55

5.2K 544 91
                                    

VOTE
Jangan lupa baca 'Leave Him' juga ya udah part 5 💋

**

Setelah jogging keliling rumah pagi ini, Andin dan Aldebaran sudah kembali ke kamar mereka untuk bersiap dengan kegiatan hari ini.

"Hari ini ngajar, Ndin?" Tanya Al yang baru keluar dari kamar mandi melihat Andin sudah rapi.

"Iya, hari ini aku ngajar." Andin menghampiri Al dan membantunya memakaikan jas.

"Makasih ya." Andin tersenyum dan mengangguk.

"Nanti malam mau dimasakin apa?"

"Apa aja yang penting sehat."

Andin terkekeh, ia senang suaminya sungguh-sungguh memenuhi list dari dokter.

"Yaudah ayo sarapan."
"Itu handphone nya bawa." Andin menunjuk handphone Al ketika suaminya itu sudah mengikutinya berjalan ke arah pintu tapi handphonenya masih berada di nakas.

..

Di meja makan pagi ini masih ada keluarga tante Regina yang katanya baru akan kembali ke Semarang besok pagi.

"Pagi.." sapa Andin ketika tiba di meja makan.

"Good morning Ndin, Al." Jawab Rossa sementara yang lain hanya tersenyum.

"Kamu hari ini ngajar, Ndin?" Tanya Rossa setelah Andin dan Al duduk di kursi mereka masing-masing.

"Iya ma dan kayaknya aku pulang sore hari ini, gantiin dosen lain yang ga masuk juga soalnya." Andin menjelaskan.

Rossa mengangguk mengerti. Andin memoleskan roti untuk sarapan Al pagi ini, roti gandum sehat yang Al minta Kiki belikan kemarin.

"Kamu kerja, Ndin?" Tanya Sasya.

"Iya, kalau kamu?" Tanya balik Andin kepada Sasya.

"Aku engga, soalnya Aldo sama mama ngelarang, aku diminta di rumah aja." Jelas Sasya.

"Iya biar Sasya punya waktu banyak sama keluarga dan anak-anaknya nanti." Sambung Regina.

Andin mengangguk dan sekarang mengoleskan roti untuk dirinya sendiri.

"Pantesan kamu belum dikasih hamil, mungkin karena kamu sibuk kerja jadi belum dipercaya. Harusnya kamu itu jadi menantu yang baik dulu, jadi istri yang baik dulu, diam di rumah, urus rumah tangga yang bener, baru bisa jadi ibu yang baik."

Andin hanya diam dan menghentikan gerakan tangannya memoles selai, kemudian menatap suaminya. Suaminya sudah mengepalkan tangan sambil menatap tajam Regina dan Rossa sudah menatap tidak suka juga pada sepupunya itu.

"Anda bisa tutup mulut?!" Aldebaran bersuara dengan tegas kepada tantenya, harusnya semua orang berotak di sana tau jika Al sedang marah.
"Saya suaminya, saya yang tau Andin istri seperti apa, untuk saya Andin adalah istri yang sangat sempurna. Kalau tidak tau apa-apa lebih baik diam." Cerca Aldebaran.

"Mas, hey, udah." Andin menggenggam tangan Al yang mengepal di atas meja.

"Mereka harus tau yang sebenarnya, Ndin." Bisik Aldebaran ingin Regina berhenti meremehkan Andin, bukan Andin tapi justru keponakannya ini yang sulit memiliki anak.

"Engga, ga usah. Mereka bukan siapa-siapa, mama aja ga tau masa kamu mau kasih tau orang lain? Biarin aja ya." Andin berucap pelan juga agar suaranya tidak terdengar oleh yang lain.

"Andin bekerja bukan berarti dia tidak bisa menjadi menantu dan istri yang baik, diperlukan kecerdasan memang untuk maintain waktu supaya bisa seimbang antara pekerjaan dan keluarga, untungnya Andin sudah cukup cerdas untuk itu. Kamu lupa aku juga seorang wanita karir? Aku pendiri Maharatu yang aku serahkan pada Al setelah dia dewasa, it means aku bekerja sendiri sampai Aldebaran dewasa. Apa mama bukan ibu yang baik, Al?" Rossa angkat suara, ia sangat tidak setuju dengan apa yang Regina katakan. Tapi dengan elegannya Rossa berkata dengan santai sambil tetap mengigit rotinya, hanya matanya saja yang sesekali melirik sinis.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang