20

5.5K 400 30
                                    

"Ngapain kamu ajak aku ke sini, mas?" tanya Andin bingung setelah Al memarkirkan mobilnya.

Al tidak menjawab Andin, ia langsung turun dan membukakan pintu mobil Andin, isyarat agar Andin segera turun.

Andin membuka safety beltnya dan turun. Al kemudian menggandeng Andin untuk masuk ke dalam.

..

Michelle duduk bersandar di tempat tidurnya, sedari tadi bingung kenapa Al tidak datang pagi ini dan semua teleponnya tidak dijawab oleh Al. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki dan melihat Al ada di depan pintu kamarnya yang terbuka sedikit.

"Al, kamu kemana aja? Pagi ini kamu ga ke sini, aku tungguin kamu." Michelle dengan nada manjanya.

Michelle tidak melihat Andin karena masih terhalang pintu. Andin memasang ekspresi muak mendengar ucapan Michelle.

"Ngapain mas Al ngajak aku ke sini? Apa dia mau secara resmi mengenalkan Michelle sebagai pengganti aku?" batin Andin.

"Masuk Al, ngapain kamu di situ."

Setelah Michelle mempersilahkannya masuk, Al membawa Andin masuk dan membuat Michelle cukup terkejut.

"Al, ngapain kamu bawa Andin ke sini?" tanya Michelle bingung sambil menatap Al dan Andin bergantian.

"Udah percaya?" Al mengabaikan perkataan-perkataan Michelle, ia langsung bertanya pada Andin.

Andin melihat memang di kamar Michelle terdapat beberapa alat medis dan obat di nakas samping tempat tidur. Andin juga melihat Michelle pucat, Michelle memang sengaja memakai make up seperti itu untuk menunjang aktingnya di depan Al yang dia pikir akan datang tadi pagi.

Andin menatap Michelle kasihan, tatapannya melembut.

"Kamu sakit?" tanya Andin pada Michelle.

"Iya aku sakit, suami kamu yang sangat baik ini membantu merawat aku." Michelle berlaga baik agar tidak terlalu menunjukan keinginannya merebut Al.

"Aku harap kamu ga cemburu ya, Ndin" lanjutnya.

"Sejak kapan kamu sakit gini?" tanya Andin.

"Beberapa hari yang lalu aku baru tau setelah kondisi aku drop, Ndin. Sebelumnya aku selalu mengabaikan semua gejala." bohong Michelle.

"Kenapa kamu ga bilang sama aku dari awal, mas?" Andin beralih pada suaminya.

Al hanya diam, Michelle yang melihat itu pun menyahut.

"Mungkin Al takut kamu salah paham, Ndin. Jangan marah sama Al ya." Michelle sangat manis, harusnya ia menjadi artis saja bukan seorang dokter.

"Ngga, Chell. Kalo aku tau kan aku bisa bantu rawat kamu juga dan temenin kamu."

Al terkejut, bukannya Andin tidak menyukai Michelle? Kenapa Andin bersedia merawat Michelle? Apakah Al menikahi seorang malaikat? Bahkan Andin tidak mengenal Michelle sebelumnya dan kesan pertemuan mereka pun sangat tidak baik.

Sementara Michelle di dalam hatinya kesal, berarti Andin akan mengganggunya dengan Al, bisa jadi Al hanya akan datang untuk mengantar dan menjemput Andin jika Andin benar-benar yang akan merawat dan menemaninya.

"Ga usah repot-repot, Ndin. Kamu kan harus ngajar pasti"

"Aku ngajar cuma 2 sampai 4 jam per hari, lagi pula sekarang aku lagi liburan akhir semester. Soalnya kasian juga mas Al, udah capek di kantor dan masih harus rawat kamu. Waktu istirahatnya jadi berkurang"

"Gapapa kan mas?" tanya Andin kali ini pada Al.

Al hanya menjawabnya dengan anggukan, takut-takut salah menjawab Andin bisa berpikir yang tidak-tidak lagi.

"Kamu mau balik ke kantor mas? Gapapa biar aku di sini dulu bantu Michelle dan temenin dia. Selepas pulang kantor nanti, baru kamu jemput aku lagi."

"Aku lagi baik-baik aja, Ndin. Udah makan dan minum obat juga, kamu pulang aja sama Al. Aku ngga apa-apa." Michelle langsung memotong sebelum Al menjawab dan meninggalkan mereka.

"Kamu yakin, Michelle?"

Kali ini Al bertanya pada Michelle, karena tumben menurutnya Michelle sudah makan dan minum obat sebelum ia datang dan minta ditinggalkan saja. Biasanya wanita itu selalu merengek pada Al, untuk makan dan minum obat saja perlu dibujuk. Apalagi ketika Al berpamitan, sangat sulit mendapatkan izinnya.

"Iya, Al. I'm ok" jawab Michelle sambil tersenyum.

"Ya udah kalau begitu, ayo Ndin kita pulang aja." ajak Al pada Andin.

"Kamu beneran gapapa, Michelle?" tanya Andin meyakinkan Michelle.

"Iya, Ndin. Aku gapapa, terima kasih ya udah jenguk aku"

"Ya udah kalo gitu aku sama mas Al pamit ya, kalau butuh apa-apa kamu juga bisa hubungi aku."

"Iya."

Al dan Andin berjalan meninggalkan Michelle yang sedang kesal karena rencananya rusak.

"Sial Andin"
"Al juga kenapa bilang sama Andin sih"
"Percuma gue repot-repot setting ini semua kalo bukan Al yang ke sini."
"Aarrgghh tujuan gue kan biar bisa berduaan sama Al dan ngerebut Al dari Andin, Andin juga bukannya marah malah mau bantu Al jagain gue lagi"
"Huhh oke tenang Michelle, pikirin lagi dengan tenang rencana ke depannya. Karena ga lucu juga kalo lo tiba-tiba sembuh"

..

Sementara itu di Al dan Andin sudah di perjalanan pulang ke Pondok Pelita.

"Udah kan? Kamu percaya sama saya kan sekarang?"

"Tetep aja mas, kamu udah bohong sebelumnya" Andin masih kesal pada Al karena tidak berkata jujur dari awal.

"Kan tadi saya udah bilang, saya takut kamu salah paham terus nanti larang saya buat bantu Michelle."

"Segitunya yang mau rawat Michelle" ledek Andin.

"Apa sih, Ndin. Jangan ngada-ngada lagi ya"

Kemudian hening. Al menoleh pada Andin, ternyata istrinya tertidur. Masih jadi pertanyaan untuk Al kemana Andin seharian kemarin, nanti ia akan tanyakan di rumah.

..

Setelah sampai di rumah, Al membangunkan Andin.

"Ndin, bangun, udah sampe" tapi Andin tidak bangun juga.

Al menepuk pelan pipi Andin untuk membangunkannya tapi suhu tubuh Andin terasa tidak normal dirasakan tangannya.

"Ndin, Andin"

"Kamu kenapa, Ndin?"

Tidak ada jawaban dari Andin, bahkan Andin tidak menunjukan pergerakan. Al panik bukan main. Kemudian mengecek denyut nadi Andin.










....

Sorry kalo endingnya bakal sedikit maksa tapi aku harus segera menyelesaikan cerita ini.

Siapin tissue.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang