82

2.5K 413 38
                                    

"Happy birthday, happy birthday, happy birthday Andin.."

Andin pikir ada orang lain yang ulang tahun jadi ia tidak perduli dan tetap melanjutkan makannya, tapi ketika namanya disebut Andin segera menoleh.

"Rio?" Andin benar-benar tidak habis pikir kenapa selalu ada Rio.

"Happy birthday Andin," ucap Rio melangkah maju mendekati Andin dengan kue dan lilin menyala di tangannya.

Andin tersenyum sebagai tanda menghargai dan terima kasih, tidak mungkin ia membentak atau memarahi niat baik Rio.

"Terima kasih, kok kamu tau?" ucap Andin ketika Rio sudah duduk di hadapannya dan meletakan kue itu di atas mejanya.

"Aku masih ingat Ndin dari dulu,"
"Ditiup lilinnya takut keburu habis, tapi make a wish dulu."

Andin memejamkan matanya mengucapkan doa.

"Semoga Tuhan tidak mengabulkan apapun itu," ucap Rio di dalam hatinya, ia tau kemungkinan terbesar Andin pasti akan berdoa untuk runah tangganya dan keluarganya.

Fyuhh

Lilin sudah mati.

"Sekali lagi terima kasih Rio, kamu udah sarapan?"

Rio menggeleng, "belum."

"Sarapan dulu sekalian di sini," ucap Andin ramah.

"Boleh duduk di sini?" tanya Rio.

"Sure, kursi itu kosong jadi kamu bisa duduk di situ."

Rio tersenyum bangga, akhirnya Andin tidak menolaknya, bahkan mempersilahkannya makan bersama di meja yang sama, hanya berdua.

Seseorang dengan kamera mengalung di lehernya terus memperhatikan Andin dan Rio dari sudut restoran.

..

Rio memaksa untuk menemani Andin menunggu Al menjemputnya di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, mereka berdua berdiri berhadapan karena semua kursi di sana penuh, sambil mengobrol ringan seputar seminar-seminar yang mereka hadiri selama seminggu kemarin.

Tiba-tiba Rio menarik Andin ke dalam pelukannya, "sekali lagi happy birthday ya Andin, semua doa terbaik untuk kamu."

Andin terkejut, tangannya terkulai tidak membalas pelukan Rio, detik berikutnya ia mendorong Rio untuk melepaskan dirinya.

"Kamu apa-apaan sih," Andin terlihat kesal dan risih.

"Maaf, maaf Ndin, aku cuma mau kasih kamu ucapan sekali lagi di hari bahagia kamu ini. Aku ikut bahagia untuk teman aku," Rio terlihat membela dirinya tapi dengan ekspresi melas seolah penuh rasa bersalah membuat Andin menjadi tidak enak hati karena gertakannya tadi.

Andin menghela nafas, "udah gapapa, lupain aja."

"Andin.." Andin memutar tubuhnya ketika mendengar suara yang familiar itu.

"Mass!!" Andin melompat kepelukan Al, ia sangat merindukan suaminya setelah satu minggu tidak bertemu.

"Selamat ulang tahun ya," ucap Al mengusap punggung Andin dan menenggelamkan hidungnya di rambut Andin.

Rio menatap Al dan Andin dengan wajah datar, ia tau Al datang, ketika melihat Al berjalan mendekat, ia segera memeluk Andin, sengaja menciptakan kesalahpahaman.

Al melepaskan pelukannya karena ia ingat ini bukan di rumah, lalu menatap Rio, membuat Rio harus pura-pura tersenyum dan bersahabat.

"Pak Al," sapa Rio mengulurkan tangannya.

"Rio," balas Al menjabat tangan Rio sebentar.
"Anda ada di sini?" Al menatap Rio dan Andin bergantian.

Baru Andin akan membuka mulutnya, Rio sudah lebih dulu bersuara.
"Iya kebetulan saya juga diminta mewakili kampus untuk menghadiri seminar di Malang bersama Andin."

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang