39

4.8K 432 25
                                    

Al sudah berada di dalam mobilnya setelah selesai dengan pekerjaan kantor, sebelum menjalankan mobilnya ia teringat pada Andin. Kedua orang tua Andin belum tau kalau Andin mengajukan gugatan perceraian, berarti kemungkinan besar Andin tidak akan menginap di sana karena akan memancing kecurigaan tapi Andin juga rasanya tidak mungkin pulang ke Pondok Pelita. Bahkan kemarin Andin sempat bilang bahwa tadi adalah pertemuan terakhirnya dengan Al sebelum sidang perceraian. Al memutuskan untuk mengirimkan Andin pesan singkat.

Kamu masih di rumah papa? Saya jemput ya, kita pulang ke Pondok Pelita.

Tidak lama sebuah pesan balasan diterima oleh Aldebaran.

Aku udah ga di rumah papa, aku juga ga akan kembali ke Pondok Pelita, itu bukan rumah aku lagi.

Kamu jangan cari aku dan jangan tanyakan sama keluarga aku karena mereka pun ga tau, mereka taunya aku sama kamu.

Aku mohon ya mas, biar papa tau dari aku sendiri aja soal perceraian kita di waktu yang aku anggap tepat.

Al merasa frustasi dengan masalahnya dengan Andin kali ini, ia tidak tau harus bagaimana memperbaiki semuanya dan mendapatkan maaf dari Andin karena Al merasa Andin sudah benar-benar menutup pintu untuk Aldebaran.

“Arrghhh!” Al marah pada keadaan, ia memukul stir mobilnya dengan kencang. Kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas normal.

Di perjalanan Al hampir bertabrakan dengan sebuah mobil Pajero putih yang ternyata itu adalah mobil Nino, di dalamnya juga ada Elsa. Mereka baru pulang dari rumah Surya. Berbeda dengan Al yang terus melaju dan tidak menyadari bahwa mobil yang hampir ia tabrak itu adalah mobil Nino, Nino dengan mendadak memberhentikan mobilnya karena terkejut.

“Itu mobil Aldebaran kan?” ucap Nino pada istrinya sambil melihat kaca spion.

“Iya ya, itu Aldebaran.” Elsa ikut menatap spion di sebelahnya, memastikan ucapan suaminya meskipun mobil Al sudah cukup jauh tapi platnya masih terlihat jelas.

“Kenapa dia ngebut begitu? Sangat berbahaya.”

“Ngga tau sayang, nanti aku cek ke mba Andin deh ya.”

“Iya.” Nino kembali menjalankan mobilnya.

..

Andin kini memutuskan untuk tinggal di apartemennya yang tidak diketahui oleh siapapun termasuk keluarganya, tempat ia menenangkan dirinya tanpa gangguan dan pertanyaan orang-orang. Setelah perceraiannya dan Al selesai, jika Surya atau Sarah keberatan menampung Andin, mungkin ia akan tinggal di sana sambil mencari tempat tinggal lain yang bisa dikunjungi keluarganya nanti. Biarkan apartemen ini menjadi asset rahasia untuk seterusnya.

Kringg..kring..kring..

Handphone Andin berdering ketika dirinya sedang memasak mie instan, Andin segera berlari ke kamarnya untuk melihat siapa yang menelepon. Ternyata adiknya, Elsa.

“Hallo, mba”

“Iya, Sa. Kenapa?”

“Lo di mana, mba?”

“Kamu ga perlu tau mba di mana, Sa. Mba aman kok, ada apa?”

“Di mana? Lo ga di rumah Aldebaran?”

“Ngga, mba akan balik ke sana.”

“Ya di mana gue tanya.”

“Ga perlu tau, Sa. Dan jangan tanya papa sama mama, karena mereka taunya mba sama mas Al.”

“Ya udah terserah lo deh, gue cuma mau bilang tadi pulang dari rumah papa mobil gue sama Nino hampir tambrakan sama Aldebaran karena dia ngebut banget, dia bahkan ga ngeh kalo itu mobil Nino karena biarpun udah hampir kecelakaan dia tetep ngebut kayak ga peduli.”

“Hah? Tapi ga ada yang kenapa-kenapa kan?” Andin mulai panik, terdengar dari nada bicaranya, dan Elsa tau itu.

“Gue sama Nino gapapa, tapi gatau Aldebaran.”

“Yang kamu liat gimana?” Andin masih dengan khawatirnya dan semakin membuat Elsa merasa bahwa Andin masih mencintai Aldebaran.

“Ya yang gue liat dia ngebut terus, gue gatau dia selamat sampe rumah apa ngga, kan gue bukan istrinya.” Elsa mulai memancing Andin untuk semakin panik, memastikan dugaannya bahwa Andin masih mencintai Al. Padahal Andin bilang alasan mereka bercerai karena sudah tidak saling cinta.

“Ya udah, mba tutup teleponnya ya. Mba mau telepon ke rumah mas Al buat cek, makasih infonya, Sa.”

Sebelum Elsa menjawab Andin sudah menutup teleponnya dan mendial nomor handphone Kiki, ia ingin memastikan bahwa Al tiba di rumah dengan selamat. Andin tidak memperdulikan apa alasannya mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

“Kiki..”

“Eh iya mba Andin, ya ampun mba Andin kok ga pulang-pulang, mba Andin di mana?” Kiki langsung memberikan Andin pertanyaan yang tidak akan dijawab oleh si komunikan.

“Mas Al di mana, Ki?” Tanpa menjawab pertanyaan Kiki, Andin langsung memberikan pertanyaan lain.

“Mas Al?”

“Mas Al ada di rumah ga, Ki?” Andin terdengar tidak sabar menunggu jawaban Kiki.

“Mas Al belum di rumah, mba.”

“Yang bener?” Andin semakin panik, ia takut terjadi sesuatu pada Aldebaran di perjalanan.

“Iya, mba Andin. Kenapa to?” belum sempat Andin menjawab, Kiki kembali menyambung kalimatnya.
“Sebentar, mba. Itu ada klakson, kayaknya mas Al, bentar Kiki liat dulu ke depan.”

Andin diam, ia menunggu kabar dari Kiki.

“Oh iya bener, mba. Itu mas Al udah pulang.” Andin menghembuskan nafas lega mendengarnya.

“Makasih ya, Ki.”

“Sama-sama, mba. Mba Andin mau ngomong sama mas Al? handphone mas Al mati emangnya ya, mba?”

“Ngga, jangan bilang mas Al kalo aku telepon kamu ya, Ki. Makasih sekali lagi, titip rumah dan jaga mama.”

Andin langsung menutup teleponnya, membiarkan Kiki bingung denga napa yang baru saja terjadi. Kiki masih bengong mencoba mencerna semuanya, sampai Aldebaran berada di depannya dan menyadarkan Kiki.

“Ki, mama mana?” Kiki hanya diam, ia masih larut dalam pikirannya.
“Kiki..”
“Kiki!”

“Eh iya, mas Al?”

“Kamu kenapa?”

“Hm? Ng-ngga mas Al, ga kenapa-kenapa.” Al mengerutkan kening sedikit heran dengan tingkah asisten rumah tangganya itu, tapi ia sudah cukup pusing dengan masalahnya, tidak berniat ikut campur masalah ART nya itu.

“Saya tanya, mama mana?”

“Di-di meja makan mas Al, udah nunggu mas Al.”

Al langsung berlalu tanpa memperdulikan Kiki lagi.








....

Btw aku ada cerita baru lagi guys wkwk judulnya 'Mafia' tapi baru up part 1. Aku lanjut nanti kalo salah satu cerita aku udah ada yang tamat. Ngetes ae dulu.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang