54

4.8K 544 48
                                    

Malam ini di meja makan terasa lebih ramai karena ditambah tiga orang yang adalah tante Regina, Aldo, dan Sasya.

Kiki sedang mondar-mandir membawakan menu makan malam yang sudah dimasak Andin dari dapur ke meja makan. Di menu terakhir, Kiki menaruh ayam goreng di depan Sasya yang membuat Sasya mual-mual.

"Ueekk"
"Hhmmbb"

"Kenapa Sya? Kamu gapapa?" Tanya Andin terlihat khawatir dengan Sasya yang duduk berhadapan dengannya.

Kemudian Sasya langsung berlari ke kamar mandi, diikuti oleh suaminya.

"It's okay Andin, Sasya gapapa. Itu cuma efek dari kehamilannya aja, mungkin ayam gorengnya aja minta tolong digeser ya, Ki." Regina menjawab dengan nada baik-baik dan meminta tolong pada Kiki.

"Oh okay tante." Balas Andin.

"Iya Ndin, nanti kalau kamu hamil juga pasti akan ngalamin seperti Sasya, akan ada sesuatu yang buat kamu mual tiba-tiba." Jelas Rossa menambahkan.

Andin tersenyum, sementara Al memperhatikan mereka yang sedang membicarakan tentang kehamilan.

"Tapi aneh juga ya, Andin sama Al kan udah lewat tujuh bulan atau delapan bulan pernikahan kok belum hamil ya." Regina berucap santai tidak merasa menyinggung.

"Tante harusnya ngerti tentang kehendak Tuhan." Jawab Al cepat, Andin segera meraih tangan Al yang ada di bawah meja.

"Iya tante ngerti, tapi kamu sehat kan Ndin?" Tanya Regina menatap Andin, Rossa mulai memasang ekspresi tidak suka pada sepupunya itu.

"Andin sehat kok tante, sangat sehat. Tapi saya--" Andin langsung meremas tangan Al seolah meminta Al menghentikan ucapannya. Andin tau karakter Regina, ia tidak ingin nantinya malah Al yang terus disindir dan dibicarakan ke keluarga besarnya.

Al ingin mengakui kelemahannya di depan Regina untuk menghentikan Regina yang terus menatap Andin remeh karena belum hamil. Al merasa ini salahnya, selain karena kelemahannya, toh Al juga baru menyentuh Andin beberapa hari yang lalu meskipun pernikahan mereka sudah hampir delapan bulan sekarang.

"Aku sehat kok tante, memang belum dikasih aja." Andin tersenyum dan berkata dengan lembut.

"Tapi ada baiknya kamu cek ke dokter Ndin untuk periksa ataupun untuk buat program." Saran Regina seperti manusia benar.

"Sudahlah Regina, ayo makan. Biarkan itu urusan Al dan Andin, aku rasa kamu ga perlu ikut campur." Rossa menghentikan percakapan itu dan meminta mereka semua mulai makan sambil menunggu Sasya dan Aldo kembali.

Andin mengelus tangan Al yang ia genggam tadi membuat Al yang sedang menatap tajam Regina menoleh kepadanya.

"Makan ya" Andin tersenyum dengan suara yang lembut, berusaha menenangkan suaminya. Kemudian Andin menyendokan nasi ke piring Al.

"Udah, Ndin. Jangan banyak-banyak, sayurnya aja banyakin." Pinta Al, ia mengingat pesan dokter untuk memakan makanan yang sehat.

Andin tersenyum melihat suaminya bersemangat menjalankan terapi alaminya, Andin berdoa semoga mereka segera diberi momongan karena Al dan Rossa pasti akan sangat bahagia.

"Tumben Al kamu mau makan sayur? Minta banyak lagi." Rossa sedikit terkekeh dengan keanehan putranya yang ia anggap lucu.

"Mau hidup sehat dia ma, biar ga buncit kayak om-om katanya. Biar kayak aktor luar negeri favorit aku juga." Andin menjawab dengan lelucon, mengambil alih suaminya yang pasti tidak tau harus menjawab apa.

"Oh haha ada aja kalian ini." Rossa tertawa pelan, sementara keluarga Regina termasuk Aldo dan Sasya yang sudah kembali dari kamar mandi hanya memperhatikan mereka sambil mengunyah makanan.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang