80

2.9K 410 47
                                    

"Belum Bu Andin," ucap Dokter dengan merasa bersalah, ia melihat Andin datang dengan harapan tapi harus ia patahkan.

"Terus kenapa saya belum haid, Dok?" tanya Andin berusaha menyembunyikan rasa kecewanya.

"Ibu hanya kelelahan atau mungkin ada masalah yang membuat stress belakangan ini?"
"Kelelahan dan stress dapat menyebabkan siklus haid tidak normal, bisa jadi terlambat atau bahkan berlebih, satu bulan bisa lebih dari satu kali."

Andin mengangguk mengerti, rasa kecewa kembali memenuhi rongga dadanya.

"Terima kasih banyak, Dokter,"
"Kalau begitu saya permisi," pamit Andin memasukan amplop hasil pemeriksaannya ke dalam tas.

..

"Pak kita langsung ke kampus ya," pinta Andin pada Pak Yongki dengan suara paraunya, Andin menahan tangisnya, baginya ini tidak perlu lagi ditangisi, mungkin Tuhan belum merasa ini waktu yang tepat, tapi tanpa diinginkan air mata Andin turun dan dengan cepat dihapus si pemilik mata.

..

Tiba di kampus, Andin langsung berpapasan dengan Rio yang memang sengaja menunggunya.

"Hi Ndin, akhirnya masuk juga, apa kabar?" tanya Rio sok akrab.

Andin tersenyum sedikit, "aku baik, aku duluan ya mau urus kelas pengganti ke admin."

Rio mengikutinya, "kenapa belakangan ini kamu gak bisa dihubungi Ndin kecuali kamu yang hubungi aku duluan?" tanya Rio ingin tau.

Andin sekarang sudah berbeda sikap dengan Rio, ia lebih acuh dan risih, Andin merasa tidak nyaman dengan sikap Rio yang semakin ke sini terlihat semakin sembarangan, ditambah lagi ia tidak ingin Al menjadi terus salah paham.

"Handphone aku rusak, jadi sometimes aja bisa dipakainya," jawab Andin sambil terus melanjutkan jalannya.
"Oh iya, terima kasih udah bantu suami aku dari perampok waktu itu," ucap Andin secukupnya.

"Bukan masalah besar, dia suami kamu yang berarti teman aku juga," jawab Rio.

"Pagi Bu Andin.."
"Selamat pagi Bu.."
"Wah Bu Andin udah masuk kampus lagi ya.."

Andin tersenyum dan menjawab sapaan-sapaan dari para mahasiswanya yang berpapasan.

Andin menghentikan langkahnya di depan ruang admin ketika melihat Rio masih mengikutinya.
"Aku mau masuk, ada yang perlu diurus, kamu gak perlu ikutin aku terus."

"Oh ya, I'm sorry Ndin, kalau gitu aku ke ruanganku dulu, see you!" Rio meninggalkan Andin dan Andin menghela nafasnya panjang.

..

Empat bulan sudah berlalu, semua berjalan seperti biasa sebagaimana semestinya.

"Al, Andin, hari ini mama mau bertemu dengan pengacara papa Har ya," izin Rossa.

"Ada apa ma?" tanya Al menyernyitkan dahinya.

"Mama mau urus semua aset papa dan mama menjadi atas nama kamu dan Andin," jawab Rossa.

"Eh ma, jangan aku, atas nama mas Al aja semuanya, jangan Andin ma," Andin dengan cepat menolak, ia tidak mau memiliki itu semua, ia percayakan semuanya pada suaminya.

Rossa tersenyum, ia benar-benar merasakan ketulusan Andin, tidak salah suaminya memilihkan Andin untuk menjadi penerus nyonya Alfahri.

Satu orang lagi yang merasa beruntung memiliki Andin selain Rossa, Aldebaran.

"Ndin, gak boleh loh kalau nolak pemberian mertua, artinya kamu gak menghargai," canda Al.

"IH MAS! Gak gitu, mama.." Andin hendak memberikan penjelasan pada Rossa.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang