75

3.5K 449 31
                                    

Kontak Rio masih berada di dalam daftar blokir tapi di bagian paling atas, berarti itu adalah kontak terakhir yang Andin blokir, padahal beberapa hari lalu Al telah menambahkan beberapa nomor secara acak ke dalam daftar blokir Andin yang membuat kontak Rio berada di tengah.

Lagi, Al mendapati Andin diam-diam menghubungi pria lain bahkan ketika mereka sedang berada jauh dari Indonesia untuk menghabiskan quality time berdua.

Al menyalin nomor telepon Rio ke ponselnya, lalu tidak melakukan apapun lagi setelah itu, ia kembali me-lock handphone Andin dan meletakannya di tempat semula. Bohong jika ia tidak cemburu, bohong jika ia tidak curiga, bohong jika ia tidak merasakan sakit di hatinya.

Al melihat barang-barang dan pakaian yang belum selesai Andin bereskan, ia beranjak dari tempat tidur dan melanjutkan apa yang Andin kerjakan, melipat baju-baju biarpun tidak berbentuk, menyusunnya di dalam koper, berlalu-lalang ke sana ke mari mengambil barang-barang mereka yang masih berserakan dan memasukannya ke dalam koper, semuanya selesai, setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Al menutup kopernya. Ia hanya menyisakan tas make up Andin yang masih ada di meja rias, karena Andin mungkin masih membutuhkannya setelah mandi. Al berpikir selama ini ia selalu merepotkan Andin, tidak ada salahnya kali ini biarpun sedikit, ia membantu Andin.

Tidak lama setelah itu, Andin keluar dari kamar mandi, ia melihat koper sudah turun dan barang-barang sudah tidak berserakan. Dari kaca, Andin melihat punggung suaminya sedang duduk di balkon kamar.

Andin menghampiri suaminya dan berdiri di pintu balkon.

"Mas, makasih ya udah bantu beres-beres," mendengar suara Andin, Al menoleh dan tersenyum.

Andin berdiri di hadapan suaminya, melingkarkan kedua tangannya di leher Aldebaran, mendekatkan wajahnya dan mencium satu kali pipi suaminya, lalu memeluk leher suaminya.

"Jalan sekarang yuk, nanti keburu sore ketinggalan pesawat," Al melepaskan pelukan Andin dengan pelan dan langsung berdiri.

..

Aldebaran dan Andin berjalan beriringan di pusat belanja kota Venesia, di sana berjajar beberapa store besar brand dunia dan beberapa store kecil yang menjual barang-barang dan makanan yang bisa dijadikan oleh-oleh. Tapi ada yang berbeda kali ini, Al tidak terlihat seposesif biasanya, tangan kanannya terkulai di sisi tubuhnya sementara tangan kirinya ia masukan ke saku celana, tidak ada yang menggenggam telapak tangan Andin ataupun melingkar di pinggang wanita itu seperti biasanya.

"Mampir ke sini ya mas, mau cari syal buat mama Rossa," Andin meminta persetujuan suaminya di depan store salah satu brand elit.

Al mengangguk tanda mengiyakan, selain tidak seposesif biasanya, Al juga tidak banyak bersuara.

Di dalam store, Andin mondar-mandir mencari apa yang akan ia beli, sementara Al yang biasanya selalu berada di samping Andin, kini hanya berdiam diri di depan salah satu rak sambil memperhatikan istrinya, memastikan istrinya baik-baik saja.

Andin mengampiri suaminya dengan dua syal di tangannya.

"Mas, bagus gak? Yang krem ini buat mama Rossa dan yang putih buat mama Sarah," Andin menunjukan dua syal di tangannya.

"Bagus," jawab Al tersenyum.

"Kamu kenapa?" Andin mulai menyadari ada yang berbeda.

Al hanya menggeleng tanpa melepaskan senyumannya.

"Yuk, mau beli apa lagi?" tanya Al sambil melihat jam di pergelangan tangannya untuk menutupi.

Andin tidak menjawab, ia tau ada sesuatu yang tidak beres, ia hanya menatap suaminya lalu menuju etalase pembayaran.

Aldebaran & Andin (Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang