44

5.3K 540 51
                                    

Al kembali masuk ke kamarnya dengan penuh emosi, ia mengambil jaket di lemari dan langsung dengan tergesa-gesa berjalan menuju mobilnya, tidak ketinggalan ia membawa sebuket bunga lily tadi.

Aldebaran mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Ketika sudah sampai ditempat yang dituju, ia mengambil bunga tadi yang ia taruh di kursi sebelahnya, kemudian turun dengan membanting pintu.

Di sini Aldebaran sekarang, di depan rumah Andin. Ia beberapa kali mengetuk pintu sampai akhirnya si pemilik membukakannya pintu.

"Mas Al?"

"Andin, saya mau kasih ini." Ucap Al memberikan sebuket bunga lily.

"Apa ini mas? Kamu kasih aku bunga? Buat apa?" Andin yang baru bangun dari tidurnya kebingungan dengan sikap Aldebaran pagi ini, apakah pria ini ingin kembali memohon agar dirinya kembali dengan memberikan bunga?

"Pacar kamu salah kirim kayaknya, dia kirim ke Pondok Pelita."

"Hah?" Andin tampak semakin bingung.

"Iya pacar kamu R-A, maaf saya liat notesnya karena tadi saya gatau itu dari siapa dan untuk siapa, dia kirim ini ke rumah. Kayaknya dia lupa kalau kamu udah ga tinggal di sana."

"Pacar? R-A?" Pacar siapa? Mana Andin punya pacar lagi, sementara ia masih mencintai Aldebaran.

"Sekarang saya tau kenapa kamu ngotot mau cerai sama saya, saya akan turuti permintaan kamu, Ndin. Saya ga akan datang di sidang nanti dan saya akan melepaskan kamu."

Andin masih bingung dengan apa maksud Al soal pacar dan bunga, baru Andin ingin kembali bersuara dan bertanya tapi Al keburu bilang ia akan menyetujui perceraian mereka, jadi baguslah pikir Andin, biarkan Al berpikir seperti itu agar Al tidak mempersulit perpisahan mereka.

"Semoga kamu bahagia setelah ini dan dia bisa memperlakukan kamu jauh lebih baik dari saya, saya permisi." Aldebaran langsung meninggalkan Andin yang hanya diam, selain Andin membiarkan Al dengan pikirannya sendiri agar menyetujui perceraian mereka, Al juga tidak memberikan Andin kesempatan untuk bicara.

Andin masuk ke dalam rumahnya dengan bunga yang tadi diberikan oleh Aldebaran. Ia duduk di ruang tamu dan menatapi bunga itu, mencari notes yang dimaksud Aldebaran. Tidak ada.
"Mungkin jatuh." pikir Andin.

Andin melihat nama toko bunga yang mengirimkan bunga tersebut di bagian belakang buket. Matahari Florist - 0217xxxxxx

Andin yang penasaran langsung menghubungi toko bunga tersebut, ia juga mengira kalau toko bunga tersebut salah alamat.

"Selamat pagi."

"Saya mau tanya apa pagi ini toko bunga anda melakukan kesalahan pengiriman?"
"Atas nama Andin ke Pondok Pelita, jalan Alamanda, nomor 5."
"Oh, tapi siapa pengirimnya?"
"Hanya R-A? Tidak ada nama jelas?"

"Baik, terima kasih."

"Ga salah kirim ternyata, tapi siapa?" Andin bergumam sendiri, masih bingung siapa yang mengirimnya, sementara Andin bahkan tidak mengingat siapapun temannya yang memiliki inisial R-A.

..

"Andiinn! Aarrgghh!" Al berteriak sambil memukul stir mobilnya diperjalanan.

"Dia bahkan ga jelasin apa-apa, berarti bener dia udah punya orang lain."
"Ayolah Al kenapa lo semarah ini, wajar kalau ada orang lain yang bikin Andin jatuh cinta karena lo sebagai suami sama sekali ga pernah kasih dia perhatian."

"Lepasin Al, lepasin, biar Andin bahagia."

Al terus berbicara sendiri, ia tidak pernah mengira akan sesakit ini kehilangan seorang wanita. Wanita yang selama ini tidak pernah ia anggap dan hargai.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang