3

7.1K 354 8
                                    

Andin tidak tahu dia harus merespon bagaimana penjelasan Al. Di sisi lain ia ingin percaya tetapi mengingat Al yang belum mencintainya bisa saja memang karena ada wanita lain yang ia cintai.

Pada akhirnya Andin hanya berusaha tersenyum dan melepaskan wajahnya dari sentuhan Aldebaran.

Al tau Andin belum sepenuhnya yakin, Andin hanya berusaha terlihat baik-baik saja.

"Saya lapar, kamu tadi bawain apa ke kantor?"

"Masakan rumah sederhana aja mas, kamu bukannya tadi udah makan di kantor dibawain sama Michelle kok masih lapar?"

"Andin, gausah nyindir saya. Bisa kalo ditanya tuh langsung jawab aja?"

"Ada di meja makan mas"

"Temenin saya makan siang mau?"

"Tumben, selama ini kamu ga pernah mau makan masakan aku, ini malah minta temenin segala. Kamu merasa bersalah sama aku ya? Emang ya laki-laki itu kalo abis buat salah tiba-tiba jadi baik."

"Saya udah jelasin ya Andin ke kamu, kamu masih bahas terus, ga ngerti-ngerti" Al menjawab Andin dengan nada agak sedikit keras, ia kesal kenapa Andin tidak mempercayainya.

Andin diam sebentar mendengar bentakan kecil Aldebaran kepadanya, air matanya kembali menetes. Al tidak tau bagaimana rasanya menjadi Andin.

"Selalu kamu minta aku yang ngerti kamu, tapi apa kamu pernah ngerti aku mas? Kamu gatau rasanya jadi aku kan." dengan nada lemah Andin mengungkapkan apa yang ada di hatinya.

Al cukup menyesali kenapa ia tidak bisa mengontrol emosinya sehingga membentak Andin di saat seperti ini, ia terdiam mendengar mendengar penuturan Andin.

"Kalo kamu mau makan, makanan ada di meja makan. Kalo kamu ga suka masakan aku, kamu bisa minta Kiki bikinin apa yang kamu mau." Ucap Andin kemudian meninggalkan Al yang masih terdiam menatapnya, ia berharap Al bisa sedikit memahaminya.

Sepeninggalan Andin, Al duduk di sofa yang ada di kamarnya.

"Al, lo sebelumnya emang menikahi Andin tanpa cinta tapi kan sekarang lo udah mulai cinta sama Andin, kenapa lo gengsi sih nunjukin dan bilang itu ke Andin" Al menggerutu pada dirinya sendiri.

Al memang menikahi Andin tanpa cinta, Al menikahi Andin karena pada saat itu papanya, Hartawan Alfahri, sedang sakit keras dan ingin Al segera menikah. Hartawan tau watak putranya yang kaku dan keras, ia ingin sebelum meninggal istri dan putranya ada yang mengurus, seorang wanita yang tepat untuk menjadi bagian dari Alfahri.

*Flashback On*

Al menemukan Andin ketika saat itu Andin tenggelam di kolam renang dan Al menyelamatkannya. Al membawa Andin ke rumah sakit yang sama dengan papanya.

Setelah dokter yang memeriksa Andin mengatakan bahwa Andin baik-baik saja, Al menyempatkan dirinya untuk sekalian menjenguk papanya dengan pakaian basah kuyup.

"Al, kamu kenapa?" tanya Rossa, mamanya Al, yang melihat putranya masuk dengan keadaan basah kuyup. Sementara Hartawan memandang putranya meminta jawaban.

"Aku habis nolongin orang tenggelam ma, pa"

"Oh pahlawan mama, kebangaan mama" Rossa dan Hartawan memandang bangga putra sematawayangnya.

"Lalu gimana keadaan orang yang kamu tolong itu Al?" tanya Hartawan yang akhirnya bersuara.

"Dokter bilang dia baik-baik aja, pa. Aku melakukan pertolongan pertama yang benar."

"Perempuan atau laki-laki? Siapa namanya Al?" Rossa sangat penasaran.

"Perempuan ma, aku gatau namanya. Pas dokter bilang dia baik-baik aja aku ga menemuinya, aku langsung kesini jenguk papa. Habis ini aku mau langsung pulang"

"Harusnya kamu temui dia dulu, siapa tau dia masih butuh bantuan untuk administrasi atau menghubungi keluarganya." Rossa menasehati Al dengan lembut.

"Aku boleh minta tolong mama aja? Aku harus ganti baju dan balik ke cafe tempat aku ketemu dia tadi, soalnya ada meeting di sana dan masih ditungguin."

"Selalu deh alasannya, yaudah habis ini mama ke ruangannya."

"Dia diperiksa di ruang dokter Amelina ya ma, dari sini ke kanan, ruangannya di sebelah kiri."
"Makasih ya ma, ya udah aku jalan sekarang ya ma, pa" pamit Al mencium tangan mama dan papanya, kemudian meninggalkan rumah sakit.

Sepeninggalan Al, Rossa langsung ke ruang dokter Amelina untuk melihat kondisi Andin, memastikan wanita yang di tolong putranya baik-baik saja.

"Hallo" sapa Rossa pada Andin yang masih terbaring lemas.

"Tante siapa?" Andin memandang Rossa dengan tatapan bingung.

"Saya Rossa, mamanya Aldebaran yang tadi tolong kamu waktu tenggelam dan membawa kamu ke sini"

"Oh tante, saya Andin." Andin langsung berusaha bangun untuk mencium tangan Rossa.

"Sudah kamu tiduran dulu, kamu keliatan masih lemah." Rossa membantu Andin kembali berbaring

"Aku udah gapapa tante, cuma sedikit lemes aja. Terima kasih ya tante sudah jenguk aku. Anak tante mana? Aku mau ucapin terima kasih juga karena udah nolong aku."

"Dia sudah pergi, ada urusan kantor yang harus dikerjakan. Biasa memang dia sangat sibuk sampe ga sempet mikirin hal lain selain kerjaan." jelas Rossa sambil tertawa kecil.

"Kalau begitu aku titip salam dan ucapan terima kasih ya tante untuk anak tante."

"Iya, Andin, nanti tante sampaikan. Apa ada yang bisa tante bantu, Ndin? Untuk hubungi keluarga kamu untuk jemput atau yang lain?"

"Ngga usah tante, terima kasih. Aku bisa kok pulang sendiri dan urus semuanya sendiri setelah ini, aku gamau bikin keluarga aku khawatir."

"Such a good girl, lekas sehat kembali ya, Ndin" ucap Rossa sambil mengelus kepala Andin. Ntah kenapa Rossa seperti merasa Andin adalah wanita yang baik, andai Al memiliki istri seperti Andin.

"Terima kasih ya tante, maaf aku ngerepotin sampe harus bikin tante ke sini."

"No, Andin, gapapa. Tante juga emang lagi di sini menemani suami tante, cuma beda beberapa ruangan dari sini kok."

"Oh begitu, semoga lekas sembuh juga untuk suami tante ya. Boleh aku jenguk suami tante? Sekalian aku keluar dari sini."

"Boleh Andin, kamu baik sekali."
Andin hanya tersenyum mendengar kalimat dari Rossa. Andin merasa dekat dengan Rossa karena perlakuan Rossa yang sangat lembut kepadanya.

TBC

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang