14

4.6K 369 49
                                    

Tring tring

Ketika Al mandi, handphone nya yang ada di atas nakas berdering, menandakan ada pesan masuk.

Andin yang sedang duduk bersandar di tempat tidur pun melirik sedikit dan menjadi penasaran setelah melihat nama Michelle.

Andin bangun dan memperjelas penglihatannya pada handphone Al.

"Al, kamu udah sampai?"
"Terima kasih ya udah mau menemani aku hari ini"

DEG

Berarti Al berbohong, pikir Andin. Dugaan Andin kalau Al dan Michelle memiliki hubungan khusus semakin kuat. Hatinya sakit.

Kemana Al dan Michelle tadi? Menemani apa? Apa yang mereka lakukan?

Banyak pertanyaan yang muncul di kepala Andin. Ia kecewa dan sedih, ia juga ingin marah, hatinya sangat sakit. Tapi Andin berpikir jika ia marah dan mengamuk pada Al, bisa saja Al semakin tidak nyaman dengannya dan benar-benar pergi bersama Michelle. Andin masih mau berjuang biarpun sedikit, karena sebagian besar hatinya sudah merasa kalah dan lelah.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka, Andin berusaha menetralkan perasaannya, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Tadi makan di kantor?" Andin bertanya pada Al, memancing pria itu agar kejujuran keluar langsung dari mulutnya.

"Iya, pesen online"

"Ohh" Andin mengangguk.

Al merasa ada yang ganjal dari Andin,
"Kenapa?"

"Hah?"

"Kamu kenapa?"

"Kenapa? Aku gapapa" Andin tersenyum, menutupi perasaan yang sebenarnya.

"Ya udah tidur, saya mau ke ruang kerja dulu sebentar. Siapin dokumen buat besok."

"Ga bisa besok aja mas? Ini udah malem loh"

"Sebentar aja Andin, udah kamu tidur." Sebelum berlalu, Al meraih handphonenya yang ada di nakas.

Andin mengikuti Al dan mengintip sedikit ruangan Al. Ia melihat Al meletakan handphonenya di meja kerja dan menyusun beberapa berkas. Kali ini tidak bohong, pikir Andin.

Sampai tiba-tiba ada dering telepon yang berasal dari handphone Al, Michelle yang merasa chat nya diabaikan oleh Al pun melakukan panggilan telepon. Al mengangkatnya, takut terjadi apa-apa pada Michelle.

"Hallo, ada apa Michelle?"

DEG

Lagi-lagi malam ini Andin merasa mendapatkan serangan di hatinya.

"Iya, saya udah di rumah"
"Ada apa?"
"Jam berapa?"
"Saya ada meeting besok"
"Bagaimana kalau di reschedule?"
"Oke Michelle"
"Iya, besok pagi sebelum ke kantor saya mampir"

Andin mendengarkannya sampai percakapan itu selesai. Ia ingin menangis, apa perjuangannya harus berhenti di sini dan membiarkan Al pergi dengan wanita pilihannya?

Andin langsung beranjak dari depan ruang kerja Al, kembali ke kamar dan menangis sampai ketiduran.

..

Keesokan harinya, setelah sholat subuh Andin tidak tidur lagi. Ia ke dapur untuk membantu Kiki menyiapkan sarapan, ia berencana untuk mengikuti Al pagi ini jadi berusaha tidak tidur lagi agar tidak kehilangan jejak Al.

..

Alarm Al berbunyi pukul 06.30 pagi. Ia pun bangun dan langsung mandi.

Hari ini Al akan ke rumah Michelle melihat keadaannya. Semalam Michelle menginfokan bahwa ada jadwal kontrol ke rumah sakit siang ini, hanya saja Al tidak bisa menemani karena ada meeting jadi Michelle meminta Al datang pagi ini.

..

Pukul 07.00 Andin masuk ke kamarnya dan melihat Al sudah rapi dengan setelannya, bahkan sebelum Andin menyiapkannya.

"Pagi banget mas" tanya Andin kepada suaminya yang sedang mengancingkan tangan kemejanya.

"Iya, masih lanjutkan persiapan untuk meeting"

"Tumben banget persiapan meeting sampe segininya" Andin memancing Al dengan kalimatnya, penasaran apa yang akan dijawab suaminya, sambil membantu Al memakaikan jas nya.

"Karena ini proyek besar Ndin, saya harus dapatkan" jawab Al lancar berbohong.

Andin tersenyum kecut, di dalam hatinya ia berkata, "lancar banget bohong kamu mas"

"Untung aku udah bikinin sarapan"

"Saya ngga sempat sarapan, saya sarapan di kantor aja ya"

"Aku jadiin bekal aja kalo gitu ya, tunggu sebentar" Andin langsung berlari ke dapur menyiapkan bekal untuk suaminya.

Al merasa bersalah karena membohongi Andin, tapi ia juga takut jika harus jujur pada Andin, takut Andin tidak bisa menerimanya dan marah lagi. Di sisi lain Al juga tidak bisa membiarkan Michelle melawan penyakitnya sendiri.

..

"Apa ini rumah Michelle?" gumam Andin melihat Al masuk ke sebuah rumah yang cukup mewah. Andin jadi mengikuti Al pagi ini bersama supirnya.

"Ngapain mas Al pagi-pagi ke rumah Michelle?"

"Di mana Michelle?"

Andin terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu.

Andin mencoba menelepon Al untuk kembali mengetahui apa yang akan dijawab oleh Al.

"Hallo, mas"
"Kamu udah sampe kantor?"
"Oh yaudah mas, lanjutin lagi kerjanya, maaf aku ganggu" di kalimat terakhir nada Andin melemah. Al bilang, ia sedang sibuk dan belum ada waktu untuk bicara banyak.

Kesekian kalinya Al berbohong dan Andin mulai menangis, Andin bisa memastikan bahwa Al dan Michelle memang memiliki hubungan.

Andin pun meminta untuk diantarkan pulang kepada supirnya.




....

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang