamar.

"Masuk, Al."

"Ma.."

"Kamu di rumah?"
"Kenapa? Ada apa?" tanya Mama Rossa melihat Al yang tersenyum sayu.

Al duduk tepat di sebelah mamanya yang bersandar pada headboard tempat tidur. Tangan Al tergerak menggenggam tangan mamanya.

"Why Al?" tanya Mama Rossa lagi.

"Ma, sebelumnya aku mau minta maaf tapi aku mohon mama ngerti."

"Kenapa? Kamu jangan bikin mama bingung Al, ada apa? Whats happened?"

"Aku mau bercerai sama Andin," jawab Al dengan suara bergetar.

"WHAT? Kamu jangan bercanda Al!" Mama Rossa melepaskan genggaman tangan Al dan mengekspresikan keterkejutannya.

"Aku serius ma," Al menatap mamanya dengan matanya yang memerah.

"Tapi kenapa? Ada masalah apa? Kamu punya wanita lain?" selidik Mama Rossa dengan mata berkaca-kaca penuh emosi.

"Aku divonis gak bisa punya anak ma," jawab Al pelan, akhirnya ia mengakui hal ini kepada mamanya.

"What? Apa lagi ini Al?"

"Iya ma, ini efek dari kecelakaan motor aku beberapa tahun lalu, benturan yang terjadi membuat beberapa jaringan di sana rusak," Al menjelaskannya.

"Dan Andin tidak terima itu?"

"Bukan ma, Andin menerima, dia sangat menerima aku, bahkan dia sabar banget mendampingi aku terapi dan ikut menjalankan terapi yang gak seharusnya dia jalanin cuma untuk nemenin aku," Al membela Andin.

"So? Kenapa kalian mau bercerai?"

"Andin belum tau soal perceraian ini, aku yang akan menceraikan Andin ma,"
"Aku mau melepaskan Andin supaya Andin bisa mendapatkan hidup yang lebih baik, bisa menikah lagi dengan seseorang yang bisa kasih dia keturunan,"
"Ma, tolong mama izinin aku ya, mama jangan drop denger ini, jujur ini sangat berat buat aku ma dan aku butuh mama,"

"Kenapa harus bercerai? Kalian bisa adopsi anak, Andin pun gak akan mau kamu ceraikan Al, kamu bisa bayangin akan sehancur apa Andin?"

"Aku gak ada masalah untuk adopsi anak, tapi Andin masih muda dan dia sehat, Andin berhak melahirkan keturunanya sendiri ma, darah dagingnya, anak-anak yang lucu, cantik, tampan, kayak mamanya," Al menerawang membayangkan malaikat-malaikat kecil itu.
"Mungkin di awal Andin memang akan sedih tapi Andin itu cantik ma, dia baik, dia sempurna, gak lama pasti akan ada orang lain yang lebih baik, yang bisa menggantikan aku," kali ini Al menerawang membayangkan betapa sempurnanya Andin.
"Aku gak mau egois dengan menahan Andin untuk tetap bersama aku mah."

"Aldebaran.." Mama Rossa merentangkan tangannya untuk memeluk sang putra, Al menyambut pelukan mamanya. Mereka berpelukan dan menangis bersama.
"Mama tidak menganggap keputusan kamu ini benar, mama harap kamu bisa berpikir ulang dan bicarakan semuanya dengan Andin secara baik-baik."

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang