48

6.8K 566 65
                                    

"Kamu ngomong apa sih, Ndin." Al menarik Andin untuk kembali naik ke tempat tidur. Andin bersandar pada headboard tempat tidur dengan pandangan lurus ke depan. Ia enggan menatap Al.

Sementara Al terus memperhatikan Andin dengan seksama, pandangannya kembali terfokus pada luka di sudut bibir Andin, Al menghadapkan Andin untuk menatapnya, mencoba menyentuh lukanya kembali tetapi lebih pelan.
"Sakit?" tanya nya sambil menatap mata Andin.

"Sakitan hati aku mas" Andin menjawab lemah dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Al bisa melihat bahwa Andin sangat terluka dari tatapannya. Al sangat ingin membunuh Ricky saat ini juga, tapi akalnya masih berfungsi. Dia harus memikirkan cara yang lebih elegan untuk membalas Ricky.

Pandagan Al kembali teralih ke sudut bibir Andin. Al mengecup sudut bibir Andin yang terdapat luka, untuk pertama kalinya ia mencium Andin. Andin sangat terkejut, ia membelalakan matanya. Ia menarik dirinya sedikit menjauhi Al.

"Saya ngga mau kamu jadi merasa tidak berharga, Ndin. Itu menyakiti hati saya" jelas Al sambil mengelus pipi Andin dan menatap Andin yang kebingungan dengan apa yang dilakukan Al.

"Saya minta maaf untuk kehidupan pernikahan yang saya berikan ke kamu selama 7 bulan ini. Kehidupan pernikahan yang jauh dari kata sempurna." Al menggenggam kedua telapak tangan Andin sambil menatapnya.

"Maaf juga untuk masalah kita belakangan ini, tapi kamu harus percaya sama saya, Ndin." Al sedikit membahas soal masalah di antara mereka yang membuat hubungan mereka tidak baik belakangan ini.

"Saya mencintai kamu, Ndin. Saya terluka melihat kamu seperti ini, melihat kamu seperti ini lebih menyakitkan dari ketika saya menerima surat gugatan dari kamu." Mata Al memerah, ia benar-benar terluka.

"Mas, tapi aku udah ga pantas untuk kamu sekarang" ucap Andin sambil menggeleng pelan.

"Karna kejadian tadi? Saya mau kamu lupakan itu, Ndin."

"Mas, tapi.." Andin masih ragu, ia takut Al akan jijik kepadanya. Kemudian Al memotong ucapan Andin dan mengecup keningnya.

Al kembali mengusap sudut bibir Andin yang terluka dan mengecupnya.

Andin menutup matanya ketika melihat wajah Al semakin mendekatinya. Al mengecup bibirnya, beberapa detik kemudian mulai melumatnya. Andin yang awalnya hanya diam, lama kelamaan membalas Al dan mereka saling melumat.

Ciuman pertama mereka, kini sudah menjadi gairah dan menuntut lebih.
Lidah mereka beradu, bertukar saliva. Tangan kiri Al menahan pinggang Andin dan tangan kanannya menarik tengkuk Andin agar ciuman mereka semakin dalam, menuntut lebih dan lebih lagi.

Sementara kedua tangan Andin meremas rambut suaminya, merasakan gairah dan kenikmatan yang diberikan oleh suaminya.

Sepasang suami istri itu kini seperti melupakan masalah yang terjadi belakangan ini dan kejadian tadi. Saat ini dipikiran mereka hanya menuntut untuk saling mendapatkan kepuasan. Sebenarnya Al belum siap karena ia belum jujur pada Andin soal penyakitnya tapi ia menjalani saran dari dokter untuk membuat Andin tetap merasa diinginkan.

..

kringg.. kringg..

Handphone Al di nakas samping Andin berdering, membangunkan Andin yang sedang saling memeluk dengan suaminya tanpa pakaian. Iya, semalam akhirnya mereka melakukannya.

Andin melihat handphone Al untuk mengetahui siapa yang menelepon suaminya pagi-pagi begini.

"Michelle" gumam Andin membaca nama kontak di handphone Al.

"Al kamu di mana? Hari ini bisa kita ketemu? Tapi kamu datang sendiri ya" ucap Michelle setelah teleponnya diangkat tapi ia tidak tau bahwa Andin yang mengangkatnya.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang