53

5K 556 120
                                    

"Berarti mama belum tau soal vonis dokter ke mas Al. Kasian mas Al pasti denger ini jadi merasa terbebani." batin Andin menatap suaminya.

"Andin kayaknya sedih deh denger permintaan mama, karena gue ga bisa bikin dia memenuhi harapan mama." batin Al yang juga bersuara sambil menatap istrinya.

"Ya udah kalau gitu, kalian istirahat ya, pasti capek habis jalan-jalan cari kado mama. Mama juga mau bersih-bersih dan istirahat dulu ya ke kamar mama."

"Iya, ma." Andin menjawab disertai senyumannya.

"Once again, thank you ya." Rossa kembali tersenyum sebelum melangkahkan kaki ke kamarnya.

Al dan Andin pun melangkah menuju ke kamar mereka, setelah sebelumnya memanggil Kiki untuk membawa kue ke dapur dan mempersilahkan memakannya.

..

Andin melepaskan topi kuncung dari kepala suaminya baru kemudian melepaskan miliknya sendiri. Al langsung duduk bersandar di headboard tempat tidur. Setelah membuang topi kuncung dari kertas itu ke tempat sampah, Andin duduk memepetkan diri pada suaminya.

"Mas.." panggil Andin lembut sambil meraih tangan suaminya.

"Hm?" jawab Al tersenyum dan menoleh pada istrinya.

"Gapapa ya yang penting kita usaha terus dan berdoa." Al mengerti maksud pembicaraan Andin, soal permintaan mamanya.

"Iya, saya gapapa kok." Al balik menggenggam tangan Andin.

"Mas.."

"Kenapa?"

"Mm..." Andin terlihat ragu mengutarakan apa yang ada dipikirannya.

"Kenapa, Ndin?"

"Ngga jadi."

"Andin, kenapa? Bicara aja."

Andin menatap dalam di mata suaminya yang juga sedang menatapnya.
"Aku sayang sama kamu." Andin langsung memeluk suaminya erat, melingkarkan tangannya di perut sang suami.

Al membalas pelukan Andin dan mengecup puncak kepala istrinya.
"Kenapa? Mau bicara apa?" Al tau bukan itu barusan yang ingin Andin benar-benar bicarakan.

Masih di pelukan suaminya, Andin mendongak untuk menatap Al.

"Kenapa? Hm?" Al kembali bertanya.
"Gapapa Andin, saya ga akan marahin kamu."

"Kamu mau kalau kita ke dokter untuk cek kondisi kamu?" kata Andin akhirnya dengan sangat pelan dan berhati-hati.

Al diam, masih menatap istrinya dalam diam.
"Mas, kalau ga mau gapapa. Aku ga maksa kamu, gapapa ya sayang ya, ga usah dipikirin." Andin langsung kembali menyambung kalimatnya dan kembali memeluk suaminya sambil mengusap perut dan punggungnya.

"Iya, saya mau." Al mengiyakan untuk Andin dan untuk mamanya.

"Mas, gapapa. Kalau kamu ga mau, ga usah ya. Aku minta maaf ya." Andin nih apa sih, dia yang ngajak giliran orangnya mau dia juga yang larang.

"Saya mau, Andin. Besok kita ke rumah sakit ya."

"Beneran kamu mau? Gapapa mas?" Tanya Andin meyakinkan.

"Iya saya mau, siapa sih yang ga mau sembuh kalau punya penyakit."

"Itu bukan penyakit mas, semua akan baik-baik aja."

..

"Mas, bangun udah pagi." Panggil Andin pada suaminya yang masih terlelap, sementara Andin sudah rapi dan sedang memasang antingnya.

"Mmhh.. kamu mau ke mana Ndin?" tanya Al yang masih mengerjapkan matanya dengan suara khas baru bangun tidur pria.

"Aku ada jadwal ngajar pagi mas hari ini." Andin duduk di tempat tidurnya, di sisi Al yang sudah duduk dari tidurnya.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang