85

3.2K 470 74
                                    

***

Sejak hari itu, Al tidak pulang ke rumah Pondok Pelita, tidak ada yang tau ke mana dia pergi.

Andin berusaha terus menghubungi Al tapi tidak satupun pesan dan teleponnya dijawab, Andin bahkan setiap hari datang ke kantor untuk mencari suaminya tapi informasi yang ia dapatkan adalah suaminya tidak ke kantor sudah beberapa hari, pria itu menghilang.

Andin bertanya kepada Mama Rossa karena menurutnya Mama Rossa tidak terlihat khawatir dengan ketidakpulangan putranya, tapi yang Andin dapatkan hanya: "mama gak tau Al di mana, coba kamu hubungi Al terus ya Ndin, mama juga akan coba hubungi dia." Mama Rossa benar-benar tidak tau di mana putranya karena Al takut Mama Rossa akan memberitahu Andin, tapi Al bilang pada Rossa kalau ia tidak akan pulang dalam beberapa hari.

Sampai tiga hari ia tidak pulang ke rumah, di hari keempat Al mengirimkan Andin pesan kalau ia akan pulang dan ada yang ingin ia bicarakan.

Hi Ndin, maaf saya baru sempat kabari kamu, saya baik-baik aja, hari ini saya pulang, ada yang mau saya bicarakan sama kamu

..

Al berjalan pelan memasuki Istana Pondok Pelita yang sudah tiga hari ditinggalkannya, sampai di kamarnya ia melihat ibu dan istrinya sedang duduk di sofa sambil saling menggenggam.

Melihat putranya datang, mama Rossa bangun dari duduknya, merasa perlu memberikan waktu berdua untuk anak-anaknya.

"Mama tinggal ya," ucapnya pelan pada anak-anaknya sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu.

Al masih berdiri di hadapan Andin, mereka saling menatap dengan pikiran masing-masing. Al rindu, ia rindu pada istrinya, ia juga takut akan reaksi Andin, ia takut Andin tidak bisa menerima. Sementara Andin, ia berusaha sekuat tenaga menahan air matanya, ia marah, ia kesal pada suaminya yang tidak pulang ke rumah selama tiga hari tanpa kabar, di sisi lain ia rindu, dan ia takut.

Al berjalan mendekat pada wanita yang masih resmi sebagai istrinya, Al membungkuk di hadapan Andin dan mengecup keningnya, sebagai ungkapan rindu dan cintanya, tapi itu membuat Andin tidak bisa lagi menahan tangisannya.

Air mata Andin seketika tumpah tanpa aba-aba, ia mencengkram jas biru tua suaminya yang sedang membungkuk di hadapannya. Al merasa hatinya sangat sakit melihat Andin menangis seperti sekarang, dengan cengkraman kuat seolah menahan rasa sakit yang sama seperti yang ia rasakan.

Al menarik dirinya untuk duduk di sebelah Andin, Andin langsung memeluknya, memindakan cengkramannya yang semula di depan kini di belakang punggung suaminya.

Al mengusap lembut punggung Andin, "kenapa nangis?" padahal dirinya belum bicara apapun, bukankah harusnya Andin senang karena ia akhirnya pulang? Atau harusnya Andin marah dan mengomelinya, bukan menangis seperti ini, bahkan tidak sepatah katapun keluar dari mulut Andin.

Beberapa menit sampai Al merasa tangisan Andin mereda, Al berusaha melepaskan pelukan Andin karena ia perlu bicara tapi Andin menahannya.

"Andin.." panggil Al dengan lembut, perlahan Andin mengendurkan pelukannya.

Al menatap Andin yang tertunduk, Andin tidak mampu menatap suaminya, ia takut kembali menangis, tidak tau kenapa tapi ia merasa sangat sedih, padahal ia belum tau tentang perceraian yang Al rencanakan.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang